Geng “Kucing Hitam” dan Teror Arwah Pemakaman

Teror di Kelas Lima : Geng Kucing Hitam dan Kekuatan Arwah Sebagai Ketua Murid (KM) kelas lima, Dimas harus menjalani tugas berat mengurusi seluruh anak kelasnya, bahkan hingga ke kelas empat. Di sekolah, Dimas juga memimpin sebuah geng kecil yang kerap membuat keributan. Geng ini dikenal dengan nama “Kucing Hitam,” meskipun tidak ada satupun anggota yang benar-benar tampak seperti kucing. Geng ini terdiri dari anak-anak yang terkenal karena kelakuannya yang aneh dan penuh teror.

Anggota Geng yang Aneh dan Menakutkan

Dimas memiliki dua orang teman yang juga menjadi anggota utama gengnya. Andra adalah anak besar dengan kulit gelap, tubuh kekar, dan postur tinggi yang membuatnya tampak menakutkan. Meskipun sering menggerutu dan menyendiri, Andra sangat tangguh dalam menghadapi apa pun, bahkan jika itu berupa ancaman. Kiki, anggota kedua geng, sangat berbeda. Tubuhnya sangat kurus dengan kulit putih seperti mayat, dan meskipun wajahnya tampak ramah, dia terkenal sangat temperamental. Rata-rata anak-anak lain menghindari Kiki karena tidak tahu apa yang bisa terjadi ketika dia marah.

Teror di Kelas Lima : Geng Kucing Hitam dan Kekuatan Arwah
Teror di Kelas Lima : Geng Kucing Hitam dan Kekuatan Arwah

Lalu ada Niko, anggota ketiga geng ini. Niko sangat ramah, tapi tampak seperti orang gila saat sedang terlibat dalam kelakuan yang tidak jelas. Mulutnya yang tebal sering kali membuatnya terdengar kasar dan mengganggu, membuat orang merasa tidak nyaman berada di dekatnya. Semua orang memanggil mereka geng “Kucing Hitam” karena mereka suka mengganggu teman-teman mereka tanpa alasan yang jelas.

Pemakaman Angker yang Menghantui

Di belakang SD Cempaka terdapat sebuah pemakaman umum yang terbengkalai. Seringkali, pemakaman ini menjadi tempat bermain yang menyeramkan bagi para siswa. Pemakaman tersebut dikelilingi oleh semak-semak tebal, dan malam hari menjadi tempat yang sangat mencekam. Namun, banyak anak yang tidak memperhatikan hal itu—mereka lebih tertarik dengan gangguan yang dilakukan oleh geng Kucing Hitam.

Aku selalu merasa takut ketika melewati pemakaman itu, terutama pada hari-hari tertentu. Beberapa kali, aku mendengar bisikan aneh yang datang dari arah sana. Tapi, aku berpikir itu hanya imajinasiku saja. Aku tidak tahu kalau ada sesuatu yang lebih gelap dan menakutkan yang tengah berlangsung.

Kerasukan Arwah dan Teror yang Dimulai

Suatu hari, pada saat istirahat di kelas, semua anak dikejutkan oleh kejadian yang tak terduga. Andra dan Kiki, dua anggota geng Kucing Hitam, tiba-tiba menunjukkan perubahan yang aneh. Andra mulai berteriak tanpa alasan, suaranya berat dan serak, seperti suara orang tua yang sudah lama meninggal. Kiki, yang biasa saja, berubah menjadi sangat kasar. Dia meninju meja dan menggeram seperti binatang buas.

Ternyata, Andra tengah kerasukan arwah Eyang Suro, sementara Kiki dirasuki arwah Eyang Kunti. Kedua arwah itu sangat kuat dan menakutkan, dan keduanya memiliki tujuan yang sangat jelas: menakut-nakuti seluruh sekolah.

Anak-anak di kelas takut setengah mati. Beberapa berlari keluar kelas, sementara yang lainnya bersembunyi di bawah meja. Aku dan teman-teman lainnya hanya bisa menatap terkejut ketika Andra yang kerasukan mulai menggerakkan tubuhnya dengan cara yang sangat aneh, seperti sesuatu yang bukan manusia. Kiki, di sisi lain, berbicara dengan suara yang dalam, seakan bukan dia yang mengendalikan tubuhnya.

Mie Goreng dan Pertemuan dengan Arwah

Hari itu semakin menyeramkan. Setelah kejadian itu, aku memilih untuk tetap berada di kelas dan membuka bekal mie goreng yang dibawa dari rumah. Aku ingin melupakan sejenak kejadian tadi, tetapi ketenanganku terganggu. Andra mendekat, matanya menatap tajam ke arahku. Aku terdiam, tidak tahu harus berbuat apa.

Dia mendekatkan wajahnya dan mendesis, “Mie… mie…” sambil mengerlingkan matanya. Suara yang keluar dari mulutnya bukan suara Andra, melainkan suara seseorang yang sudah lama mati.

ISOTOTO : Platform Game Online Terpercaya di Indonesia
ISOTOTO : Platform Game Online Terpercaya di Indonesia

Aku takut setengah mati, namun tidak bisa berkata apa-apa. Kiki juga mendekat dengan senyum tipis yang tampak jahat. “Kamu punya mie goreng, ya?” dia bertanya dengan suara serak. Tanpa sadar, aku merasakan ketakutan yang luar biasa. Kedua arwah itu tampaknya benar-benar ingin menguasai tubuh kami semua.

Aku memberanikan diri dan menyerahkan mie gorengku kepada Andra. Saat itu juga, Andra mulai mengunyah mie dengan kasar, seperti orang yang sedang kelaparan. Kiki berdiri di sampingnya, terus menatap dengan tatapan yang mengerikan.

Tiba-tiba, Bu Guru Nisa masuk ke kelas. Melihat kegaduhan ini, dia dengan tegas meminta kami semua untuk kembali tenang. Andra, yang kerasukan, seakan tidak takut lagi. Namun, ketika Bu Guru Nisa mendekat, dia tiba-tiba menghentikan semua tindakannya. Andra yang biasanya mengamuk, kini diam seperti patung.

“Sudah cukup, Andra,” kata Bu Guru Nisa dengan suara lembut namun penuh otoritas. “Kembalilah pada dirimu sendiri.” Andra akhirnya berhenti, matanya kembali normal, dan arwah yang merasuki tubuhnya pun lenyap begitu saja.

Kekuatan Teror yang Tak Terhentikan

Namun, meskipun Andra kembali normal, rasa takut masih membayangi kami. Geng Kucing Hitam tampaknya semakin berani dan memiliki pengaruh yang besar di sekolah. Banyak anak yang mulai takut bersekolah, dan beberapa siswa bahkan berhenti datang ke sekolah. Teror ini mulai meluas, dan arwah Eyang Suro dan Eyang Kunti mulai menjadi legenda yang menakutkan.

Aku dan teman-temanku merasa harus melakukan sesuatu. Kami memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut mengenai arwah yang merasuki Andra dan Kiki. Kami menyadari bahwa pemakaman di belakang sekolah memiliki cerita kelam yang mungkin menjadi sumber teror ini. Namun, semakin kami mencari tahu, semakin banyak hal aneh dan menakutkan yang terjadi di sekitar kami. Pintu kelas yang terkunci sendiri, suara langkah kaki yang tak terlihat, dan bisikan di malam hari—semua itu semakin nyata.

Mengakhiri Teror

Akhirnya, kami menyadari bahwa untuk mengakhiri teror ini, kami harus menghadapi langsung arwah-arwah yang merasuki geng Kucing Hitam. Kami bertekad untuk pergi ke pemakaman di belakang sekolah dan menggali lebih dalam misteri yang ada di sana. Namun, kami tahu bahwa perjalanan ini akan penuh dengan bahaya dan ketakutan yang mengerikan.

Sekolah kami, yang dulunya damai, kini menjadi tempat penuh kegelapan, dan hanya waktu yang akan menentukan apakah kami bisa menghentikan teror ini atau justru terperangkap dalam pusaran arwah yang tak kasat mata.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *