Misteri Nusantara – Hantu Tragis Teh Suryani Namaku Suryani. Aku tinggal di sebuah gubuk kecil di daerah Cikokol. Suamiku bekerja sebagai supir truk yang pulang tak tentu. Terkadang tiga hari sekali, bahkan tak jarang seminggu sekali baru tiba di rumah. Kami sudah menjalani rumah tangga selama satu setengah tahun. Namun sayangnya, kami belum dikaruniai seorang anak. Sejujurnya, aku sangat tersiksa bila melihat orang lain menggendong anaknya. Terlebih lagi, aku tidak tahan disebut sebagai wanita mandul oleh para tetangga yang suka bergosip di belakangku. Untunglah, suamiku adalah orang yang sabar dan pengertian, sehingga aku merasa sedikit tenang dan mencoba tidak terlalu memikirkan gunjingan mereka.
Suatu pagi, setelah salat subuh, seperti biasa suamiku meminum kopi yang sudah kubuatkan untuknya.
Setelah itu, dia berpamitan untuk berangkat kerja selama beberapa hari. Dengan berat hati, aku mengantarnya sampai ke depan pintu rumah. Tak lama setelah suamiku pergi dan hilang dari pandanganku, tiba-tiba perutku terasa berputar dan bergejolak. Aku segera berlari ke kamar mandi dan memuntahkan air teh yang tadi kuminum. Pandanganku berputar-putar. Ya Allah! Apa yang salah denganku? Apa aku sakit? Tapi aku tidak merasakan panas di kening. Akhirnya, aku memutuskan untuk memeriksakan diri ke klinik siang itu.
Di klinik, aku tidak diberikan obat apapun. Dokter hanya merujukku ke rumah sakit terdekat. Dengan perasaan bingung dan khawatir, aku berjalan kaki menuju rumah sakit. Di sana, aku dirujuk ke salah satu dokter. Sambil menunggu giliran, aku terus berdoa agar tidak terjadi sesuatu yang buruk pada diriku. Ketika akhirnya giliranku tiba, Tuhan menjawab doaku. Dokter menyatakan aku positif hamil lima minggu. Betapa bahagianya aku saat mendengar kabar itu. Ingin rasanya aku berlari dan berteriak kepada semua orang sambil berkata, “AKU HAMIL!” Dokter memberikanku beberapa vitamin untuk kubawa pulang. Aku tak sabar menunggu suamiku pulang untuk memberitahukan kabar gembira ini.
Aku berjalan dengan langkah kecil dan riang sambil mengelus perutku.
Perutku memang masih rata, tetapi aku seolah bisa merasakan janin itu ada di dalamnya. “Oh, anakku sayang! Bunda sudah lama mengharapkanmu. Nanti kalau Ayah pulang, kita kasih tahu ya? Ayah pasti sangat gembira mendengarnya!” Aku terus melangkah sambil menunduk dan mengelus-elus perutku. Rasa bahagia yang tak terkira membuatku lupa bahwa aku sedang berada di jalan raya. Tanpa sadar, kakiku melangkah tak beraturan hingga berada di tengah jalan. Saat itu, lalu lintas memang tidak terlalu padat, sehingga mobil-mobil melaju dengan kecepatan tinggi.
Tiba-tiba, aku mendengar bunyi klakson yang sangat panjang. Bersamaan dengan itu, aku merasakan hempasan kuat di tubuhku sebelum sempat menoleh ke arah bunyi tersebut. Seketika, pandanganku menjadi gelap gulita.
Aku mencoba membuka mata. Cahaya yang sangat menyilaukan menyerang kedua mataku. Secara refleks, aku menutupnya dengan tangan, lalu perlahan-lahan mencoba membuka mata kembali. Oh, aku selamat! Aku masih berada di jalan yang kulalui tadi. Aku tersenyum lega sambil memegang perutku. “Kita selamat, Nak,” ujarku lembut. Namun, saat aku melihat ke tanganku yang lain, vitamin dan obat-obat yang kubawa tadi tidak ada. Aku mencoba mencarinya di sekitar jalan. Saat itulah aku melihat beberapa orang sedang berkerumun tak jauh dari tempatku berdiri.
Karena penasaran, aku menghampiri kerumunan itu.
“Ada apa ini, Pak?” tanyaku kepada seorang pria yang berdiri paling dekat denganku. Namun, dia sama sekali tidak menjawab. Aku bertanya lagi, bahkan kepada orang lain yang berada di sekitar, tetapi tak ada satu pun yang menggubrisku. Karena kesal, aku mencoba menyentuh pundak salah satu dari mereka sambil memanggil, “Pak… Pak…”
Ya Tuhan! Tanganku menembus tubuh mereka! Oh, tidak! Ini pasti mimpi! Ya, ini pasti mimpi buruk! Aku tercekat dan tak sanggup berkata-kata lagi. Dengan histeris aku berlari merangsek ke dalam kerumunan itu. Tentu saja aku dengan mudah masuk ke dalam kerumunan tersebut karena aku sanggup menembus tubuh mereka. Dan apa yang kulihat benar-benar menjadi mimpi burukku selamanya. Aku melihat tubuhku yang sedang memegang plastik obat tergolek berlumuran darah. Beberapa orang dengan pakaian dinas rumah sakit mencoba memberikan pertolongan pertama, namun ternyata sia-sia. Akhirnya tubuhku diangkut ke mobil ambulans dan dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Aku berjalan mengikuti mobil ambulans tersebut.
Tubuhku terasa sangat ringan. Bahkan aku seolah tak berjalan ataupun berlari untuk mengejarnya. Aku hanya memikirkannya saja dan tiba-tiba tubuhku seolah bergerak ringan seperti tertiup angin menuju ke mana pun aku mau. Setiba di rumah sakit itu, mereka langsung memasukkan tubuhku ke dalam kamar mayat. Aku berteriak sejadi-jadinya dan berusaha meyakinkan mereka bahwa aku masih hidup! Tapi tak seorang pun yang mendengarkanku.
Aku melayang tak tentu arah. Dalam satu detik, aku melihat perubahan di tempat kejadian kecelakaan itu. Mungkin waktu berputar terlalu cepat, atau justru aku yang tidak menyadarinya. Sampai suatu ketika aku melihat sosok perempuan mengendarai kendaraan roda dua. Tubuh wanita ini sangat wangi, sampai-sampai aku dapat mencium wanginya dari kejauhan. Entah kenapa aku begitu tertarik dengannya. Aku mencoba untuk menghadangnya di tengah jalan. Dan aku sangat terperanjat saat tiba-tiba perempuan itu menjerit ke arahku seraya berkata, “AWAS! MINGGIR!” lalu dia menembusku begitu saja. Akhirnya… ada seseorang yang dapat melihatku juga.
Aku mengejarnya sampai tiba di sebuah tempat makan. Nampaknya dia ada janji bertemu dengan seseorang. Aku melihat dia sedang berbicara di sana. Saat temannya pergi ke kamar kecil, aku menghampirinya perlahan-lahan. Alangkah terkejutnya aku saat perempuan ini membalikkan badannya dan langsung menatapku seraya berkata, “Ada apa mengikuti saya?”
Aku tersenyum bahagia. “Saya… saya… hm, nama saya Suryani. Boleh saya tahu nama teteh?” tanyaku mengawali pertemuan dengan perkenalan.
“Hai, Suryani! Nama saya Rachel,” jawabnya.
Perempuan ini menatapku tajam.
Salah tingkah aku dibuatnya. Kami berdua saling bertatapan sejenak, lalu dia mempersilakanku untuk duduk di kursi. Aku hanya mengangguk dan duduk terdiam. Perempuan itu masih menatapku tajam, dan aku hanya menunduk sembari sesekali melihat ke arah sekitarku. Entah kenapa bibirku seolah kelu. Lalu kulihat teman dari perempuan ini, yang akhirnya aku ketahui bernama Haris, kembali dari kamar kecil. Lelaki itu duduk di sebelahnya dengan tatapan heran.
“Chel, kenapa? Kok melamun? Kamu lihat sesuatu?” tanya lelaki itu sambil menggoyangkan tangan di hadapan mata Rachel.
“Biasalah… ada yang ngikutin. Gak tau maunya apa,” sahut Rachel sambil menyeruput minumannya.
“Sudah malam! Aku harus pulang sekarang,” putus Rachel sambil berdiri dan mengambil tasnya.
Aku dan lelaki itu berdiri dalam kebingungan atas sikap spontan yang ditunjukkannya. Mereka berdua berjalan ke arah pintu keluar.
“Tunggu!” teriakku tertahan.
Tapi Rachel terus berjalan ke arah tempat parkir.
Mereka berdua tampak bercakap-cakap sebelum akhirnya Rachel melajukan kendaraannya dan meninggalkanku di sana. Tidak! Aku tidak mau kehilangan kesempatan ini! Baru kali ini ada orang yang tahu keberadaanku. Aku harus mengejarnya. Aku melayang menembus kendaraan yang lalu lalang di jalan itu. Dengan mudah kutemukan dia sedang berjalan di tengah jalan yang ramai. Aku segera duduk di bangku belakang kendaraannya.
“Kamu mau apa sampai ngikutin saya seperti ini? Kalau kamu minta sesuatu, maaf saja, saya gak mau kasih apa-apa. Sebaiknya kamu kembali ke tempat kamu berasal!” tiba-tiba kudengar dia berbicara kepadaku.
“Saya… saya ingin menyampaikan sesuatu. Bolehkah saya ikut ke rumah teteh?” jawabku agak terbata.
“Di rumah saya sudah banyak yang seperti kamu. Dan mereka adalah penghuni lama di situ. Saya gak yakin mereka dengan mudah menerima kehadiran makhluk baru. Tapi kalau kamu memaksa, ya silakan. Asal jangan ribut dan jangan coba-coba merasuk ke tubuh orang-orang yang ada di sana!” jelasnya tegas.
Aku terdiam dalam kebingungan. Apa maksud perempuan ini dengan kalimatnya barusan? Biarlah! Yang penting dia sudah mengizinkan aku untuk ikut ke rumahnya.
Kami memasuki sebuah perkampungan penduduk.
Ada banyak, bahkan terlalu banyak rumah-rumah di situ. Tidak seperti tempat tinggalku yang masih jarang rumah penduduk. Di sini sangat padat. Aku masuk melalui gang sempit. Dan alangkah terkejutnya aku saat kulihat sosok berbalut kain putih kusam berdiri di ujung gang itu. Aku membuang pandangan ke arah lain. Namun hal yang tak kalah mengerikan kutemukan di sana. Ada sesosok anak kecil berkulit pucat yang kupikirkan berusia di bawah dua tahun sedang berdiri di samping makam kecil. Kenapa begitu banyak makhluk menyeramkan di tempat ini? Ternyata rumah Rachel berada tepat di samping kuburan tempat anak kecil itu berdiri.
Dua makhluk itu menatapku tajam, membuatku sedikit khawatir. Aku melayang tepat di belakang tubuh Rachel. Dia membuka pintunya dan… TIDAK! Secara tiba-tiba keluar sosok perempuan mengenakan baju panjang putih dengan muka berantakan menyerangku dari dalam rumah itu. Aku meraung dan berusaha melawan perempuan aneh itu. Tapi dia memiliki kekuatan jauh di atasku. Kami sempat bergulat di udara sampai akhirnya Rachel menghardik kami berdua.
“Gak tahu malu kalian! Masih sejenis juga berantem! Saya sudah bilang dari awal, kalau masih mau tinggal di sini, gak boleh ribut! Siapa tahu ada yang bisa mendengar perkelahian kalian!” katanya sambil menunjuk perempuan dengan tampang yang baru kusadari ternyata letak mata, hidung, dan mulutnya tidak berada pada tempat yang wajar. “Balik ke atas loteng! Dan jangan pernah turun ke bawah!” timpal Rachel.
Perempuan bertampang aneh itu menggeram seolah tak rela dengan perintah dari sang empunya rumah.
Namun akhirnya dia melayang ke atas dan menghilang dari balik loteng. Rachel menatapku tajam seolah menyalahkanku atas peristiwa yang baru saja terjadi. Aku hanya tersenyum kecut membalasnya.
Rachel menghela napas panjang. Napas yang dulu pernah aku punya. Aku bahkan sudah lupa bagaimana rasanya bernapas. Dia mempersilakanku untuk duduk di hadapannya. Kepadanyalah aku menceritakan dari awal hingga bagaimana aku mengalami kecelakaan maut itu.
“Lalu maksud kamu mengikuti saya sampai ke rumah itu apa?” tanyanya dengan suara datar.
“Saya… saya ingin minta teteh untuk menyampaikan pesan kepada suami saya bahwa saya sangat mencintainya dan bahwa saya sedang mengandung buah hati kita,” kataku lirih.
Rachel tersenyum lembut dan berkata, “Berkunjunglah kalau teteh kesepian. Saya tidak keberatan asal tidak mengganggu.”
Aku terhibur mendengarnya. Aku melayang meninggalkan rumah itu. Rumah yang sesekali kukunjungi hingga saat ini. Terkadang aku hanya melihat perempuan itu dari kejauhan. Tapi tak jarang aku dipersilakan masuk ke dalam kamarnya. Aku cukup bersyukur berkenalan dengan manusia yang bisa menerima kehadiranku tanpa merasa takut atau terganggu. Demikianlah Misteri Nusantara – Hantu Tragis Teh Suryani.
=== PREDIKSI SINGAPORE HARI INI ===
Klik Disini, Daftar Platform Singapore Aman dan Terpercaya Sejak 2014
Tinggalkan Balasan