Misteri Nusantara – Hantu Kuburan Pembeli Bakso Malam itu aku berjualan bakso keliling, seperti biasa, mendorong gerobak dari satu desa ke desa lain. Hawa dingin menusuk kulit saat roda gerobakku berderit di jalan tanah Desa Pekaja. Sejak pukul lima sore hingga pukul dua dini hari, daganganku hanya laku lima mangkuk. Rasa penat dan kecewa bercampur menjadi satu. Sambil duduk di tepi jalan, aku mulai melamun.

“Kenapa sepi sekali malam ini? Apa semua orang sudah tidur?” gumamku pelan.
Tiba-tiba, suara roda sepeda terdengar mendekat. Seorang pria dengan wajah samar yang tertutup bayangan malam berhenti di depanku.
“Mas, kalau mau daganganmu habis, coba jualan di Desa Beberan,” katanya sambil tersenyum tipis.
Aku mengangkat alis. “Di mana, Mas?”
“Di dekat pertunjukan wayang kulit. Sedang ramai di sana,” jawabnya singkat, lalu mengayuh sepedanya pergi sebelum aku sempat bertanya lebih lanjut.
Tanpa ragu-ragu, aku pun mengikuti sarannya. Dengan harapan besar, aku mendorong gerobakku menuju Desa Beberan.
Wayang Kulit di Desa Beberan
Saat tiba di lokasi, rasa heran langsung menyergap. Tempat pertunjukan wayang yang biasanya ramai dengan pedagang dan penonton justru tampak kosong melompong. Tidak ada suara ramai atau hiruk-pikuk orang yang menjajakan makanan. Hanya aku seorang diri yang berdiri di sana.
“Ini aneh,” aku bergumam sambil memandang sekeliling.
Namun, suara gamelan yang lembut dan merdu masih terdengar, membangkitkan rasa penasaran. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kegelapan. Wajahnya sulit dikenali karena tertutup bayangan, namun suaranya terdengar ramah.
“Mas, bisa antarkan satu mangkuk bakso ke depan rumah saya?” pintanya.
Aku mengangguk. “Di mana rumahnya?”
“Ikuti saja jalan setapak ini, tidak jauh,” katanya sambil menunjuk arah yang gelap.
Pesta yang Aneh
Dengan penuh harap, aku mendorong gerobak menuju rumah yang ditunjukkan pria itu. Rumah besar dengan lampu terang benderang menyambutku. Di teras, puluhan orang duduk berkelompok, berbicara pelan sambil tertawa. Tatapan mereka serempak tertuju padaku begitu aku tiba.
“Baksonya, Mas! Satu mangkuk untuk saya,” seru seseorang.
“Saya juga! Tambah banyak sambal!”
“Dua mangkuk di sini!”
Pesanan terus mengalir tanpa henti. Tanganku bergerak cepat menyajikan bakso untuk semua orang. Anehnya, wajah-wajah mereka tampak pucat dengan mata cekung, tetapi mereka tersenyum lebar seolah sangat bahagia. Dalam sekejap, suasana hangat itu membuatku mulai melupakan rasa lelah.
Saat mangkuk terakhir habis, aku mulai mencuci peralatan dengan perasaan lega. “Terima kasih, Mas. Daganganku laris manis malam ini,” kataku pada pemilik rumah yang berdiri di dekatku.
Dia tersenyum lebar. “Uangmu sudah kuberikan, bukan?”
Aku mengangguk. “Ya, terima kasih banyak.”
Kengerian di Balik Gelap
Namun, saat aku membungkuk mencuci mangkuk terakhir, suasana berubah drastis. Angin dingin berhembus, membuat bulu kudukku berdiri. Ketika aku mendongak, lampu yang tadi terang-benderang kini telah padam. Suasana yang ramai berubah menjadi sunyi mencekam.
“Mas?” panggilku, tetapi tidak ada jawaban.
Aku memandang sekeliling. Tak ada rumah. Tak ada tamu. Yang ada hanya hamparan batu nisan yang berdiri diam dalam gelap. Tanganku gemetar.
“Astaga! Ini… ini kuburan!” Aku tersentak mundur, menabrak gerobakku sendiri.
Suara cekikikan terdengar samar, seperti berasal dari bawah tanah. Bayangan-bayangan mulai bergerak di antara nisan.
“Terima kasih atas baksonya,” suara berbisik di telingaku.
Aku memutar tubuh dengan cepat, tetapi tidak ada siapa-siapa. Napasku memburu. Keringat dingin mengucur deras di wajahku.
Tanpa berpikir panjang, aku mendorong gerobakku dengan kekuatan penuh. Roda berderit keras, bergema di antara keheningan malam. Dalam perjalanan pulang, aku mencoba menenangkan diri.

Uang dari Alam Gaib
Sampai di rumah, dengan tangan gemetar, aku mengeluarkan uang hasil jualan malam itu. Uang ribuan yang mereka berikan terasa dingin di tanganku, tetapi ketika kuperiksa di bawah lampu, semuanya asli.
“Apa aku baru saja melayani hantu?” pikirku ketakutan.
Aku tidak bisa tidur semalaman. Bayangan wajah-wajah pucat itu terus menghantui benakku. Meski begitu, esok paginya, aku tetap bersyukur karena uang itu bisa kugunakan sebagai modal untuk kembali berdagang. Hanya satu pelajaran yang kuingat malam itu: tidak semua pelanggan datang dari dunia yang sama.
=== PREDIKSI SINGAPORE HARI INI ===
ISOTOTO : Platform Singapore Terpercaya Sejak 2014
Kamu Menang Berapapun, Pasti Dibayar Lunas 100%
Klik Disini, Daftar Sekarang
Tinggalkan Balasan