Misteri Nusantara- Nenekku Memelihara Tuyul- Aku tinggal bersama nenekku di rumah tua di pinggiran desa. Aku sudah terbiasa dengan kehidupan sederhana. Nenekku adalah sosok yang penuh kasih sayang, meskipun agak berbeda dari orang tua lainnya. Ia jarang bercerita tentang masa lalunya dan selalu melarangku keluar malam.
Suatu malam, setelah selesai bermain di halaman, aku mendengar suara aneh datang dari dalam rumah. Suara langkah kaki kecil yang cepat, seolah ada sesuatu yang sedang berlari. Aku terkejut, tapi ketika kutanya nenek, ia hanya tersenyum dan berkata, “Jangan takut, itu hanya suara angin.”
Namun, ada sesuatu yang mengganggu pikiranku. Suara itu terdengar nyata, bukan seperti angin.
Tanda-tanda yang Mencurigakan
Beberapa hari setelah kejadian itu, aku mulai memperhatikan hal-hal aneh di sekitar rumah. Nenekku mulai sering menyuruhku untuk tidak pergi ke ruang belakang rumah, tempat yang biasanya digunakan untuk menyimpan barang-barang lama. Ketika aku bertanya, nenek hanya menggelengkan kepala dan meminta agar aku tidak mengurusi hal-hal yang tidak penting.
Namun, rasa penasaran membuatku tak bisa menahan diri. Suatu malam, saat nenek sedang tidur, aku memutuskan untuk menyelinap ke ruang belakang. Ketika membuka pintu, aku hampir terjatuh karena bau busuk yang menyengat. Di dalam, aku melihat sesuatu yang sangat mengejutkan.
Di atas meja kecil, ada sebuah keranjang tertutup kain merah. Aku membuka kain itu dan melihat sebuah makhluk kecil dengan tubuh seperti anak kecil, namun wajahnya menyeramkan. Matanya merah menyala, dan mulutnya mengeluarkan suara seperti tawa kecil. Itu adalah tuyul.
Terungkapnya Rahasia Nenek
Ketakutanku semakin menjadi-jadi. Aku ingin berlari keluar, namun suara nenek terdengar memanggilku dari luar. “Dita, apa yang kamu lakukan di sana?” Suara nenek sangat tenang, namun aku bisa merasakan ada yang salah. Aku mengumpulkan keberanian dan keluar dari ruang belakang dengan hati berdebar.
Nenek memandangku dengan tatapan yang sulit kuartikan. Ia tidak marah, malah terlihat lebih khawatir. “Jangan takut, Nak. Itu hanya peliharaan nenek. Dia tidak akan menyakitimu, selama kamu tidak mengganggunya.”
Aku merasa seperti tersudut, namun nenek melanjutkan dengan suara lembut, “Tuyul itu aku pelihara sejak lama. Mereka membantuku menjaga rumah ini. Tapi mereka hanya datang saat malam, dan harus diberi sesaji agar tetap jinak.”
Aku tak bisa berkata apa-apa. Selama ini aku mengira nenekku adalah wanita yang sederhana, tapi ternyata ada sisi lain dari dirinya yang selama ini tersembunyi.
Ancaman yang Mengintai
Malam-malam berikutnya, aku merasa semakin tertekan. Tuyul yang nenek pelihara mulai menunjukkan tanda-tanda yang lebih mengerikan. Suaranya terdengar di malam hari, dan kadang-kadang, aku melihat bayangannya bergerak cepat di sudut-sudut rumah. Aku mulai merasa ada sesuatu yang mengawasi setiap gerak-gerikku.
Suatu malam, aku terbangun dari tidurku karena suara tawa kecil yang semakin dekat. Aku melihat tuyul itu berdiri di sudut kamar, menatapku dengan mata merah yang tajam. Rasanya seperti aku terjebak dalam mimpi buruk yang nyata. Aku ingin berteriak, namun suaraku tidak keluar. Hanya ada suara tawa kecil yang terus mengganggu telingaku.
Aku mulai menyadari bahwa makhluk itu tidak hanya tinggal di rumah untuk membantu nenek, tetapi mereka juga mulai menginginkan sesuatu lebih—sesuatu yang lebih gelap.
Menghadapi Pilihan Berat
Ketakutanku semakin berkembang. Aku tidak bisa tidur dengan tenang lagi, dan setiap kali aku melihat nenek, aku merasa ada jarak yang besar antara kami. Nenek yang dulu begitu penuh kasih, kini tampak seperti seseorang yang sudah terikat dengan sesuatu yang lebih kuat dari apapun.
Suatu malam, saat aku mencoba untuk berbicara dengan nenek tentang ketakutanku, ia hanya berkata dengan suara berat, “Mereka datang untuk melindungi kita, Dita. Jangan takut, karena tanpa mereka, kita akan kehilangan semuanya.”
Namun, aku tidak bisa lagi tinggal dalam ketakutan. Aku tahu, jika aku terus tinggal, aku akan terjebak dalam dunia yang tidak aku inginkan. Dengan keberanian yang tersisa, aku membuat keputusan untuk pergi dari rumah itu dan meninggalkan nenek, meskipun hatiku merasa sangat berat.
Kepergian yang Tidak Terlupakan
Aku akhirnya meninggalkan rumah itu dan pindah ke tempat lain, berusaha melupakan semua yang pernah terjadi. Namun, setiap kali malam tiba, aku tak bisa menghilangkan bayangan tuyul itu. Rasanya seolah-olah makhluk itu selalu mengawasi, menunggu, dan siap untuk datang kembali.
Aku tahu, meskipun aku jauh dari rumah nenek, ada sesuatu yang mengikutiku—sesuatu yang tidak akan pernah aku lupakan. Nenekku mungkin telah memelihara tuyul itu dengan niat baik, namun sekarang aku sadar, ada harga yang harus dibayar untuk setiap perjanjian yang dibuat dengan dunia gelap.
Tinggalkan Balasan