Misteri Nusantara – Hantu Pohon Nangka Semua orang di rumah tahu aku, Aldi, mudah sekali takut pada hal-hal sepele. Misalnya, pada kecoa yang terbang mendadak atau bahkan pada kucing kecil tetangga yang tiba-tiba melompat ke arahku. Jika ada tamu tak dikenal masuk ke rumah, aku pasti terbirit-birit mencari Mama sambil berteriak, “Mama! Ada orang asing datang!” Setelah itu, jantungku akan berdebar kencang, dan keringat dingin membanjiri tubuhku.

Namun, anehnya, kejadian demi kejadian tak juga membuatku berubah. Ketakutanku tetap saja ada, seolah menjadi bagian dari diriku. Adikku, Didi, bahkan sering mengejekku dengan nyanyian, “Mas Aldi penakut! Mas Aldi penakut!”
Ketakutan yang Tak Pernah Usai
Bagaimana dengan cerita horor? Jangan ditanya! Aku tak berani sama sekali menontonnya. Padahal kata Pak Ustadz Johan di TPA dekat rumah kami, “Jika kamu yakin pada Tuhan Yang Maha Kuasa, tak ada yang perlu ditakuti.” Beliau bahkan bercerita tentang Nabi Sulaiman yang mampu mengalahkan rasa takutnya.
Sejak mendengar nasihat itu, aku sering menghadiri pengajian Pak Ustadz Johan. Meski begitu, ocehan Didi tentang hantu pohon nangka di depan rumah kami masih sering membuatku kesal. Didi selalu bilang ada penunggu pohon itu yang seram, berkepala botak, dan bertubuh tinggi besar.
“Mas, aku sering lihat dia duduk di dahan atas kamar Mas Aldi,” katanya suatu hari dengan ekspresi serius.
“Kau pikir aku percaya cerita bohongmu itu, Di?” balasku ketus. Tapi di dalam hati, aku tak bisa berhenti memikirkan ucapannya. Bagaimana mungkin anak sekecil Didi bisa menggambarkan sosok yang begitu detail jika ia tidak benar-benar melihatnya?
Malam Jumat Kliwon
Sore itu mendung mulai menggantung. Hujan rintik-rintik membuat suasana terasa lembab dan dingin. Harum buah nangka dari pohon depan rumah semakin menyengat masuk ke dalam kamar. Jam menunjukkan pukul lima sore, saat telepon di ruang tengah tiba-tiba berdering. Aku segera mengangkatnya.
“Halo, Nak Aldi, ini Mama. Mama dan Papa tidak bisa pulang malam ini. Nenekmu sedang dirawat di rumah sakit,” kata Mama di ujung telepon.
Hatiku langsung menciut. Malam ini adalah malam Jumat Kliwon. Orang Jawa bilang, malam yang penuh dengan hal-hal mistik. Waktu untuk para hantu bergentayangan.
Lampu Mati dan Suasana Mencekam
Malam semakin larut. Jam dinding menunjukkan pukul sebelas, tapi Mama dan Papa belum juga pulang. Aku dan Didi masih terjaga, dan karena bosan, Didi menyalakan televisi di ruang tengah. Aku sendiri mencoba membaca buku di kamar. Tapi belum lama, tiba-tiba, PET! Lampu mati.
“Mas Aldi! Gelap!” teriak Didi dari ruang tengah.
Aku pun tak kalah panik. “Didi! Cepat ke sini!” balasku. Kami akhirnya bertemu di ruang tengah dalam kegelapan.
“Mas, lilin di mana?” tanya Didi dengan suara gemetar.
“Tunggu di sini, aku cari korek dulu,” jawabku sambil meraba-raba ke dapur. Namun, langkahku terhenti saat mendengar suara aneh dari arah luar.
“Seer… seer…”
Aku mengenali suara itu, suara gesekan dahan pohon nangka yang berada tepat di atas kamarku. Tapi malam ini, suara itu terasa lebih mencekam, seolah ada sesuatu yang bergerak di sana.
“Mas! Cepat!” Didi memanggilku lagi.
Aku bergegas kembali ke ruang tengah, membawa lilin yang berhasil kutemukan. Saat aku menyalakan lilin, BRAY! Lampu menyala lagi. Aku merasa lega, tetapi kebahagiaan itu hanya berlangsung sesaat.
Kejadian di Kamar
Setelah membereskan buku-buku yang berserakan karena ulah Didi sebelumnya, kami memutuskan masuk kamar dan mencoba tidur. Tapi saat kami hendak memejamkan mata, suara benda jatuh terdengar di lantai.
“Mas! Apa itu?” bisik Didi, suaranya gemetar.
Aku tak menjawab. Tubuhku langsung tegang. Dengan hati-hati, aku menoleh ke arah sumber suara. Di dekat ranjang, ada bayangan gelap berdiri, diam tak bergerak.
“Di… itu…” kataku terbata-bata.
Didi langsung menutup wajahnya dengan selimut. Aku mencoba memberanikan diri, tetapi tubuhku terasa kaku. Bayangan itu perlahan bergerak ke arah jendela, lalu menghilang.

Pagi yang Membingungkan
Kami akhirnya tertidur setelah berpelukan ketakutan sepanjang malam. Saat pagi tiba, jam menunjukkan pukul enam. Aku segera membangunkan Didi. Namun, saat selimut terbuka, kami terkejut.
“Mas, selimut ini kan milik Mama? Kok bisa ada di sini?” tanya Didi heran.
Aku bingung. Kami tidak ingat membawa selimut itu ke kamar. Dengan panik, aku berlari keluar untuk memastikan orang tua kami sudah pulang. Tapi pintu kamar mereka masih terkunci, dan kunci cadangan ada di tempat biasa.
“Kalau begitu, siapa yang menyelimuti kita tadi malam, Mas?” tanya Didi dengan wajah pucat.
Kami saling pandang, lalu berteriak bersamaan, “HANTU!”
Namun, sebelum kami sempat keluar rumah, suara Mama terdengar dari arah dapur. “Apa-apaan kalian berdua pagi-pagi berteriak seperti itu?” tanyanya dengan santai.
Saat itu juga, kami merasa lega. Tapi malam itu tetap menjadi malam yang tak akan pernah kami lupakan. Demikianlah Misteri Nusantara – Hantu Pohon Nangka.
=== PREDIKSI HONGKONG JITU ===
ISOTOTO : Platform Hongkong Aman dan Terpercaya Sejak 2014
Klik Disini, Daftar Sekarang.
Tinggalkan Balasan