Hantu Di Pabrik Mebel Kejadian ini terjadi pada tahun 2004, saat saya—sebut saja nama saya Dedi—bekerja di sebuah perusahaan asing di Cirebon yang bergerak di bidang ekspor furniture. Pekerjaan saya sebagai petugas Quality Control mengharuskan saya mengecek kualitas produk garden furniture berbahan kayu jati. Dulu, pabrik ini ramai dengan pesanan, tetapi belakangan saya dengar pabrik ini sudah berhenti beroperasi.
Aroma Anyir yang Menyergap
Suatu sore sekitar jam empat, saya tiba di pabrik untuk mengecek beberapa sampel produk. Sebagian besar karyawan sudah pulang, hanya ada satu orang yang menemani saya masuk ke area pabrik. Dia mengarahkan saya menuju gudang tua di belakang pabrik, tempat sampel disimpan. Begitu kami masuk, bau anyir segera tercium, seperti bau darah yang sudah lama.
“Pak Dedi, saya keluar sebentar ya. Tapi… biasanya gak ada apa-apa kok di sini,” ujar si karyawan sambil tersenyum canggung, seolah-olah ada sesuatu yang disembunyikannya.
“Eh, maksudnya apa itu? Jangan aneh-aneh, ah!” Saya mencoba tertawa, namun ada perasaan tak nyaman yang mulai muncul.
Saya mulai mengecek sampel-sampel furniture satu per satu—mengukur, menimbang, mengetes kekuatan, dan memotret produk. Jumlahnya cukup banyak, sekitar 20 buah, terdiri dari kursi dan meja berbagai model. Walau mencoba tetap fokus, bau anyir dan suasana di gudang itu membuat bulu kuduk saya merinding.
Bayangan Putih yang Melintas
Setelah beberapa saat, si karyawan kembali pamit dan meninggalkan saya sendirian di gudang yang semakin gelap. Saya mencoba mencari saklar lampu agar bisa bekerja lebih nyaman. Sambil mengedarkan pandangan, tiba-tiba saya melihat sekelebat bayangan putih melintas cepat di ujung ruangan!
“Eh… apa itu tadi?” Saya berbisik pada diri sendiri. “Cuma angin lewat kali…” Saya mencoba meyakinkan diri.
Namun, firasat aneh makin kuat. Gudang itu terasa penuh oleh energi yang tidak biasa, seolah-olah ada sesuatu yang mengawasi setiap gerak-gerik saya. Saya kembali bekerja sambil terus menenangkan diri, berharap selesai lebih cepat.
Sentuhan Misterius di Tengkuk
Ketika sedang menimbang kursi terakhir, tiba-tiba saya merasakan sesuatu mencolek tengkuk saya. Spontan, saya menepuk tengkuk, namun tidak berani menoleh ke belakang.
“Jangan main-main, ah! Siapa ini?!” ucap saya keras, berharap ada yang menjawab. Tetapi hanya keheningan yang membalas ucapan saya.
Suasana semakin mencekam, dan hari semakin gelap. Bohlam di gudang sudah mati, sehingga saya hanya bisa bekerja dalam keadaan remang-remang. Walau tubuh mulai gemetar, saya berusaha menyelesaikan pekerjaan yang tinggal sedikit lagi.
Napas yang Berhembus di Leher
Saya kemudian jongkok untuk mengukur lebar kursi. Namun kali ini, ada yang terasa lebih aneh—bukan hanya colek, melainkan tepukan yang lebih kuat di leher saya. Napas saya tertahan, dan bulu kuduk semakin berdiri.
“Hah! Ada siapa ini sebenarnya?” gumam saya sambil menahan rasa takut yang makin mendesak.
Tanpa menoleh, saya bisa merasakan ada sesuatu yang berdiri di belakang saya. Perasaan itu begitu kuat, seperti ada sosok besar yang menjulang di atas kepala saya. Keringat dingin mulai mengucur deras, tubuh terasa lemas. Saya mulai membaca doa dalam hati, berharap diberi perlindungan.
Sosok Kaki Raksasa dengan Cakar Garuda
Dengan rasa takut yang memuncak, akhirnya saya memutuskan untuk mengintip lewat bawah, dari celah di antara kedua kaki saya, dalam posisi membungkuk. Dan apa yang saya lihat membuat jantung saya hampir berhenti berdetak. Di sana, terlihat sepasang kaki raksasa, menyerupai kaki burung besar, dengan cakar sebesar tiang listrik dan bulu-bulu hitam tebal yang menutupi kaki itu.
“Ya Tuhan, ini apa?” batin saya kalut. Pandangan saya masih terfokus pada kaki raksasa itu, dan tak lama kemudian, sehelai rambut kusut, seperti rambut gimbal panjang, terjatuh di antara kedua kaki tersebut.
Tubuh saya semakin kaku. Suara berbisik mulai terdengar di telinga saya, seolah-olah sosok itu sedang berusaha menyampaikan sesuatu yang tidak bisa saya mengerti. Beberapa detik kemudian, samar-samar terdengar suara adzan maghrib di kejauhan. Seperti mendapat kekuatan baru, saya berhasil menggerakkan tubuh dan langsung bangkit untuk berlari keluar dari gudang tersebut, meninggalkan peralatan kerja yang masih berserakan.
Pelarian dari Gudang Terkutuk
Sesampainya di luar gudang, saya menghela napas panjang dan merasa sedikit lega. Keringat dingin masih mengucur di wajah saya, dan jantung masih berdetak kencang. Saya menatap ke arah gudang tua itu yang kini tampak begitu gelap dan sunyi. Dalam hati, saya berpikir, mungkin semua ini terjadi karena saya bekerja saat senja, waktu ketika makhluk gaib keluar dari persembunyiannya.
Sejak kejadian itu, saya bersumpah untuk tidak lagi bekerja sendirian di gudang tua tersebut, terutama saat mendekati waktu maghrib. Hantu Di Pabrik Mebel
Tinggalkan Balasan