Awal Teror di Kamar
Teror Pocong di kamar Andi ; Rumah Andi tampak seperti rumah biasa, tempat berlindung dari panasnya matahari dan dinginnya malam. Namun, bagi Andi, kamar tidurnya berubah menjadi tempat yang penuh kengerian setiap kali malam tiba. Sejak usia 10 tahun, ia mulai mengalami teror yang sukar dijelaskan. Di dalam kegelapan kamarnya, sosok Pocong kerap hadir. Berbeda dengan cerita seram yang pernah ia dengar dari teman-temannya atau dari DVD bapak tirinya, Pocong ini tidak sekadar menakuti—sosok ini benar-benar ada dan sering kembali.
Pertemuan Pertama dengan Sosok Pocong
Malam pertama Pocong itu muncul, Andi ingat dengan sangat jelas. Pintu kamarnya perlahan terbuka, dan bau apek menyengat hidungnya. Pocong itu tidak melompat seperti dalam cerita yang biasa Andi dengar. Dia justru mengendap-endap, bergerak perlahan seperti manusia yang takut ketahuan. Ini membuat Andi semakin takut. Ketika Pocong itu mendekat, tubuh Andi mendadak kaku. Ia tak sanggup bergerak, bahkan suaranya seakan tercekat di kerongkongan. Pocong itu berbaring di samping Andi dan mulai berbisik memanggil namanya, “Andiiiii… Andiiiii…” Suara itu terdengar parau dan menakutkan.
Kegelisahan yang Tak Pernah Berhenti
Setiap kali Pocong itu muncul, Andi selalu merasakan kengerian yang sama. Ada aroma rokok menyan yang tajam, serta desahan nafas Pocong yang menghembus telinganya. Saat lidah Pocong menjulur dan menyentuh telinga kirinya, Andi hanya bisa diam. Tangannya yang memegang guling semakin erat, menutupi wajahnya sambil menahan tangis. Hal yang paling mengerikan adalah saat Pocong itu mulai meraba tubuh Andi, dari punggung, hingga ke bagian yang lebih pribadi. Setiap pagi setelahnya, Andi selalu merasa perih di sekitar saluran pembuangannya. Meskipun ia berusaha untuk berpikir positif, kenyataan yang terjadi berulang setiap malamnya menyiksanya secara fisik dan mental.
Mencari Pertolongan, Namun Tak Ada yang Percaya
Setiap pagi, Andi mencoba menceritakan kejadian yang dialaminya. Pertama-tama, ia berbicara dengan bapak tirinya. Namun, sang bapak hanya tertawa dan menyuruhnya untuk tidak terlalu banyak menonton film horor. Andi juga mencoba mengadu pada Mang Dirman, supir keluarganya yang setia namun sedikit tuli, serta pada pembantu di rumahnya, Lyem. Sayangnya, tak ada yang mau mempercayainya. Bahkan ketika ibunya pulang dari seminar, Andi tetap dianggap hanya bermimpi atau berhalusinasi. Kalimat seperti, “Kamu pasti lupa berdoa,” sering terdengar dari bibir ibunya yang lebih sibuk mengurus bisnis MLM.
Munculnya Keberanian untuk Melawan
Andi sudah menceritakan kejadian ini kepada semua orang di rumah, tetapi terornya tetap berlanjut. Rasa takut dan trauma ini berlanjut hingga ia berusia 13 tahun. Hingga akhirnya, Andi merasa tidak bisa terus hidup dalam ketakutan. Dia memutuskan untuk melawan Pocong itu dengan caranya sendiri. Suatu malam, saat ibunya sedang di Macau, Andi menyusun rencana. Dengan pisau dapur yang ia sembunyikan di balik baju, Andi menunggu kedatangan Pocong itu.
Pertempuran di Tengah Malam
Tepat tengah malam, Pocong kembali hadir di kamar Andi. Sama seperti sebelumnya, Pocong itu mengendap masuk dan berbaring di samping Andi. Namun kali ini, Andi sudah siap. Ketika Pocong mulai melakukan perlakuannya yang mengerikan, Andi mengambil pisau yang ia sembunyikan. Dengan sekuat tenaga dan tanpa henti, ia menusukkan pisau itu ke tubuh Pocong. Dalam ketakutan dan amarah, Andi hanya memiliki satu pikiran: menghentikan teror ini selamanya. Pocong itu mendesah kesakitan, suaranya semakin lama semakin lemah hingga akhirnya senyap.
Kebenaran yang Menghancurkan
Setelah merasa yakin Pocong itu tidak lagi bergerak, Andi melempar pisau dan kembali berbaring. Ia berharap, pagi hari nanti, Pocong sudah menghilang selamanya. Ketika cahaya matahari mulai menerangi kamar, Andi bangun dengan perasaan lega. Namun, saat menoleh ke samping, apa yang ia lihat membuatnya terkejut setengah mati. Di sana, terbaring sosok bapak tirinya dengan tubuh bersimbah darah.
Kesimpulan : Kenyataan yang Lebih Mengerikan dari Mimpi Buruk
Andi tak pernah menyangka bahwa keberaniannya untuk melawan teror Pocong akan membawa malapetaka yang lebih besar. Teror Pocong di kamarnya ternyata menyimpan kenyataan kelam yang tersembunyi di balik kebohongan orang-orang dewasa di sekitarnya. Malam-malam yang dipenuhi mimpi buruk ternyata berujung pada tragedi yang lebih nyata dan menghancurkan hidup Andi selamanya.
Tinggalkan Balasan