Misteri Nusantara – Kuntilanak Penunggu Pohon Sawo Namaku Ira, dan ini adalah pengalaman pertama sekaligus paling menakutkan dalam hidupku. Kejadiannya sekitar setahun lalu, tepatnya di bulan September, ketika sinar purnama menerangi desa kecil tempat tinggalku di Kediri. Rumah kami sederhana, dikelilingi pepohonan rindang, termasuk pohon mangga besar di depan rumah yang kabarnya angker.
Aku tinggal bersama kakakku, Jono, dan nenekku. Ibuku sudah lama meninggal, sedangkan ayahku bekerja sebagai pelaut di negeri jauh dan jarang menghubungi kami. Karena keterbatasan biaya, aku memutuskan berhenti sekolah agar Jono bisa melanjutkan pendidikannya. Setiap hari, aku bekerja sebagai penjaga toko dari pagi hingga malam untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga.
Lupa Kunci dan Perjalanan Pulang
Hari itu, aku berangkat kerja lebih pagi karena ada barang baru yang harus diterima di toko. Dalam kesibukan pagi, aku lupa membawa kunci rumah. Setelah seharian bekerja, toko tutup pukul sembilan malam seperti biasa. Aku membeli nasi bungkus di warung Bu Mira sebelum memulai perjalanan pulang.
Di perjalanan pulang, bulan purnama menerangi jalan, membuat suasana terasa lebih tenang. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama. Ketika aku sampai di jalan menuju rumah, pandanganku tanpa sengaja tertuju ke arah pohon mangga besar di depan rumah.
Awalnya, aku tidak merasa ada yang aneh. Namun, setelah beberapa detik, aku melihat sesuatu yang membuat jantungku serasa berhenti. Di atas pohon itu, berdiri sosok perempuan berambut panjang memakai baju putih. Senyumnya sinis, menatapku tajam seolah mengejek. Aku terdiam, seluruh tubuhku kaku seperti batu.
“Astaga… Apa itu…?” gumamku lirih. Dengan susah payah, aku memalingkan wajah dan berjalan cepat menuju rumah, meskipun kakiku gemetar.
Malam yang Mencekam di Teras Rumah
Sampai di depan rumah, aku baru sadar kunci rumah tertinggal di kamar. Aku mencoba memanggil nenekku. “Nek, buka pintunya! Nek!” Namun, tidak ada jawaban.
Aku melirik lagi ke arah pohon mangga, berharap sosok tadi sudah tidak ada. Syukurlah, dia tidak terlihat. Tetapi rasa takutku belum hilang. Aku duduk di dipan depan rumah, memeluk lutut sambil membaca doa.
Seiring waktu berlalu, suasana semakin mencekam. Anjing peliharaan kami, Bono, tiba-tiba melolong keras tanpa alasan yang jelas. Suara lolongannya membuatku merinding. Aku menoleh ke arah Bono, yang berdiri dengan bulu berdiri, menatap gelapnya malam.
“Ssst… Ada apa, Bono?” tanyaku pelan, meskipun aku tahu anjing itu tidak mungkin menjawab.
Tak lama kemudian, angin dingin berhembus kencang dari arah kiri, membuat tubuhku menggigil. Perasaan aneh menyelimuti. Aku merasa seperti diawasi, tapi aku tidak berani menoleh. Aku terus membaca doa dalam hati, berharap malam ini cepat berlalu.
Wajah Mengerikan di Depan Mata
Setelah beberapa menit, lolongan Bono mendadak berhenti, meninggalkan keheningan yang justru membuatku semakin gelisah. Namun, rasa lega itu hanya berlangsung sebentar. Saat aku menoleh ke kiri, tubuhku langsung lunglai.
Di sana, hanya berjarak tiga meter dariku, sosok perempuan yang kulihat di pohon mangga tadi berdiri. Wajahnya hancur, penuh darah, dengan senyuman lebar yang mengerikan.
“Tolong… jangan ganggu aku…” bisikku lemah, suaraku hampir tak terdengar.
Kakiku lemas, tubuhku gemetar hebat, dan pandanganku mulai kabur. Detik berikutnya, aku pingsan di teras rumah.
Pagi yang Mengungkap Misteri
Ketika sadar, matahari sudah terbit. Aku mendapati diriku tidur di dipan dengan bantal dan selimut. Dengan terburu-buru, aku mengetuk pintu rumah. Jono membukakan pintu.
“Kak, kenapa aku tidur di luar?” tanyaku bingung.
“Kemarin malam aku pulang tengah malam. Lihat kamu tidur nyenyak banget di dipan, jadi aku kasih bantal sama selimut. Pintunya aku kunci dari dalam,” jawab Jono santai.
Aku tercekat. Malam itu aku tidak tidur karena ketakutan, dan jelas-jelas aku ingat sosok menyeramkan yang berdiri di depanku. Namun, aku tidak berani menceritakan apa yang kualami kepada Jono.
Tinggalkan Balasan