Hantu Poci

Di sebuah desa yang terlupakan, terdapat sebuah rumah tua yang sudah lama tak dihuni. Rumah itu dulunya milik seorang wanita tua bernama Nenek Marni. Suatu malam, Nenek Marni menghilang tanpa jejak, dan sejak saat itu, rumahnya tak pernah lagi didatangi orang. Namun, ada satu benda yang selalu tetap ada di meja ruang tamu rumah itu—sebuah poci teh tua yang terbuat dari porselen putih, dengan ukiran bunga merah yang indah. Tak ada yang tahu siapa yang meninggalkan poci itu di sana, namun konon, poci itu bukanlah barang biasa.

Desa itu kemudian dipenuhi dengan rumor-rumor aneh. Setiap kali ada orang yang berani masuk ke rumah tua itu, mereka selalu mendengar suara denting poci yang bergeser, meskipun tidak ada orang di dalamnya.

2. Kisah Siti dan Teman-Temannya

Siti, seorang gadis muda yang baru pindah ke desa itu, mendengar cerita-cerita seram tentang rumah tua dan poci yang tak pernah hilang. Meski takut, rasa penasarannya mengalahkan semuanya. Siti bersama dua temannya, Dedi dan Fira, memutuskan untuk mengunjungi rumah itu pada malam hari. Mereka ingin membuktikan bahwa cerita itu hanyalah legenda belaka.

Dengan senter di tangan, mereka memasuki rumah yang sudah dipenuhi debu. Setiap langkah mereka menggoreskan suara berderit di lantai kayu yang rapuh. Begitu mereka mencapai ruang tamu, pandangan mereka langsung tertuju pada poci itu—terletak dengan rapi di meja, seakan menunggu untuk digunakan.

3. Suara Dentingan Poci

Ketika mereka duduk dan mulai mengobrol, tiba-tiba terdengar suara dentingan poci yang bergeser pelan di atas meja. Siti dan teman-temannya terdiam sejenak, saling bertukar pandang. “Apa itu?” tanya Dedi, suaranya bergetar. “Itu hanya suara angin,” jawab Fira, meskipun ia sendiri merasa tidak yakin.

PAUS4D : Platform Game Online Aman dan Terpercaya
PAUS4D : Platform Game Online Aman dan Terpercaya

Namun, dentingan itu semakin sering terdengar. Poci itu bergeser sedikit demi sedikit, seolah ada tangan tak kasat mata yang memindahkannya. Perlahan, ketiganya merasa suasana semakin mencekam. Siti yang penasaran mencoba mendekati poci tersebut, namun begitu tangannya menyentuh poci, sebuah suara lembut terdengar, “Jangan sentuh aku.”

4. Penampakan Hantu Poci

Tiba-tiba, lampu senter mereka padam. Kegelapan menyelimuti ruang tamu. Suasana menjadi semakin tegang. Ketiganya merasa ada sesuatu yang bergerak di sekitar mereka. Siti memegangi poci itu dengan gemetar. Lalu, dari sudut gelap, muncul sebuah sosok wanita tua, dengan wajah pucat dan rambut panjang yang acak-acakan. Sosok itu mengenakan gaun lusuh yang hampir tak terlihat, seperti bayangan yang melayang.

Dengan mata yang kosong dan senyum penuh kebencian, hantu itu perlahan mendekat. “Kalian mengganggu rumahku… mengganggu poci ini,” suaranya terdengar serak dan penuh amarah. Ketiganya kaget dan mundur, namun langkah mereka terhenti. Mereka seperti terperangkap dalam ruang yang semakin sempit.

5. Hantu yang Terikat pada Poci

Hantu wanita itu mengungkapkan bahwa dirinya adalah Nenek Marni, pemilik rumah ini. Dulu, ia sangat mencintai poci teh itu dan menganggapnya sebagai teman setia. Ketika ia meninggal, jiwanya terperangkap di dalam poci tersebut, dan sejak itu, ia tidak bisa pergi. Setiap orang yang mencoba mengusik poci itu, akan terjerat dalam kutukan dan terperangkap dalam rumah itu selamanya.

“Kenapa kamu harus mengusik poci ini?” tanya Nenek Marni dengan suara yang semakin marah. “Poci ini adalah bagian dari hidupku. Aku tak ingin ada yang menghapus kenangan itu.”

Hantu Poci
Hantu Poci

6. Membebaskan Jiwa yang Terperangkap

Siti, yang merasa iba, mencoba berbicara dengan lembut kepada hantu itu. “Kami tidak bermaksud mengganggu. Kami hanya ingin tahu kenapa poci ini tetap ada di sini.” Nenek Marni menatapnya lama, kemudian suara tangisannya mulai terdengar. “Aku hanya ingin poci ini dijaga. Aku tidak ingin menjadi hantu selamanya.”

Siti merasa bahwa satu-satunya cara untuk membebaskan jiwa nenek itu adalah dengan menguburkan poci itu di tempat yang layak. Ia meminta teman-temannya untuk membantu. Dengan bantuan hantu itu, mereka membawa poci keluar dan menggali sebuah lubang di halaman rumah, menguburnya dengan penuh hormat.

7. Kedamaian yang Tertanam

Begitu poci terkubur, suasana di sekitar rumah itu terasa lebih ringan. Hantu Nenek Marni muncul sekali lagi, kali ini dengan senyum yang lembut. “Terima kasih,” bisiknya, sebelum akhirnya menghilang bersama angin malam. Rumah tua yang sebelumnya angker kini terasa lebih damai, dan sejak itu, tak ada lagi suara dentingan poci yang mengganggu.

Siti dan teman-temannya meninggalkan rumah itu dengan perasaan lega. Mereka tahu, dengan mengubur poci tersebut, mereka telah membebaskan jiwa Nenek Marni yang terperangkap selama bertahun-tahun. Rumah itu kini tinggal kenangan, dan legenda tentang Hantu Poci pun berakhir.


Hantu Poci adalah kisah tentang penyesalan dan pengikatan jiwa, di mana sebuah benda yang sederhana, seperti poci teh, bisa menjadi simbol kesedihan dan keterperangkapannya.

PAUS4D : Platform Game Online Aman dan Terpercaya
PAUS4D : Platform Game Online Aman dan Terpercaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *