
Misteri Nusantara – Suster Jaga Ruang UGD Namaku Maya. Ini adalah malam pertamaku bertugas di sebuah puskesmas kecil di pinggiran kota. Malam itu, aku kebagian dinas malam bersama seorang teman seprofesi.
Aku datang lebih awal dari jadwal. Setelah menerima operan pekerjaan dari rekan-rekan dinas sore di ruang UGD, mereka pun pulang. Salah satu dari mereka sempat memberitahuku bahwa perawat UGD dinas sore sudah pulang, sementara perawat dinas malam belum datang. Mereka juga mengingatkan bahwa jika ada pasien, aku hanya bisa bekerja sama dengan bidan jaga, karena di puskesmas ini hanya ruang UGD dan kamar bersalin yang beroperasi selama 24 jam.
Awal Malam yang Sepi
Setelah menaruh tas dan jaket di loker di aula puskesmas yang bersebelahan dengan ruang UGD, aku mendengar suara telepon berdering dari arah kamar bersalin. Bidan jaga, Ibu Sri, melambaikan tangannya ke arahku. Aku menghampirinya, dan dia bertanya, “Maya, perawat UGD-nya sudah datang?”
Aku menggelengkan kepala. Dia mengangguk kecil dan kembali menempatkan gagang teleponnya. Aku kembali ke aula dan duduk di kursi plastik dekat loker sambil menunggu rekanku datang.
Waktu terasa berjalan lambat. Arlojiku menunjukkan pukul 9.20 malam ketika rekanku, Karin, akhirnya tiba. Dia terlihat tergesa-gesa dan setengah berlari menghampiriku. “Maaf banget, May, aku telat!” ucapnya terburu-buru.
Aku menunjuk ke arah loker di belakangku. “Taruh barang di sana aja, Kar.”
Dia memahami dan segera meletakkan tasnya di loker.
Sosok Misterius di Ruang UGD
Selang beberapa saat, Karin masuk ke ruang UGD. Aku belum ikut masuk karena masih sibuk membalas pesan di ponselku. Sambil mengetik, aku samar-samar mendengar suara Karin seolah sedang berbicara dengan seseorang di dalam ruangan itu. Aku mendongak dan menoleh ke arah ruang UGD. Dari posisiku, aku bisa melihat Karin berdiri menghadap meja perawat. Dia tampak mengangguk-anggukkan kepalanya, seperti sedang mendengarkan lawan bicaranya.
Meja perawat di ruang UGD tertutup gorden yang terlipat rapi. Penasaran, aku mencoba melihat lebih jelas. Perlahan, aku menurunkan pandanganku ke lantai, berharap bisa melihat kaki seseorang di balik meja. Namun, yang kulihat hanyalah kegelapan. Tidak ada siapa pun di sana.
Perasaan merinding mulai merayapi tubuhku. Aku mencoba mengabaikan hal itu dan kembali duduk tegak. Beberapa menit kemudian, Karin keluar dari ruang UGD dengan wajah kesal.
“Maya, ibu perawatnya aneh banget! Aku tadi minta maaf karena telat, tapi dia cuek aja,” ucap Karin dengan nada jengkel.
Aku mengerutkan dahi, bingung mendengar ceritanya. “Kar, ibu perawatnya belum datang,” jawabku pelan.
Mata Karin melebar, ekspresinya berubah menjadi ketakutan. Dia perlahan menoleh ke arah ruang UGD yang kini tampak kosong dari tempat kami berdiri.
Kengerian di Malam Sunyi
Tanpa banyak bicara, Karin menggamit tanganku. Kami masuk ke ruang UGD bersama-sama. Sepi. Tidak ada siapa pun di sana. Kami lalu menuju ruang tidur petugas, tetapi ruangan itu juga kosong. Begitu pula di depan ruang UGD, tidak ada tanda-tanda kehadiran orang lain.
“May, tadi aku jelas-jelas ngobrol sama seseorang di meja itu,” bisik Karin dengan suara gemetar.
Aku mencoba menenangkan Karin, meskipun dalam hati aku sendiri mulai diliputi rasa takut. Kami memutuskan untuk kembali ke aula dan duduk bersama. Namun, belum sempat kami tenang, terdengar suara langkah kaki dari arah ruang UGD. Langkah itu terdengar pelan, namun teratur, mendekati pintu aula.
“Karin, kamu dengar itu?” tanyaku sambil menggenggam erat tangannya.
Karin hanya mengangguk, wajahnya semakin pucat. Langkah kaki itu berhenti tepat di depan pintu aula. Aku mencoba mengintip ke arah pintu, tapi yang kulihat hanyalah bayangan samar. Tidak ada orang di sana.
Tiba-tiba, suara dering telepon dari kamar bersalin memecah keheningan. Aku dan Karin saling berpandangan sebelum akhirnya memberanikan diri berjalan ke arah kamar bersalin. Namun, ketika kami sampai di sana, telepon itu berhenti berdering. Ibu Sri yang sebelumnya ada di sana, kini tidak terlihat.

Teror yang Belum Berakhir
“Ibu Sri?” panggilku dengan suara pelan. Tidak ada jawaban. Ruangan itu kosong.
Karin menarik lenganku. “May, aku nggak mau di sini lagi. Ini nggak normal,” bisiknya dengan nada panik.
Aku mengangguk setuju. Kami memutuskan untuk kembali ke ruang UGD, berharap menemukan keberadaan Ibu Sri atau siapa pun. Namun, saat kami melewati meja perawat, suara tawa pelan terdengar dari balik gorden. Tawa itu terdengar menyeramkan, seperti berasal dari seseorang yang berdiri sangat dekat.
Dengan tangan gemetar, aku membuka gorden itu. Tidak ada siapa pun. Hanya meja kosong dengan buku catatan terbuka di atasnya. Namun, yang membuat kami benar-benar ketakutan adalah tulisan di buku itu: “Selamat datang, Maya dan Karin. Kami sudah menunggu.” Demikianlah Misteri Nusantara – Suster Jaga Ruang UGD.
=== PREDIKSI SYDNEY HARI INI ===
ISOTOTO : Platform Sydney Aman dan Terpercaya Sejak 2014
Klik Disini, Daftar Sekarang.
Tinggalkan Balasan