Di saat genting itu, tiba-tiba ada cahaya lampu dari arah depanku. Begitu cahaya lampu itu muncul, suara tawa hantu yang mengerikan itu pun menghilang. Dengan terengah-engah, aku berhenti berlari. Kulihat ke belakang, ternyata benar, makhluk itu sudah menghilang. Mungkin cahaya lampu ini yang membuatnya takut, pikirku. Aku pun mulai mengatur napasku, berharap cahaya lampu yang kutunggu bisa mendekat. Kupikir mungkin salah seorang teman yang datang menjemputku. Namun, semakin dekat cahaya itu, ternyata bukan suara sepeda motor yang terdengar. Justru bau kemenyan dan bunga kantil yang sangat menyengat mulai tercium. Rasa takutku mulai kembali muncul.
Ketika cahaya itu sampai di depanku, aku hampir saja pingsan. Ternyata cahaya itu berasal dari sekelompok makhluk yang membawa keranda mayat. Mereka melangkah tanpa menyentuh tanah. Tubuhku serasa kehilangan darah, dan jantungku berdetak sangat cepat. Keberanian yang sebelumnya kurasakan hilang begitu saja. Di hadapanku, terlihat seorang tanpa kepala dan tubuh berlumuran darah, membawa lampu berbentuk bola cahaya yang sangat terang. Empat orang pengusung keranda mayat itu wajahnya hancur, tubuh mereka dipenuhi bercak darah. Orang-orang yang mengikuti di belakang mereka juga tubuhnya hancur, tidak ada yang utuh. Mataku terbuka lebar, tak bisa berkedip, menyaksikan pemandangan yang begitu mengerikan.
Tiba-tiba, rombongan pengusung keranda itu berhenti di depanku …
Mereka secara serentak memalingkan wajah mereka dan menatapku. Ketakutanku semakin menguasai diriku. Nafasku terengah-engah menahan ketakutan. Wajah-wajah mereka sangat mengerikan, tatapan mereka tajam. Salah satu dari mereka mulai mendekat. Wajahnya dipenuhi darah mengerikan, satu mata menggantung hampir lepas, dan isi perutnya terburai keluar. Langkahnya mirip seperti robot.
Kelompok makhluk itu semakin mendekat. Aku ingin lari, namun kedua kakiku terasa lumpuh. Tiba-tiba tangan makhluk itu mencengkeram bahuku dengan sangat kuat. Aku berusaha meronta, tetapi tidak bisa melepaskan cengkeramannya. Ia mengangkat tubuhku dengan mudah, lalu melemparkan aku ke arah keranda. Penutup keranda terbuka dengan sendirinya, dan tubuhku jatuh ke dalamnya. Seketika, penutup keranda itu menutup kembali.
Aku berada di dalam keranda, meronta-ronta mencari jalan keluar. Kemudian aku mencoba membuka penutup keranda, namun rasanya seperti terbuat dari beton, sangat sulit untuk digeser. Aku berteriak meminta pertolongan, tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutku. Bagai tikus yang terjebak perangkap, aku terus berusaha. Di saat bersamaan, makhluk-makhluk itu tertawa dengan suara yang mengerikan. Mereka mulai berjalan membawa kerandaku yang terus meronta. Rasa takut semakin mencekam, tenaga semakin lemah, hingga akhirnya aku pingsan. Setelah itu, aku tak ingat apa-apa lagi.
Aku terbangun mendengar suara ayat-ayat suci yang dibacakan …
Terkadang terdengar seseorang memanggil namaku. Perlahan aku membuka mata, dan kulihat di samping kananku ada seorang Ustadz yang sedang membaca Al-Qur’an dengan khusyuk. Di samping kiriku, kulihat ibuku dengan mata sembab, menandakan bahwa dia telah menangis. Begitu aku membuka mata, ibuku langsung memelukku sambil menangis.
“Alhamdulillah, kau sudah sadar, anakku. Terima kasih ya Tuhan,” ratap ibuku dengan suara tercekat.
Ayahku yang duduk di samping ibuku segera menenangkan ibuku yang terisak sambil memelukku. Aku hanya diam, bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi padaku. Pak Ustadz yang duduk di sampingku dengan senyuman teduhnya memberiku segelas air putih.
“Sudah satu minggu kamu pingsan! Kamu ditemukan tergeletak di tengah kuburan,” jelas Pak Ustadz.
Mendengar kata kuburan, kenangan kejadian itu langsung terlintas dalam pikiranku. Dengan perasaan yang masih dipenuhi ketakutan, aku mulai menceritakan semua yang terjadi, dari awal hingga akhir. Semua yang ada di ruangan itu terlihat ngeri mendengar ceritaku.
Sejak kejadian itu, aku semakin rajin mendekatkan diri pada Tuhan. Sholat yang dulu kutinggalkan, kini kutunaikan kembali. Kitab suci yang sempat terlupakan, kini kutelaah lagi. Meskipun kejadian itu masih menghantui, aku kini lebih menyadari bahwa ada dimensi kehidupan lain yang diciptakan Tuhan di luar dunia manusia yang nyata ini. Semoga kejadian ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua. Demikianlah Misteri Nusantara – Terperangkap dalam Keranda.
Klik Disini, Daftar Platform Game Online Aman dan Terpercaya Sejak 2014
Tinggalkan Balasan