Di sebuah desa yang jauh dari keramaian, ada sebuah rumah besar yang tak pernah dihuni, meskipun banyak yang mencoba. Rumah itu dikenal dengan sebutan Rumah Hantu Yang Berhantu oleh penduduk sekitar. Bukan hanya karena cerita seram yang beredar tentang para penghuni sebelumnya yang meninggal secara misterius, tetapi juga karena rumah itu seolah memiliki kehidupan dan kekuatan yang tak terlihat. Setiap orang yang mendekat merasa seolah dipantau oleh mata yang tak tampak, dan suara-suara aneh sering terdengar di malam hari—suara langkah kaki, tawa, dan bisikan yang tak pernah dijelaskan. Rumah itu telah menjadi legenda yang mengerikan, menarik perhatian banyak orang yang penasaran, namun tidak ada yang berani tinggal lama di sana.
Pintu yang Tak Pernah Terbuka
Pada suatu malam yang gelap, seorang pria muda bernama Rudi, yang penasaran dengan cerita yang beredar, memutuskan untuk memasuki rumah itu. Ia mendengar banyak cerita dari para penduduk desa bahwa rumah itu terkutuk, tetapi rasa ingin tahunya lebih besar daripada rasa takutnya. Begitu ia menginjakkan kaki di halaman rumah, ia merasa ada sesuatu yang menahan langkahnya, seakan rumah itu mengundangnya masuk. Angin malam yang dingin berhembus, membawa suara bisikan yang samar dari dalam. Rudi menelan ludah, namun tekadnya untuk membuktikan bahwa semua itu hanyalah mitos membuatnya melangkah lebih jauh. Pintu utama yang terlihat sudah berusia ratusan tahun itu, yang selalu terkunci rapat, terbuka dengan sendirinya begitu Rudi mendekat. Suara gemerisik terdengar dari dalam, seolah-olah rumah itu menyambut kedatangannya. Meskipun tubuhnya terasa berat dan jantungnya berdebar kencang, Rudi terus maju, memasuki ambang pintu yang perlahan tertutup di belakangnya.

Suara yang Membangkitkan Kengerian
Setelah melangkah masuk, Rudi merasa suhu ruangan menjadi dingin seketika. Lampu-lampu yang sudah lama mati menyala secara tiba-tiba, memancarkan cahaya yang redup dan bergetar. Suara-suara aneh mulai terdengar di setiap sudut rumah—seperti langkah kaki yang tidak ada pemiliknya, suara pintu yang terbanting, dan bisikan nama-nama yang tidak ia kenal. Dengan rasa takut yang perlahan tumbuh, Rudi mencoba menjelajahi rumah tersebut. Ketika ia melewati ruang tamu, ia melihat bayangan samar yang bergerak di sudut ruangan. Ia berbalik, namun tidak ada siapa pun di sana, kecuali udara dingin yang menyentuh kulitnya seperti tangan yang tak terlihat.
Bayangan yang Menunggu
Tiba-tiba, Rudi merasakan ada sesuatu yang mengikuti setiap langkahnya. Ia mendengar tawa pelan, yang semakin jelas terdengar saat ia menuju ke lantai atas. Begitu ia membuka pintu kamar utama, seketika udara terasa semakin berat dan bau busuk menyengat hidungnya. Di tengah ruangan, ia melihat sebuah kursi goyang yang bergerak sendiri. Perlahan, bayangan seorang perempuan dengan rambut panjang menutupi wajahnya muncul di depan pintu, berdiri diam dengan tubuhnya yang terbalut kain putih kotor. Rudi tidak bisa bergerak, seolah tubuhnya terkunci oleh pandangan mata kosong yang memandangnya dari bayangan tersebut. “Pergilah… sebelum semuanya terlambat,” suara perempuan itu terdengar pelan, seperti berasal dari dalam ruangannya sendiri.

Rumah yang Memanggil Jiwa
Rudi mencoba mundur, tetapi langkah kakinya semakin terasa berat. Rumah itu seolah menariknya lebih dalam, tidak memberinya kesempatan untuk keluar. Suara ketukan pintu semakin keras, dan lantai berderak seiring dengan gerakan tak terlihat yang mengelilinginya. Rudi berlari menuju tangga, namun setiap langkahnya terasa semakin lambat, seolah ada sesuatu yang menghalanginya. Begitu ia hampir mencapai pintu keluar, pintu itu tertutup dengan keras, memenjarakan dirinya di dalam rumah. Dari balik jendela, ia melihat bayangan yang lebih banyak—lebih banyak sosok yang terjebak di dalam rumah itu, mata mereka kosong, menatap dengan penuh kebencian.
Kengerian yang Tak Terucapkan
Pagi harinya, penduduk desa menemukan rumah itu kembali sunyi dan terkunci rapat. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Rudi, hanya ada jejak-jejak kaki yang memudar dan bau busuk yang menyebar dari dalam. Rumah itu tetap berdiri dengan angkuh, seolah menunggu jiwa lain untuk menambah koleksinya. Orang-orang yang berani mendekat hanya mendengar bisikan halus, peringatan yang datang dari dalam: “Ini adalah rumah yang tidak pernah selesai. Begitu kamu masuk, kamu akan tetap tinggal selamanya.” Rumah itu, yang seharusnya kosong, kini tak pernah berhenti menghantui mereka yang mencoba menggali misterinya.

Tinggalkan Balasan