Misteri Nusantara – Legenda Mak Lampir Siti Lampir Maimunah lahir di Pulau Jawa, tetapi hidupnya penuh kesulitan. Kemiskinan memaksa keluarganya terus berpindah-pindah untuk mencari tempat tinggal yang layak. Setiap kali menetap, mereka menghadapi persoalan baru yang memaksa mereka pergi lagi.
Namun, suatu hari, Siti bertemu dengan Nenek Serintil, seorang pendekar aliran hitam yang tinggal di lereng Gunung Merapi. Nenek Serintil memutuskan untuk merawat Siti setelah melihat potensi besar dalam dirinya.
“Mulai sekarang, kau tinggal bersamaku. Aku akan mengajarkanmu cara bertahan hidup dan melawan dunia,” ujar Nenek Serintil tegas.
Sejak hari itu, Siti menjalani kehidupan yang berbeda. Ia tinggal bersama Nenek Serintil di lereng gunung dan mulai belajar berbagai ilmu mistik serta seni bela diri. Nenek Serintil melatih Siti dengan keras setiap hari.
“Aku yakin kau bisa menguasai ini lebih cepat dari murid-murid lain,” kata Nenek Serintil suatu pagi sambil menunjukkan teknik baru.
Siti menyerap semua ajaran itu dengan cepat. Kecerdasannya membuatnya unggul dibandingkan orang lain. Setiap hari, ia menunjukkan kemajuan yang luar biasa, hingga akhirnya ia menjadi murid kesayangan Nenek Serintil.
Cinta yang Membawa Luka
Ketika dewasa, Siti bertemu dengan seorang pengembara dari Sumatera bernama Datuk Panglima Kumbang. Pria itu memimpin pasukan dari alam kegelapan. Pesona dan wibawanya segera menarik hati Siti.
“Kau wanita istimewa, Siti. Aku ingin menjadikanmu pendamping hidupku,” ucap Datuk suatu malam di bawah cahaya rembulan.
Siti menerima lamaran Datuk tanpa ragu. Mereka menikah dan menjalani kehidupan bahagia sebagai pasangan suami istri. Namun, kebahagiaan itu mulai pudar setelah bertahun-tahun mereka tidak dikaruniai anak.
“Aku harus pergi sementara waktu,” ujar Datuk suatu hari. “Aku akan mencari jawaban atas doa-doa kita.”
Namun, Datuk Panglima Kumbang tidak pernah kembali. Kepergiannya membuat Siti terpukul. Kesedihan merubahnya menjadi wanita yang penuh amarah. Ia mengurung diri selama berminggu-minggu, hanya keluar untuk menangis sendirian di bawah pohon besar.
Penduduk desa mulai memanggilnya Mak Lampir, karena wajahnya yang semakin tua dan rambutnya yang memutih. Julukan itu mengiringi transformasinya menjadi sosok yang menakutkan.
Transformasi Menjadi Sosok Jahat
Mak Lampir akhirnya memutuskan untuk pergi ke sebuah gua di lereng Gunung Merapi. Di sana, ia bertapa selama bertahun-tahun untuk memperdalam ilmu hitam. Tekadnya semakin kuat setelah merasa dunia telah mengkhianatinya.
“Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitiku lagi!” pekiknya sambil melafalkan mantra-mantra gelap.
Sementara itu, para penduduk desa mulai merasakan kehadiran Mak Lampir. Suatu malam, seorang petani bernama Pak Wiryo melewati gua itu tanpa sengaja. Ia melihat sosok wanita tua berdiri di pintu gua sambil menatapnya tajam.
“Permisi, Bu. Saya tersesat. Bisakah Anda menunjukkan jalan keluar?” tanya Pak Wiryo dengan gemetar.
Mak Lampir tidak menjawab. Ia melangkah maju dengan senyuman yang menyeramkan.
“Berani sekali kau mengganggu tempatku! Bayar dengan nyawamu!” teriak Mak Lampir sambil mengangkat tangannya.
Pak Wiryo hanya sempat menjerit sebelum tubuhnya terlempar ke jurang. Esok paginya, penduduk desa menemukan jasad Pak Wiryo penuh luka mengerikan. Kabar itu menyebar dengan cepat, membuat nama Mak Lampir semakin ditakuti.
Ritual Tumbal dan Kekuatan Gelap
Tidak berhenti di situ, Mak Lampir mulai mencari tumbal manusia untuk memperkuat kesaktiannya. Ia sering menculik anak-anak muda dari desa terdekat. Salah satu korbannya adalah Ningsih, seorang gadis yang hilang dari rumahnya suatu malam.
“Aku mendengar suara aneh memanggilku. Aku tidak bisa menolaknya,” ungkap Ningsih setelah ditemukan dalam keadaan lemah.
Penduduk desa langsung menghubungkan kejadian itu dengan Mak Lampir. Beberapa saksi melihat seorang wanita berjubah hitam membawa Ningsih ke arah gua. Sejak itu, warga desa berhenti mendekati wilayah sekitar Gunung Merapi, terutama saat malam tiba.
Hantu yang Tak Pernah Mati
Kisah Mak Lampir terus menjadi legenda di Pulau Jawa. Orang-orang menggambarkan sosoknya sebagai wanita tua berambut putih panjang yang sering tertawa menyeramkan. Banyak penduduk desa mendengar suara tangis dan tawa aneh dari arah Gunung Merapi.
Suatu malam, seorang pendaki mendengar bisikan lembut di telinganya.
“Pergilah, atau kau akan menyesal…”
Tim penyelamat menemukan pendaki itu keesokan harinya dalam kondisi ketakutan. Cerita tentang Mak Lampir terus menghantui masyarakat hingga kini. Sosoknya menjadi peringatan bagi siapa pun untuk tidak sembarangan melanggar wilayah terlarang.
Legenda ini tetap hidup, menjadi bagian dari mitos horor yang abadi di tanah Jawa.
Klik Disini, Daftar Platform Sydney Aman dan Terpercaya Sejak 2014
Tinggalkan Balasan