Sungai Kematian : Seruan Balas Dendam dari Kegelapan, Kisah ini terjadi pada tanggal 20 Agustus 2013, di sebuah kosan sederhana di daerah Bandung. Di tempat tersebut, Riska tinggal sekamar dengan enam orang teman, termasuk seorang gadis bernama Liana. Liana adalah sosok yang pendiam dan sering menjadi sasaran bully dari teman-temannya. Setiap malam, Riska memperhatikan Liana yang selalu menulis di sebuah buku dengan penuh konsentrasi, namun tidak ada yang tahu apa isi buku tersebut. Malam demi malam, Liana tampak lelah dan kadang tertidur saat menulis.
Penindasan yang Berlanjut
Suatu ketika, teman-teman sekosan Riska yang tidak sabar membuka buku Liana dan menyobek ceritanya. Riska sudah melarang mereka, tetapi teman-temannya malah membakar buku tersebut. Ketika Liana pulang dan melihat apa yang terjadi, kemarahan meluap. Namun, teman-teman Riska justru menertawakannya. Dalam keadaan frustasi, Liana mengucapkan kata-kata menakutkan, “Aku akan membunuh kalian!”
Keadaan semakin memburuk ketika suatu hari, Liana berjalan menuju sekolah. Tiga orang laki-laki, yang merupakan pacar dari tiga teman Riska, mendorongnya ke jurang. Sebelum itu, mereka menelanjangi Liana dengan tawa mengejek. Riska merasa bersalah karena tidak bisa melindungi sahabatnya. Hari demi hari berlalu, Liana tidak pernah ditemukan.
Mimpi dan Teror Malam
Beberapa waktu setelah kejadian tragis itu, lima teman Riska memutuskan untuk pulang ke kampung halaman mereka. Riska merasa kesepian dan mulai terjebak dalam mimpi buruk yang berulang. Setiap malam, Riska bermimpi tentang Liana yang memintanya mengambil sisa-sisa buku yang telah dibakar. Riska selalu terbangun mendengar suara pena yang menulis, meskipun di kamar itu hanya ada dirinya sendiri.
Pada suatu malam hujan deras, Riska memutuskan untuk mencari Liana di sekitar lokasi kejadian. Dalam upayanya, ia terpeleset ke sungai, tetapi ia tidak peduli. Riska terus mencari Liana sambil membawa sisa-sisa bukunya, tetapi tak ada tanda-tanda keberadaan sahabatnya. Dengan tubuh penuh lumpur dan luka, Riska akhirnya pulang ke kosan.
Pertemuan yang Mengerikan
Ketika Riska membuka pintu, ia terkejut melihat teman-temannya duduk menonton TV dengan wajah pucat dan dingin. Di sana, ia melihat Liana, yang tampak tenang dan sedang menonton bersama mereka. Riska berlari dan memeluk Liana, tetapi tubuhnya terasa aneh dan merinding.
Tiba-tiba, berita di TV menayangkan kecelakaan tragis. Lima orang anak jatuh ke jurang dan orang-orang menemukan mereka menggantung dengan tubuh telanjang di pohon. Di kaca mobil mereka terdapat tulisan, “DENDAMKU TERBALASKAN DI JURANG YANG SAMA! JANGAN MERUSAK BUKUKU!!!”
Riska bertanya panik, “Siapa kalian?”
“Kami datang menjemputmu, Riska!” jawab Liana.
“Tapi aku belum mati dan tidak mau mati!” Riska berusaha melawan.
“Terima kasih, Riska, sudah membawa sisa bukuku. Jika kamu belum mati, kami tidak akan mengajakmu,” jawab Liana dengan nada tenang.
Kesadaran Terakhir
Liana kemudian mengajak Riska menuju sungai dan menunjukkan sesuatu yang mengerikan. Ada tubuh Riska yang terbaring mengambang di sungai, tidak bernyawa. “Lain kali, kalau melangkah, harus hati-hati!” kata Liana dengan nada mengancam.
Kesimpulan
Kisah ini menjadi pengingat tentang pentingnya menjaga persahabatan dan dampak buruk dari penindasan. Liana, yang semula dianggap lemah, menjadi sosok yang menakutkan setelah menghadapi tragedi. Riska, yang tidak pernah menyangka bahwa persahabatannya akan berujung pada kegelapan, belajar bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi.
Tinggalkan Balasan