Misteri Nusantara – Tali Pocong Berujung Petaka Sabeni menelusuri jalanan tanah merah yang basah setelah hujan. Gerimis yang masih mengguyur membuat tanah merah itu seperti sekumpulan lintah licin yang menempel di kaki, hingga beberapa kali Sabeni terjatuh. Dia tidak ingin terjatuh lebih lama, apalagi di sepanjang jalan ini ada kuburan-kuburan di kanan dan kirinya. Sabeni merasa cemas. Dia merasa tidak aman berada di tempat seperti itu di malam hari.
Sabeni tengah menuju kuburan, sebuah tempat yang tak asing baginya. Semua ini berawal seminggu lalu, tepat di depan warung sate miliknya. Sabeni terkapar di atas tanah, darah mengalir dari hidung dan mulutnya. Di dekatnya, dua buah gigi tergeletak. Beberapa orang yang lewat sempat berteriak dan berusaha membangunkannya.
Utang yang Mencekik
Beberapa menit sebelumnya, sekelompok penagih utang datang untuk menagih hutang yang telah menunggak selama dua bulan. Sabeni meminjam Rp 5 juta untuk memperpanjang napas warung sate-nya. Namun, masalah muncul ketika Sabeni tidak mampu melunasi utangnya. Hutang itu pun membengkak tiga kali lipat.
Para penagih utang itu tidak hanya mengambil uang, tetapi juga menganiaya Sabeni. Luka-luka memar memenuhi tubuhnya, sementara uang hasil penjualan sate yang baru terjual pun diambil paksa. Malam itu, Sabeni terpaksa menutup warung lebih awal.
Di pos ronda, Sabeni mengeluh kepada Marzuki, sahabatnya yang setia menemaninya.
“Ben, kalau nanti mereka datang lagi, panggil aku saja. Biar aku gorok mereka pakai golok peninggalan kakekku,” ujar Marzuki sambil menyeruput minuman keras dari plastik hitam.
Sabeni dan Marzuki sering bertemu di pos ronda. Keduanya masih bujangan dan menghadapi kesulitan yang sama sebagai pedagang kaki lima. Pos ronda menjadi tempat mereka berbicara dan meluapkan perasaan.
“Aku ingin bisa cepat kaya, Juk. Gak kuat lagi aku hidup begini,” keluh Sabeni sambil menghisap rokok dalam-dalam.
Marzuki mengangguk dan tiba-tiba berkata dengan serius, “Ada cara, tapi kamu berani atau tidak?”
Rencana Aneh dan Berbahaya
Marzuki melanjutkan, “Curi tali pocong Pak Syamsudin, itu katanya bisa memberi kamu kekayaan atau setidaknya kekebalan. Tali pocong itu bisa bikin kamu kebal dari orang-orang yang mau menyakitimu.”
Sabeni memandang Marzuki dengan heran. “Wah, sinting kamu! Masa aku nyuri tali pocong Pak Syamsudin? Baru seminggu yang lalu dikuburkan. Dapat dari mana kamu tahu soal begini?”
Marzuki tersenyum lebar. “Dulu di kampungku, setiap Selasa Wage, banyak orang yang menjaga makam. Mereka takut kalau ada yang mencuri kain kafan atau barang berharga di kuburan. Aku kenal orang yang sukses karena pakai tali pocong itu. Tadinya dia hanya petani, tapi sekarang dia punya warung kelontong yang laris.”
Sabeni mulai tertarik, meski ragu. Setelah dua hari memikirkan rencana gila ini, akhirnya Sabeni menemui Marzuki lagi dan meminta petunjuk.
Mencuri Tali Pocong
Dengan celana yang penuh lumpur dan hati yang gelisah, Sabeni sampai di kuburan Pak Syamsudin, tetangga yang baru meninggal karena serangan jantung. Pak Syamsudin meninggal tepat seminggu yang lalu. Sabeni mematikan lampu senter dan meletakkannya di atas kuburan lain. Dengan hati-hati, dia mulai mencangkul tanah.
Setelah dua jam menggali, Sabeni akhirnya berhasil mencapai peti jenazah. Namun, pemandangan mayat yang sudah seminggu terkubur membuatnya merasa sangat ngeri. Sabeni menutup mata dan meraba bagian kepala jenazah Pak Syamsudin. Dia mencari simpul tali pocong dan melepaskannya. Setelah berhasil, dia tertawa kecil, merasa puas.
“Aku berhasil mengambil tali pocong itu,” ujar Sabeni sambil tersenyum, memegangi sebotol bir.
Marzuki yang masih belum percaya bertanya, “Sudah kamu kasih sajen, Ben?”
Sabeni mengangguk dan mereka merayakan pencapaian itu dengan secukupnya, minum bir di pos ronda. Marzuki mendengarkan cerita Sabeni dengan antusias. Mereka berbicara panjang lebar tentang perjalanan gila Sabeni, sementara Sabeni merayakan keberhasilan kecilnya dengan penuh kebanggaan.
Kekayaan yang Datang dengan Harga Tinggi
Setelah mendapatkan tali pocong itu, keajaiban segera terjadi. Warung sate Sabeni tiba-tiba ramai dengan pelanggan. Biasanya, Sabeni selalu pulang dengan sisa-sisa sate yang tidak terjual, tetapi kini, warungnya selalu penuh dengan orang yang antre. Bahkan, pelanggan rela berdesakan hanya untuk menikmati sate di warung Sabeni.
Sabeni mampu membeli gerobak baru dan menyediakan lebih banyak tempat duduk untuk menampung pengunjung yang semakin banyak. Dia juga berhasil membeli sepeda motor meski baru membayar uang muka. Dalam waktu kurang dari satu bulan, semuanya berubah. Semua impian Sabeni mulai menjadi kenyataan. Namun, ada satu hal yang tetap tidak bisa dia selesaikan: utangnya.
Akhir yang Mengerikan
Meski hidupnya berubah, Sabeni tetap tidak bisa melunasi hutang-hutangnya. Namun, kali ini bukan karena tidak ada uang. Pada suatu malam, Sabeni ditemukan tewas di rumahnya dengan leher tergorok. Kejadian itu menggemparkan seluruh tetangga, terutama Marzuki yang merasa kehilangan sahabatnya.
Di hadapan kuburan Sabeni, Marzuki hanya bisa terdiam, menatap batu nisan sahabatnya itu. Beberapa hari setelah kejadian, dia memutuskan untuk menggali makam Sabeni. Marzuki mengangkat cangkul dan mulai menggali, berharap bisa mengetahui lebih banyak tentang kejadian yang sebenarnya. Demikianlah Misteri Nusantara – Tali Pocong Berujung Petaka.
=== PREDIKSI SYDNEY HARI INI ===
Klik Disini, Daftar Platform Sydney Aman dan Terpercaya Sejak 2014
Tinggalkan Balasan