Misteri Nusantara – Teror di Toilet Sekolah Kisah ini sebenarnya sudah cukup lama terjadi, sekitar tahun 90-an, di sebuah sekolah dasar di desa kecil. Tokoh utama cerita ini, Anton, mengalami kejadian mistis saat masih duduk di bangku SD. Era 90-an di desa memang masih sangat sederhana, serba terbatas, dan suasana sekolah pun terlihat tua dan menyeramkan.
Kejadian Aneh di Toilet Sekolah
Suatu sore, usai kegiatan pramuka, Anton memutuskan untuk mampir ke toilet sebelum pulang. Namun, tanpa disangka, ketika hendak keluar dari toilet, pintu tiba-tiba terkunci rapat. Anton mencoba sekuat tenaga mendorong dan memutar gagang pintu, tetapi sia-sia. Ia bahkan berteriak memanggil teman-temannya, tetapi suara itu seakan tertahan di dalam ruangan yang pengap dan dingin.
Sesaat kemudian, Anton mendengar suara langkah kaki perlahan mendekat. Dengan harapan itu adalah temannya yang datang membantu, ia berteriak lagi, “Tolong, aku terkunci di sini!” Namun, langkah itu berhenti tiba-tiba, dan tak ada jawaban. Hening. Tak ada tanda-tanda kehidupan di sekitar toilet. Tubuh Anton mulai gemetar, perasaannya dipenuhi ketakutan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Penampakan di Atas Plafon
Dengan putus asa, Anton memutuskan untuk melihat ke atas, mencari jalan keluar lainnya. Ketika ia mendongak ke arah plafon yang sebagian kayunya sudah lapuk, matanya membelalak. Di sana, tampak sesosok wanita berambut panjang, berpakaian serba putih, dengan wajah yang penuh luka mengerikan. Wanita itu hanya diam memperhatikan Anton dari balik kayu atap, matanya kosong dan hitam.
Anton langsung berteriak ketakutan dan menangis, tubuhnya lemas, hampir tak mampu berdiri. Suara teriakannya memecah kesunyian sore itu dan terdengar oleh Pak Jaka, penjaga sekolah yang kebetulan sedang berada di kebun dekat toilet.
Pak Jaka Menolong Anton
Pak Jaka segera berlari ke arah toilet dan dengan mudah membuka pintu yang terkunci. Di dalam, ia menemukan Anton menangis sambil menutup matanya erat-erat. “Anton, kamu kenapa? Ada apa di sini?” tanya Pak Jaka sambil mencoba menenangkan bocah yang ketakutan itu.
Dengan suara bergetar, Anton menceritakan sosok wanita mengerikan yang ia lihat di atas plafon. Pak Jaka terdiam sejenak, kemudian mengangguk pelan. “Di sekolah ini memang ada penunggunya, Nak. Salah satunya memang kuntilanak yang suka usil dengan anak-anak yang pulang terlalu sore.”
Teror Belum Usai
Setelah berhasil menenangkan diri, Anton berpamitan kepada Pak Jaka untuk pulang, karena adzan magrib sudah terdengar sayup-sayup. Namun, baru saja beberapa langkah meninggalkan halaman sekolah, Anton tiba-tiba melihat sesuatu yang membuat jantungnya berhenti sejenak. Di sudut bangunan, sebuah kaki buntung penuh darah tampak bersandar di tembok, seperti menunggu seseorang yang lewat.
Anton ketakutan, tubuhnya kaku, namun ia berhasil memberanikan diri untuk kembali berlari menuju Pak Jaka. “Pak! Pak Jaka! Ada… ada kaki tanpa tubuh di sana!” ujarnya terbata-bata sambil menunjuk ke arah yang ia lihat.
Pak Jaka menarik napas panjang dan mengelus bahu Anton. “Jangan dipikirkan, Nak. Ini sudah lewat magrib, memang sering ada penampakan aneh di sini. Biar bapak antarkan kamu pulang.”
Akhir dari Teror
Pak Jaka akhirnya mengantar Anton pulang, memastikan bocah itu tiba di rumah dengan selamat. Dalam perjalanan pulang, Anton tak berani menoleh ke belakang. Teror hari itu meninggalkan bekas yang mendalam dalam ingatannya.
Kisah ini menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi Anton dan menjadi cerita mistis yang terus beredar di kalangan warga desa selama bertahun-tahun. Bagi mereka yang mendengar, ini menjadi pengingat untuk tidak berada di sekolah setelah senja tiba, karena ada sosok tak kasat mata yang bisa muncul kapan saja.
Tinggalkan Balasan