Terperangkap dalam Keranda

Misteri Nusantara – Terperangkap dalam Keranda Kisah menyeramkan ini terjadi pada seorang pemuda bernama Arief yang tinggal di Desa Suka Maju, Kalimantan Selatan.

Selama seminggu, seseorang menemukannya tak sadarkan diri di sebuah kuburan setelah kejadian tersebut …

Pada malam Jumat Kliwon, enam tahun yang lalu, Arief mengalami peristiwa itu. Sampai sekarang, kejadian itu masih membekas jelas dalam ingatannya. Mungkin, ini akan menjadi pengalaman mistis yang paling menakutkan dalam hidupnya.

Sebelumnya, Arief tak pernah mempercayai cerita-cerita tentang hantu dan hal-hal mistis. Namun, semuanya berubah setelah dirinya mengalami peristiwa yang sangat menakutkan. Pengalaman itu juga menjadi titik balik dalam hidupnya, membuat Arief kembali mendekatkan diri kepada Tuhan. Sejak peristiwa itu, ia kembali rajin beribadah dan membaca Al-Qur’an, sesuatu yang sebelumnya tidak ia lakukan karena kehidupan masa lalunya yang liar.

Terperangkap dalam Keranda
Terperangkap dalam Keranda

Sebagai pemuda lajang, setiap malam Arief menonton hiburan musik yang ditampilkan pada pesta atau hajatan di kampungnya maupun di desa tetangga. Selain mencari hiburan, ia berharap bisa bertemu dengan gadis yang bisa dijadikan pacar. Biasanya, Arief pergi bersama teman-temannya menggunakan sepeda motor.

Namun, pada malam itu, Arief terpaksa pulang sendiri dari acara musik di desa seberang. Jarak antara Desa Suka Maju dengan desa tetangga hanya sekitar 3 km, dan satu-satunya jalan yang menghubungkan kedua desa tersebut melewati perkebunan kelapa sawit.

Teman-teman Arief sudah pulang lebih dulu, dan ia terlambat mengingat kesepakatan sebelumnya untuk berkumpul jam setengah dua belas malam. Karena terlalu asyik menikmati acara, Arief lupa waktu. Teman-temannya pun akhirnya memutuskan untuk pulang, mengira ia sudah lebih dulu pergi.

Sialnya, Arief malam itu tidak membawa kendaraan sendiri …

Temannya memboncengnya saat berangkat, dan kini ia terpaksa berjalan kaki untuk pulang. Walaupun jaraknya cukup jauh, Arief tidak merasa takut. Sejak kecil, ia tidak pernah takut pada hal-hal seperti hantu. Ia bahkan merasa tidak percaya adanya hal-hal mistis tersebut.

Suara jangkrik mengiringi langkahnya yang menyusuri jalanan yang sunyi. Sesekali, suara burung hantu terdengar dari kejauhan. Pohon-pohon kelapa sawit berdiri diam di kiri-kanan jalan. Untunglah malam itu bulan purnama, sehingga jalanan tidak terlalu gelap. Untuk mengusir kesunyian, Arief bersiul dan menyanyikan lagu kesukaannya.

Namun, ketika sampai di tengah kebun kelapa sawit, tiba-tiba tubuhnya merinding. Jam di tangannya menunjukkan pukul satu malam.

Tiba-tiba, sebuah cabang kayu besar jatuh tepat di depannya, membuatnya terkejut. Ia berusaha menyingkirkan cabang kayu tersebut, namun belum sempat melakukannya, terdengar suara tawa cekikikan yang nyaring sekali. Hatinya bertanya, “Apakah itu kuntilanak?!”

Arief melihat sekelilingnya, namun tidak ada apa-apa. Hanya pohon-pohon kelapa sawit yang tampak diam tertimpa cahaya bulan. Suara tawa itu kembali terdengar lebih keras dan berulang. “Benar, itu pasti kuntilanak!” pikir Arief, semakin merasa jengkel. Dengan penuh emosi, ia berteriak, “Heiii… Jangan ganggu aku! Kalau berani, tunjukkan wujudmu! Kau pikir aku takut?! Keluar kau!”

Begitu ia selesai berteriak, suara tawa itu berhenti …

Sebagai pemuda pemberani, Arief tidak merasakan sedikit pun ketakutan. Sebaliknya, rasa penasaran muncul dalam dirinya. Ia menunggu, berharap dapat melihat wujud kuntilanak tersebut. Namun, suara tawa itu tidak terdengar lagi. Dengan perasaan kesal, ia melanjutkan langkahnya.

Namun, sebelum ia melangkah lebih jauh, tiba-tiba seseorang menepuk bahunya dari belakang dan disertai suara seorang perempuan. Dengan terkejut, Arief segera menoleh. Di belakangnya, berdiri seorang perempuan dengan wajah tertunduk, mengenakan baju putih panjang yang menutupi kaki dan tangan. Aroma bunga kantil tiba-tiba menyeruak di udara.

Sebelum sempat bertanya, perempuan itu perlahan menengadahkan wajahnya. Di bawah cahaya rembulan yang redup, Arief melihat wajah perempuan itu yang pucat, matanya bolong, rambutnya awut-awutan, dan dari kedua lubang matanya memancar cahaya merah. Ketakutan langsung menyergapnya. Baru kali ini, Arief merasakan ketakutan yang sesungguhnya.

Tiba-tiba, perempuan itu tertawa cekikikan, memperlihatkan taringnya yang tajam. Ia mengangkat kedua tangannya, seolah ingin mencengkeram leher Arief. Ketika Arief melihat tangannya, ia terkejut, karena jari-jari perempuan itu sudah tinggal tulang.

“Kun… kun… kuntilanak!” teriak Arief dengan tergagap. Tanpa berpikir panjang, ia berlari secepat mungkin. Melihat ia lari, kuntilanak itu mengejarnya, tubuhnya melayang-layang di udara, dengan suara tawa cekikikan yang semakin menakutkan.

Arief berlari sekuat tenaga, namun suara tawa itu terus mengikutinya, semakin menambah ketakutannya …

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Arief merasakan ketakutan yang sangat luar biasa.

Di saat genting itu, tiba-tiba ada cahaya lampu dari arah depanku. Begitu cahaya lampu itu muncul, suara tawa hantu yang mengerikan itu pun menghilang. Dengan terengah-engah, aku berhenti berlari. Kulihat ke belakang, ternyata benar, makhluk itu sudah menghilang. Mungkin cahaya lampu ini yang membuatnya takut, pikirku. Aku pun mulai mengatur napasku, berharap cahaya lampu yang kutunggu bisa mendekat. Kupikir mungkin salah seorang teman yang datang menjemputku. Namun, semakin dekat cahaya itu, ternyata bukan suara sepeda motor yang terdengar. Justru bau kemenyan dan bunga kantil yang sangat menyengat mulai tercium. Rasa takutku mulai kembali muncul.

Ketika cahaya itu sampai di depanku, aku hampir saja pingsan. Ternyata cahaya itu berasal dari sekelompok makhluk yang membawa keranda mayat. Mereka melangkah tanpa menyentuh tanah. Tubuhku serasa kehilangan darah, dan jantungku berdetak sangat cepat. Keberanian yang sebelumnya kurasakan hilang begitu saja. Di hadapanku, terlihat seorang tanpa kepala dan tubuh berlumuran darah, membawa lampu berbentuk bola cahaya yang sangat terang. Empat orang pengusung keranda mayat itu wajahnya hancur, tubuh mereka dipenuhi bercak darah. Orang-orang yang mengikuti di belakang mereka juga tubuhnya hancur, tidak ada yang utuh. Mataku terbuka lebar, tak bisa berkedip, menyaksikan pemandangan yang begitu mengerikan.

Tiba-tiba, rombongan pengusung keranda itu berhenti di depanku …

Mereka secara serentak memalingkan wajah mereka dan menatapku. Ketakutanku semakin menguasai diriku. Nafasku terengah-engah menahan ketakutan. Wajah-wajah mereka sangat mengerikan, tatapan mereka tajam. Salah satu dari mereka mulai mendekat. Wajahnya dipenuhi darah mengerikan, satu mata menggantung hampir lepas, dan isi perutnya terburai keluar. Langkahnya mirip seperti robot.

Kelompok makhluk itu semakin mendekat. Aku ingin lari, namun kedua kakiku terasa lumpuh. Tiba-tiba tangan makhluk itu mencengkeram bahuku dengan sangat kuat. Aku berusaha meronta, tetapi tidak bisa melepaskan cengkeramannya. Ia mengangkat tubuhku dengan mudah, lalu melemparkan aku ke arah keranda. Penutup keranda terbuka dengan sendirinya, dan tubuhku jatuh ke dalamnya. Seketika, penutup keranda itu menutup kembali.

Klik Disini, Daftar Platform Singapore Aman dan Terpercaya Sejak 2014
Klik Disini, Daftar Platform Game Online Aman dan Terpercaya Sejak 2014

Aku berada di dalam keranda, meronta-ronta mencari jalan keluar. Kemudian aku mencoba membuka penutup keranda, namun rasanya seperti terbuat dari beton, sangat sulit untuk digeser. Aku berteriak meminta pertolongan, tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutku. Bagai tikus yang terjebak perangkap, aku terus berusaha. Di saat bersamaan, makhluk-makhluk itu tertawa dengan suara yang mengerikan. Mereka mulai berjalan membawa kerandaku yang terus meronta. Rasa takut semakin mencekam, tenaga semakin lemah, hingga akhirnya aku pingsan. Setelah itu, aku tak ingat apa-apa lagi.

Aku terbangun mendengar suara ayat-ayat suci yang dibacakan …

Terkadang terdengar seseorang memanggil namaku. Perlahan aku membuka mata, dan kulihat di samping kananku ada seorang Ustadz yang sedang membaca Al-Qur’an dengan khusyuk. Di samping kiriku, kulihat ibuku dengan mata sembab, menandakan bahwa dia telah menangis. Begitu aku membuka mata, ibuku langsung memelukku sambil menangis.

“Alhamdulillah, kau sudah sadar, anakku. Terima kasih ya Tuhan,” ratap ibuku dengan suara tercekat.

Ayahku yang duduk di samping ibuku segera menenangkan ibuku yang terisak sambil memelukku. Aku hanya diam, bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi padaku. Pak Ustadz yang duduk di sampingku dengan senyuman teduhnya memberiku segelas air putih.

“Sudah satu minggu kamu pingsan! Kamu ditemukan tergeletak di tengah kuburan,” jelas Pak Ustadz.

Mendengar kata kuburan, kenangan kejadian itu langsung terlintas dalam pikiranku. Dengan perasaan yang masih dipenuhi ketakutan, aku mulai menceritakan semua yang terjadi, dari awal hingga akhir. Semua yang ada di ruangan itu terlihat ngeri mendengar ceritaku.

Sejak kejadian itu, aku semakin rajin mendekatkan diri pada Tuhan. Sholat yang dulu kutinggalkan, kini kutunaikan kembali. Kitab suci yang sempat terlupakan, kini kutelaah lagi. Meskipun kejadian itu masih menghantui, aku kini lebih menyadari bahwa ada dimensi kehidupan lain yang diciptakan Tuhan di luar dunia manusia yang nyata ini. Semoga kejadian ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua. Demikianlah Misteri Nusantara – Terperangkap dalam Keranda.

Klik Disini, Daftar Platform Game Online Aman dan Terpercaya Sejak 2014


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *