Di sebuah desa terpencil, berdiri sebuah rumah tua yang dipenuhi aura mistis. Rumah itu milik Bu Nunung, seorang paranormal terkenal yang menguasai praktik pesugihan tumbal. Di antara banyak pekerja bangunan, satu nama mencuat: Kang Yana. Dia adalah tukang bangunan yang pekerja keras, tetapi di balik sosoknya yang tampak biasa, terdapat kisah menakutkan yang siap terungkap.
Pesugihan Tumbal dan Jalin Kontrak
Bu Nunung terkenal di kalangan penduduk desa. Banyak yang datang untuk meminta bantuannya dalam hal pesugihan tumbal, sebuah praktik yang konon dapat memberikan kekayaan dengan cara-cara yang tidak biasa. Namun, siapa yang menyangka bahwa praktik ini juga memiliki sisi kelam? Kang Yana, yang awalnya tertarik pada bayaran yang menggiurkan, mulai merasakan keganjilan di rumah Bu Nunung.
Setiap hari, Kang Yana bekerja di rumah tersebut, memperbaiki bagian-bagian yang rusak dan membangun kembali struktur yang telah lapuk. Namun, seiring berjalannya waktu, ia mulai mendengar desas-desus di antara para penduduk desa. Cerita-cerita tentang orang-orang yang ditumbalkan dalam ritual pesugihan tumbal Bu Nunung mulai menampakkan diri. Rasa penasaran awalnya segera berganti dengan rasa takut yang menggerogoti jiwanya.
Penemuan Mengerikan
Suatu malam, ketika Kang Yana sedang bekerja sendirian di rumah Bu Nunung, ia menemukan sesuatu yang tak akan pernah ia lupakan. Saat dia menggali di halaman belakang, matanya tertangkap oleh sesuatu yang tidak biasa. Sebuah sosok yang tampak aneh tergeletak di sana, hanya terlihat samar dalam cahaya remang-remang. Dengan langkah hati-hati, ia mendekati sosok itu.
Alangkah terkejutnya dia saat mendapati bahwa sosok itu adalah mayat yang telah berubah menjadi batang pisang! Rasa ngeri melanda dirinya; bukan hanya mayat yang mengerikan, tetapi juga makna di baliknya. Dalam pikiran Kang Yana, semua cerita tentang tumbal kini terasa sangat nyata. Dia merasa seolah seluruh hidupnya terancam dalam permainan yang sangat berbahaya.
Teror yang Tak Terelakkan
Setelah penemuan itu, kegelapan mulai menghantuinya. Kang Yana merasa ada sesuatu yang mengawasi setiap langkahnya. Suara-suara aneh sering membangunkannya di malam hari, sementara bayangan-bayangan samar muncul di sudut matanya. Tak jarang, dia terbangun dengan keringat dingin, teringat kembali momen mencekam saat melihat mayat itu.
Rasa takutnya semakin menjadi-jadi ketika ia mendengar lebih banyak cerita tentang orang-orang yang menghilang setelah berurusan dengan Bu Nunung. Desas-desus itu menyebar, menggambarkan bagaimana Bu Nunung akan melakukan ritual dengan menggunakan tumbal manusia untuk memenuhi keinginan orang-orang yang datang kepadanya. Setiap kali Kang Yana melihat ke luar jendela, dia merasa seolah-olah melihat mata-mata yang menunggu kesempatan untuk merenggutnya.
Keinginan untuk Pergi
Dari dalam hati, Kang Yana tahu dia harus pergi. Pekerjaan ini telah menjadi beban yang sangat berat bagi jiwanya. Namun, kontrak yang mengikatnya membuatnya sulit untuk melangkah pergi. Dia terjebak dalam labirin kegelapan, di mana setiap langkahnya ditentukan oleh kekuatan yang lebih besar dari dirinya. Rasa ingin tahunya yang awalnya menggerakkan langkahnya kini telah berubah menjadi penyesalan.
Dengan keberanian yang tersisa, dia memutuskan untuk berbicara kepada Bu Nunung. Ia menjelaskan rasa takutnya, dan bahwa dia ingin mengakhiri pekerjaannya di rumah tersebut. Namun, Bu Nunung dengan tenang menjawab, “Setiap keputusan ada konsekuensinya, Kang Yana. Apakah kau siap menerima apa yang mungkin terjadi jika kau pergi?”
Pelarian yang Tak Mudah
Setelah perbincangan itu, Kang Yana merasa lebih terjebak daripada sebelumnya. Dia mulai merencanakan pelarian dari rumah Bu Nunung. Dalam pikirannya, semakin cepat dia pergi, semakin aman dia. Namun, malam demi malam, ketakutan terus menggerogoti hatinya. Dia merasakan kehadiran yang tidak bisa dia jelaskan, seolah-olah sesuatu yang gelap sedang menunggunya untuk menyeretnya kembali.
Akhirnya, pada suatu malam yang penuh badai, Kang Yana mengambil keputusan. Dengan tekad bulat, dia meninggalkan alat-alatnya dan melangkah keluar dari rumah Bu Nunung untuk terakhir kalinya. Namun, langkahnya tak semudah itu. Ketika dia memasuki hutan gelap di belakang rumah, dia merasakan tekanan yang aneh, seolah-olah tanah di bawahnya menolak kehadirannya.
Hantu Masa Lalu
Kang Yana terus berlari, namun langkahnya terasa berat. Setiap kali dia menoleh, dia melihat sosok-sosok samar mengikutinya. Apakah ini hasil dari ketakutannya yang mendalam? Atau apakah itu hantu dari mereka yang pernah menjadi tumbal? Setiap detakan jantungnya semakin menguatkan rasa ngeri itu, hingga dia merasa bahwa bayangan-bayangan dari masa lalu mengikuti setiap langkahnya.
Setelah berlari selama berjam-jam, akhirnya Kang Yana menemukan jalan keluar dari hutan. Ia kembali ke desa, tetapi rasa ketakutannya tidak pernah benar-benar hilang. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak terlibat lagi dalam pesugihan tumbal atau kekuatan gelap. Namun, kenangan akan mayat yang berubah menjadi batang pisang dan bayangan-bayangan yang mengikutinya akan selalu menghantuinya.
Kengerian yang Tak Terlupakan
Kisah Kang Yana menjadi legenda di desa itu. Banyak yang memperingatkan satu sama lain untuk tidak mendekati rumah Bu Nunung dan praktik pesugihan tumbal. Kengerian yang dialaminya mengingatkan bahwa tidak semua yang tampak baik dan menarik mampu membawa kebahagiaan.
Dalam kehidupan sehari-hari, Kang Yana berusaha melanjutkan hidupnya, tetapi kengerian yang dia alami di rumah Bu Nunung terus membayangi langkahnya. Dia tahu bahwa meskipun dia telah keluar dari sana, pengalamannya akan selalu membekas, mengingatkannya untuk tidak pernah meremehkan kegelapan yang mungkin mengintai di balik keinginan untuk kekayaan.
Akhir kata, Kang Yana telah belajar pelajaran berharga: terkadang, kekayaan bukanlah apa yang kita inginkan, tetapi apa yang kita tinggalkan di belakang untuk melindungi jiwa kita dari kegelapan yang tidak terlihat.
Pecahkan Misteri Pesugihan Tanpa Tumbal Klik Disini :
Tinggalkan Balasan