Misteri Nusantara- Persembahan dari Hutan, Fika baru saja pindah ke sebuah desa yang jauh dari keramaian kota. Ia merasa hidup di desa memberikan ketenangan yang tidak bisa ia dapatkan di tempat lain. Setiap hari, ia berjalan-jalan di sekitar desa yang dikelilingi hutan lebat, menikmati udara segar dan pemandangan yang menenangkan. Namun, ada sesuatu yang tak biasa di desa itu. Penduduk setempat sering memperingatkannya untuk tidak masuk ke hutan saat malam hari, meskipun tidak ada yang pernah menjelaskan alasannya.
Malam yang Menyimpan Teror
Suatu malam, saat Fika sedang berjalan pulang dari rumah temannya, ia melewati jalan kecil yang mengarah ke hutan. Pemandangan langit yang gelap dan bulan yang tampak samar membuat suasana semakin misterius. Tanpa sengaja, ia mendengar suara langkah kaki yang pelan mengikuti jejaknya.
Fika menoleh ke belakang, tetapi tidak ada siapa-siapa. Ia mempercepat langkahnya, namun suara itu semakin dekat, seolah ada yang mengikutinya dengan hati-hati.
Mencari Tahu di Tengah Kegelapan
Penasaran dan merasa tidak nyaman, Fika memutuskan untuk mengikuti suara langkah tersebut. Ia berjalan lebih dalam ke hutan, berharap bisa menemukan siapa yang mengikutinya. Semakin dalam ia masuk, semakin gelap dan sunyi hutan itu. Tiba-tiba, sebuah cahaya redup muncul dari balik pepohonan. Fika merasakan kehadiran yang aneh dan merinding. Ketika ia mendekati cahaya itu, ia terkejut melihat sebuah altar kecil yang terbuat dari batu. Di atas altar itu, ada sebuah boneka kayu yang terlihat sangat tua dan terkikis oleh waktu.
Altar yang Terlupakan
Fika merasa seperti ada yang memperhatikannya dari balik bayang-bayang pohon. Suara langkah kaki yang tadi mengikutinya kini tidak terdengar lagi, namun ia merasa ada sesuatu yang tidak terlihat mengawasinya. Dengan tangan gemetar, ia mendekati boneka itu, yang tergeletak di atas tanah dengan wajah yang tak terlihat jelas karena tertutup oleh rambut panjang dan kusut. Tiba-tiba, sebuah suara terdengar dari balik pohon. “Jangan sentuh itu…” suara itu terdengar seperti bisikan yang berasal dari dalam tanah, seakan suara itu menyatu dengan angin malam yang dingin.
Fika terkejut dan mundur beberapa langkah, mencoba untuk berlari kembali ke desa, tetapi langkahnya terasa terhenti. Tubuhnya seolah membeku, tidak bisa bergerak. Dengan ketakutan yang semakin dalam, ia menoleh ke arah boneka itu, dan saat itu juga, boneka itu mulai bergerak sendiri. Matanya yang kosong dan tak berwujud seakan menatapnya, menyiratkan sebuah kekuatan gelap yang mulai bangkit. Fika merasa tubuhnya seperti terikat, tak bisa melawan apa yang sedang terjadi, dan suara bisikan itu semakin mendekat. Rasanya, ia terjebak dalam sebuah permainan yang sudah lama direncanakan, tanpa bisa keluar dari takdir yang menantinya.
Rahasia yang Terungkap
Ketika Fika mencoba lari, sebuah bayangan gelap muncul dari balik pohon dan menyergapnya. Bayangan itu seolah menghisap cahaya di sekitarnya, menciptakan kegelapan yang pekat. Fika tidak bisa bergerak, hanya bisa menatap dengan ngeri. “Aku sudah menunggumu,” bisikan itu terdengar jelas, dan tiba-tiba semua berubah gelap. Seluruh tubuhnya terasa kaku, seolah terjebak dalam kegelapan yang tak terhindarkan. Ia berusaha berteriak, namun suara itu tak keluar, hanya keheningan yang mengelilinginya.
Keesokan harinya, desa itu kembali seperti biasa, tetapi sesuatu terasa berbeda. Orang-orang di desa menemukan Fika yang terjatuh di tepi hutan, tak bisa mengingat apapun yang terjadi. Wajahnya pucat dan matanya kosong, seolah kehilangan semua ingatan tentang malam yang mengerikan itu. Ketika mereka mencari jejaknya, yang mereka temukan hanya jejak kaki kecil yang mengarah ke dalam hutan. Jejak itu tampak tidak pernah hilang, seolah terpatri di tanah, dan semakin lama semakin memudar, seperti ada sesuatu yang tak ingin ditemukan. Mereka menyadari bahwa ada yang lebih gelap dari yang mereka kira tersembunyi di dalam hutan itu.
Tinggalkan Balasan