Di ujung kota yang terlupakan, terdapat sebuah jalan yang hampir tak pernah dilalui oleh siapapun. Jalan itu dikenal dengan sebutan Jalan Horor oleh penduduk sekitar. Tidak banyak yang tahu asal-usul nama tersebut, tetapi setiap orang yang pernah mendekat pasti merasakan ketegangan yang tak bisa dijelaskan. Jalan yang terbentang sepi ini, dengan pohon-pohon besar yang melambai di atasnya, seolah menyembunyikan rahasia gelap di dalam tanahnya. Tidak ada yang berani berjalan di sana setelah matahari terbenam, karena sudah banyak cerita tentang mereka yang hilang begitu saja setelah melangkah ke dalam.
Peringatan yang Terlambat
Suatu malam, sekelompok remaja yang penasaran memutuskan untuk membuktikan bahwa cerita-cerita seram tentang Jalan Horor hanyalah mitos. Mereka mendengar cerita bahwa pada malam tertentu, jalan itu menjadi “hidup” dan menghisap siapa saja yang berani menginjakkan kaki di sana. Tanpa memikirkan peringatan orang-orang tua di desa, mereka memasuki jalan tersebut dengan langkah penuh keyakinan. Namun, semakin mereka berjalan, semakin mereka merasakan sesuatu yang ganjil. Udara terasa semakin dingin, dan kabut mulai menyelimuti jalanan dengan cepat, meskipun tidak ada tanda-tanda cuaca buruk sebelumnya.

Langkah yang Mengikuti
Pada awalnya, mereka hanya tertawa dan bercanda, berusaha menepis rasa takut yang mulai merayapi. Namun, semakin jauh mereka melangkah, semakin jelas bahwa ada sesuatu yang mengikuti mereka. Suara langkah kaki terdengar dari belakang, padahal mereka yakin tidak ada orang lain di jalan itu. Rasa takut mulai menguasai mereka, namun mereka tetap melangkah, berharap bisa keluar dari jalan itu sebelum terlalu larut. Tiba-tiba, suara tawa bergema di antara pohon-pohon tinggi, tawa yang tidak berasal dari salah satu dari mereka. Salah satu dari mereka, Indah, menoleh ke belakang dan melihat sosok gelap yang hanya bisa terlihat sekilas—sebuah bayangan bergerak cepat menyusuri tanah yang basah.
Bahkan Pohon Pun Tertawa
Mereka semakin panik, namun jalan itu tidak tampak berujung. Semakin jauh mereka berjalan, semakin lama mereka merasa terperangkap dalam kegelapan yang pekat. Kabut semakin tebal, menghalangi pandangan mereka. Beberapa dari mereka mulai merasa pusing dan mual, seperti ada kekuatan tak terlihat yang merasuki tubuh mereka. Saat mereka berhenti sejenak untuk mencari arah, mereka mendengar suara bisikan dari atas—pohon-pohon besar yang memanjang di sepanjang jalan itu seolah berbicara dalam bahasa yang tidak mereka pahami. Tiba-tiba, dahan-dahan pohon itu bergetar dan melambai, seperti tertawa dengan cara yang mengerikan. Semua yang ada di sana tahu, pohon-pohon itu bukan hanya sekedar tumbuhan; mereka adalah saksi bisu dari kegelapan yang tersembunyi di jalan itu.

Wajah yang Menghantui
Ketika mereka semakin mendalam, sosok-sosok mulai muncul dari dalam kabut. Wajah-wajah pucat dengan mata kosong, menatap mereka dari kejauhan. Sosok itu bergerak perlahan, mendekati mereka dengan langkah yang aneh dan tidak wajar. Semua anggota kelompok itu terdiam, tidak mampu bergerak. Mereka merasa ada sesuatu yang mengikat mereka, seolah-olah jalan itu sendiri telah mengambil alih kendali atas tubuh mereka. Mereka tidak bisa melihat wajah-wajah itu dengan jelas, namun mereka bisa merasakan tatapan dingin yang mengerikan, seperti jiwa yang terperangkap di dalam tubuh yang sudah mati. “Jalan ini tidak akan membiarkan kalian pergi,” suara lembut namun mengerikan bergema di udara.
Kegelapan yang Tak Pernah Berakhir
Saat pagi mulai menyingsing, jalan itu kembali tampak seperti biasa—sunyi dan terlupakan. Namun, sekelompok remaja itu tidak pernah ditemukan lagi. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada mereka, hanya jejak kaki yang memudar di tanah basah dan kabut yang mulai hilang. Orang-orang desa yang berani melewati Jalan Horor kini selalu merasa ada sesuatu yang mengawasi mereka dari balik pohon-pohon besar. Mereka tahu satu hal pasti—Jalan Horor bukan sekedar jalan biasa, tetapi tempat yang menyimpan kegelapan abadi, tempat di mana jiwa-jiwa yang hilang terperangkap selamanya.

Tinggalkan Balasan