Sekolah “Berpenghuni”

Misteri Nusantara – Sekolah “Berpenghuni” Sekolah memang tempat yang nyaman untuk belajar, tetapi coba bayangkan jika sekolah berhantu?

Seperti biasa, aku datang pagi-pagi ke sekolah …

Sebagai seorang guru SD, aku harus mengusahakan datang sebelum semua muridku hadir. Pagi itu aku datang sangat pagi dan langsung menuju kelas. Ketika sampai di depan pintu kelas sambil membawa barang-barangku, aku mendengar suara anak-anak yang sudah ramai di dalam kelas.

Kala itu pintu kelas sedang tertutup namun tidak terkunci. “Kleek,” aku membuka pintu kelas dan dengan senyuman pagi aku menyapa murid-murid yang terdengar suaranya dari luar. Aku pun menghentikan senyumanku setelah melihat bahwa tidak ada satu murid pun di dalam kelas. Aku sedikit merasa aneh karena sebelumnya aku mendengar suara ribut seperti anak-anak bermain.

Setelah memperhatikan sekeliling ruangan, aku tidak menemukan seorang pun. Aku menoleh ke pojok ruangan dekat dengan salah satu meja murid. “Mungkin pantulan suara dari kelas lain,” pikirku saat itu. Namun, aku melihat seorang wanita berambut panjang yang sedang menatapku dan tersenyum.

Sekolah "Berpenghuni"
Sekolah “Berpenghuni”

Melihat wanita itu tersenyum, aku pun refleks memberikan senyuman balik. Saat itu aku mengira wanita itu adalah petugas kebersihan yang ingin membersihkan kelas.

Tanpa sepatah kata, aku langsung berjalan menuju meja guru. Aku segera mempersiapkan segala sesuatu untuk mengajar hari itu. Ketika menyadari gelas di mejaku belum ada, aku berencana meminta tolong petugas kebersihan untuk mengambilkannya. Aku segera menyapanya sambil menoleh, “Mbak, tolong…” Namun aku langsung terdiam karena setelah menoleh, ternyata petugas kebersihan itu sudah tidak ada di kelas.

“Kemana mbak tadi?” gumamku. Biasanya petugas kebersihan selalu pamit jika ingin pergi, tapi kali ini dia pergi diam-diam. “Mungkin dia lelah,” pikirku saat itu.

Murid-muridku mulai berdatangan satu per satu …

“Bu, meja saya kok gak ada?” tanya seorang murid padaku.

“Gak ada gimana?” tanyaku kembali.

“Iya, kursinya ada, tapi mejanya gak ada,” jawabnya.

Aku segera menuju tempat duduknya untuk memastikan, karena kebetulan ia duduk di depan. Memang benar, meja anak itu tidak ada dan hanya kursinya yang tertinggal.

“Ada yang melihat meja Rita?” tanyaku pada murid yang lain.

“Tidak, Bu,” jawab beberapa di antara mereka.

Aku pun segera berkeliling di dalam kelas untuk mencari meja itu, mungkin ada yang memindahkannya. Dua orang muridku ikut membantu.

“Gak ada, Bu. Mungkin dipindahkan ke kelas lain,” kata salah satu murid.

Putus asa mencari di dalam kelas, aku berencana mencarinya ke kelas lain. Namun, karena jam pelajaran sudah dimulai, aku meminta mereka berdoa terlebih dahulu.

Setelah selesai berdoa, aku meminta murid-murid mempersiapkan diri dan alat tulis mereka. Ketika aku hendak keluar kelas, tiba-tiba salah seorang murid berkata, “Itu meja Rita ada, Bu.”

Langkahku terhenti. “Dimana?” tanyaku …

“Itu, Bu, di belakang,” jawabnya sambil menunjuk.

Aku melihat meja itu ada di pojok belakang kelas. Rasanya aneh, karena sebelumnya meja itu tidak ada di sana.

“Bu… tadi gak ada meja di situ kan?” tanya salah satu muridku yang ikut mencari tadi.

“Iya, tadi kosong, gak ada apa-apa,” jawabku.

“Kok bisa ya?” tanyanya lagi.

“Ya sudah, gak usah kasih tahu yang lain ya. Diam saja,” pintaku agar murid lain tidak ketakutan.

Aku segera meminta murid-murid memindahkan meja itu ke tempat semula. Lalu, aku bertanya pada petugas kebersihan yang kebetulan lewat di depan kelas.

“Mbak, kemarin waktu beresin kelas ada yang mindahin meja itu gak?” tanyaku sambil menunjuk meja Rita.

“Kemarin kan semua cleaning service ada pertemuan, jadi gak sempat bersih-bersih,” jawabnya.

“Jadi siapa yang mindahin meja itu?” tanyaku bingung.

“Kurang tahu ya, Bu. Kemarin waktu kelas sudah kosong, langsung saya kunci, jadi gak mungkin ada yang masuk,” jawabnya.

“Oh iya, hari ini ada cleaning service baru?” tanyaku lagi …

“Cleaning service di lantai ini ya cuma saya sendiri, Bu,” jawabnya.

Aku terdiam, masih bingung dengan kejadian hari itu. Kursi yang menghilang tiba-tiba muncul di tempat yang sudah dicari. Seorang wanita yang hadir dan menghilang tanpa kata-kata. Sungguh kejadian yang sangat aneh.

Saat sedang bersantai sejenak setelah semua murid pulang, aku mulai mengantuk. “Hai!” Aku kaget melihat seseorang berdiri di depanku. Lelaki tinggi besar dengan baju merah menyala itu tersenyum sambil mengedipkan matanya.

“Ih, Pak Dedi, kenapa?” tanyaku aneh.

Pak Dedi tidak menjawab, hanya tetap mengedipkan mata sambil tersenyum. Tak lama, ia melangkah keluar kelas tanpa basa-basi.

Aku masih bingung dan bertanya dalam hati, “Ada apa dengan Pak Dedi?”

Selang beberapa saat, aku melihat Pak Dedi lewat lagi bersama staf lain.

“Pak Dedi,” panggilku.

“Iya, Bu. Ada apa?” tanyanya.

Aku terdiam sejenak. “Weiss… udah ganti baju?” ujarku.

“Ganti baju apa, Bu? Saya dari pagi juga pakai ini,” jawab Pak Dedi.

Aku pun mulai merasa tidak nyaman. Setelah berbincang sebentar, aku meninggalkan mereka dan memberitahu kejadian ini pada temanku.

“Iya, Nov. Di sini memang banyak kejadian aneh,” katanya …

Aku hanya terdiam, berusaha mencerna semua yang baru saja terjadi.

Sudah sering aku mendengar tentang cerita hantu di sekolah. Namun, dari beberapa pengalaman, tetap membuatku kurang yakin bahwa sekolah berhantu memang benar adanya. Namun kali ini, mataku membuktikan sendiri bahwa sekolahku memang berhantu dan mereka suka mengganggu.

Aku sering menceritakan kejadian yang aku alami pada teman-temanku. Aku bercerita dengan sangat antusias karena pengalaman itu merupakan hal yang baru bagiku. Daru dulu aku sering mendengar cerita bahwa di sekolahku memang banyak hantunya, namun tak pernah terbayang olehku kalau mereka suka mengganggu.

Pengalaman baruku ini telah aku alami beberapa hari yang lalu. Seperti biasa, sebelum memulai awal tahun ajaran baru, guru-guru harus ke sekolah. Kami harus ke sekolah untuk menata kelas dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk memulai pelajaran baru.

Kebetulan aku harus pindah kelas, jadi mau tidak mau aku harus memindahkan semua barang-barang yang aku perlukan. Semua barang-barangku aku masukkan ke dalam bak plastik besar dan aku simpan di gudang untuk sementara, karena kelas lamaku sedang dibersihkan oleh guru lain.

Hari itu aku membersihkan dan menata kelas baruku. Sekadar informasi, kelas baruku ini lokasinya di ujung lorong gedung sekolah. Karena di sekitar kelas terdapat banyak pohon termasuk pohon bambu, cahaya matahari sedikit terhalang. Ketika mendung, aku harus menyalakan lampu karena kelasku pasti menjadi kurang cahaya.

Ketika pertama kali masuk ke dalam kelas itu, aku merasa agak aneh …

Cahaya yang redup membuatku sedikit parno berada di kelas itu.
Ngiiikk… ngiik, suara pohon bambu bergesekan karena tertiup angin membuat suasana semakin mencekam.

“Kelasnya sunyi sekali, bagus untuk menambah konsentrasi belajar,” pikirku positif terhadap kelas baruku itu.

Aku segera menata buku-buku pada rak buku dengan rapi. Aku menata buku-buku itu ujung ke ujung agar padat dan tidak goyah. Kemudian aku mencoba menentukan posisi meja yang nyaman untuk mengawasi murid-murid.

Ketika aku ingin menggeser meja guru, tiba-tiba bruuuk, semua buku-buku yang telah aku susun berhamburan di lantai. “Kok bisa jatuh ya, kan sudah padat disusunnya?” pikirku aneh.

Klik DisiniGabung Platform Sydney Singapore dan Hongkong Aman dan Terpercaya Sejak 2014
Klik Disini Gabung Platform Sydney Singapore dan Hongkong Aman dan Terpercaya Sejak 2014

Kemudian aku segera menyusunnya kembali. Aku menyusunnya lebih padat dengan memasukkan kembali buku-buku lain sehingga menjadi sangat padat dan rapat. Setelah itu aku kembali melanjutkan memindahkan posisi meja guru.

Belum sempat aku menyentuh meja guru itu, tiba-tiba bruuuk, buku yang tadi aku susun kembali berhamburan di lantai. Perasaanku menjadi tidak enak dan bulu kudukku tiba-tiba merinding. “Ini pasti bukan karena angin,” pikirku saat itu. Aku segera keluar kelas karena takut dan tidak melihat ada siapa-siapa yang sedang berjalan di sekitar kelasku.

“Ambil barang dulu di gudang,” pikirku saat itu sambil mencari suasana lain. Aku berjalan menuju gudang sambil menyapa beberapa guru yang aku temui. Setelah sampai di dalam gudang, aku segera mencari di mana bak plastik yang berisi barang-barangku. Di dalam gudang itu juga banyak barang-barang guru lain yang belum dipindahkan ke kelas, yang ditampung memakai bak plastik dengan warna dan bentuk yang sama.

Ketika sedang mencari bak plastik milikku, tiba-tiba braaak, suara meja yang dipukul menggunakan kayu. Aku kaget dan menoleh ke sumber suara itu. “Siapa sih yang bikin kaget?” pikirku saat itu. Di dalam gudang itu hanya aku sendiri. “Jadi siapa yang memukul meja itu?” tanyaku dalam hati.

Saat itu aku tidak merasa takut, namun lebih fokus pada barang-barangku …

Saat ingin menarik bak plastik milikku, sekilas aku merasa ada sekelebat bayangan lewat di sampingku. Aku menoleh, namun tidak ada apa-apa selain tumpukan barang, kursi-kursi, serta meja. Aku kembali menarik bak plastik itu yang cukup berat bagiku.

Heeemm… heemmm… heemm…, suara senandung nyanyian terdengar. “Dari mana suara itu? Ah, mungkin guru yang sedang lewat di depan gudang,” pikirku positif saat itu. Aku melanjutkan menarik keluar bak itu, cukup melelahkan karena berat menariknya.

Aku berdiri diam sejenak menarik napas agar lelahnya hilang. Namun telingaku masih mendengar senandung nyanyian tadi, heeemm… heemmm… heemm…. Tidak tahu dari mana sumber suara itu, namun tidak sengaja aku ingin menoleh ke sebelah kiri.

Betapa kagetnya aku melihat sosok wanita menggunakan gaun putih dan berambut panjang yang kusut. Ia duduk di atas meja sambil menggoyang-goyangkan kakinya yang tergantung. Sosok itu tersenyum kepadaku, kemudian bersenandung kembali, heeemm… heemmm… heemm….

Tanpa basa-basi aku segera lari ke luar gudang. Namun langkahku terhenti karena pintu gudang tertutup dan terkunci. Aku tidak tahu sejak kapan pintu itu tertutup dan sialnya kunci pintu gudang itu ada di bagian luar pintu.

“Tolong… bukain pintunya… tolong…,” aku berteriak sambil menggedor pintu.

Tidak lama, klek… ngeeek, pintu dibuka oleh seorang guru.

“Ada apa?” tanya guru itu …

“Tadi ada perempuan duduk di situ,” jawabku sambil menunjuk posisi sosok itu, namun telah menghilang.

“Pintu ini juga tadi terkunci saat aku mau keluar,” aku menambahkan.

Guru itu terdiam tanpa ekspresi. “Ya sudah, kembali ke kelas aja,” katanya.

“Kalau begitu, ambil barangku dulu,” ujarku.

Guru itu segera memanggil guru lain untuk membantuku mengeluarkan barang-barangku. Aku menunggu di luar gudang, tak berani masuk. Demikianlah Misteri Nusantara – Sekolah “Berpenghuni”.

Klik Disini
Gabung Platform Sydney Singapore dan Hongkong
Aman dan Terpercaya Sejak 2014


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *