Misteri Nusantara – Tersesat Di Kuburan Gunung Batur Kira-kira tengah malam, mobil yang kami kendarai hampir saja menabrak sebuah kuburan di sekitar Gunung Penjaga. Kabut tebal membutakan pandangan kami, dan kami tanpa sadar sudah masuk ke dalam area pemakaman. Dengan panik, saya langsung membanting setir dan mengarahkan mobil menjauh dari tempat yang mencekam itu.
Rencana Pesta yang Berakhir dengan Ketakutan
Dua hari sebelumnya, kami, yaitu saya, Ardi, Rina, dan Dedi, merencanakan untuk menghadiri pesta pernikahan teman kampus di daerah Uluwatu. Kami mengira perjalanan ke sana akan mudah. Kami sepakat untuk berkumpul di rumah Rina pukul 5 sore, namun karena saya terlambat pulang kerja, akhirnya kami baru bertemu pada pukul 6 sore. Sesampainya di tempat pertemuan, saya melihat Rina yang sudah menunggu sambil memainkan handphonenya di samping mobil Karimun yang siap membawa kami.
Setelah berbincang sebentar, kami langsung berangkat menuju tempat pernikahan. Dengan bahan bakar hanya 30 ribu rupiah, kami melaju menuju Uluwatu yang berjarak sekitar 60 km dari tempat kami.
Perjalanan Menjadi Mencekam
Malam semakin larut, dan perjalanan kami dihiasi canda tawa. Walau sedikit diguyur hujan, suasana terasa menyenangkan. Namun, seiring berjalannya waktu, kabut mulai turun dan semakin tebal, membuat jarak pandang semakin pendek. Dedi yang duduk di samping saya mulai bertanya, “Yakin ini jalan yang benar, Rah?”
“Yakin, lanjut aja,” jawab saya sambil melanjutkan perjalanan.
Namun, bensin kami hampir habis, dan jarum indikator menunjukkan bahwa kami sudah mendekati “E” (empty). Kabut semakin tebal, jalan mulai berkelok dan menanjak. Kami masuk ke kawasan hutan yang asing. Ardi hanya tersenyum dan meyakinkan kami bahwa jalan ini memang benar.
Setelah beberapa lama, kami keluar dari hutan dan melihat sebuah tembok besar yang bertuliskan “Kintamani.”
Tersesat di Kintamani
“Astaga! Kita di Kintamani, Bukan di Uluwatu!” teriak saya dengan panik.
Rina mulai ketakutan begitu menyadari kami sudah tersesat jauh, dan bensin sudah hampir habis. Kami sudah begitu jauh, tepatnya berada di ketinggian Gunung Penjaga. Suasana di luar begitu gelap, sepi, dan kabut semakin tebal.
Kami sempat berpikir untuk kembali, namun kami memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan. Kami mencoba mencari jalan yang menuju Gianyar, meskipun kami tak tahu pasti rutenya. Jalanan yang kami lalui semakin sepi, hanya ada suara angin dan gemerisik dedaunan. Mobil kami meluncur lebih pelan karena takut menabrak sesuatu atau seseorang yang tak terlihat.
Kuburan di Tengah Hutan
Tak lama kemudian, saya mulai merasa ada yang aneh. “Shan, tutup jendelanya,” perintah saya kepada Rina yang duduk di sebelah.
Tiba-tiba, jalan yang saya lewati tampak terputus. Saya melambatkan mobil, dan merasa ada sesuatu yang tidak beres. Di depan kami, hanya ada tumpukan rumput dan bambu yang menghalangi jalan. Ketika saya lebih cermat memperhatikan, saya membaca papan bertuliskan “Setra”—yang artinya kuburan.
“Ini kuburan!” teriak saya, dan semuanya terdiam. Keheningan yang mencekam mengisi ruang di dalam mobil.
Kami semakin gugup dan takut. Dalam ketakutan, saya memutar mobil dan kembali ke jalan yang kami lewati sebelumnya. Aneh, jalan yang tadinya gelap dan diselimuti kabut kini terang oleh cahaya bulan. Kabut seolah-olah menghilang begitu saja tanpa kami sadari. Kami melaju kembali menuju hutan, berharap bisa keluar dari tempat itu.
Hutan yang Terus Menggoda
Kami kembali melalui jalan yang berliku, namun kali ini suasana terasa berbeda. Jalanan yang sebelumnya terang kini tampak lebih gelap dan misterius. Kami mulai merasakan ketegangan yang semakin mendalam. Di setiap tikungan, seolah-olah ada sesuatu yang mengintai kami. Dengan bensin yang hampir habis dan suasana semakin tegang, kami merasa tidak ada jalan keluar.
Kami mulai bingung dengan rute yang kami lewati. Percabangan jalan semakin banyak, namun kami merasa tak mengenal satupun. Waktu terus berjalan, dan kami menyadari bahwa pesta pernikahan teman kami sudah berakhir. Semua tamu undangan pulang, hanya tersisa sedikit makanan dan minuman.
Akhirnya, Jalan Pulang
Mobil kami melaju pelan menuju desa Batubulan yang terang. Kami akhirnya menemukan SPBU yang masih buka dan mengisi bensin sebelum melanjutkan perjalanan. Rasa lega menyelimuti kami setelah bertahan berjam-jam di tengah ketakutan.
Kami melanjutkan perjalanan menuju rumah Rina untuk mengantarkan dia dan Dedi. Saya dan Ardi kemudian melanjutkan perjalanan ke rumah kami.
Pelajaran Berharga
Pengalaman tersesat ini benar-benar menjadi pelajaran berharga bagi saya. Saya sempat berpikir, kenapa tidak membawa GPS? Kenapa tidak memastikan bensin terisi penuh sebelum berkendara malam hari? Pengalaman ini mengingatkan saya untuk selalu berhati-hati, terutama ketika berkendara di daerah yang belum familiar. Demikianlah Misteri Nusantara – Tersesat Di Kuburan Gunung Batur.
=== SITUS AMAN dan TERPERCAYA ===
Klik Disini, Daftar Platform Game Online Aman dan Terpercaya Sejak 2014
Tinggalkan Balasan