Misteri Nusantara – Dukun Beranak Mak Sari tinggal di sebuah desa terpencil di daerah Cianjur, Jawa Barat. Desa yang masih menggunakan lampu minyak sebagai penerangan dan dikelilingi hutan. Desa tempatnya bermukim itu hanya ditinggali beberapa ratus kepala keluarga, itu pun tersebar di seluruh desa, mengakibatkan jarak antara rumah kala itu masih sangat renggang. Terutama rumah-rumah yang berada di ujung desa, mungkin seratus meter sekali baru akan ditemukan rumah lainnya.

Mak Sari berprofesi sebagai petani.
Namun, saat tidak sedang musim tanam padi, ia mengandalkan keahliannya yang lain untuk mencari nafkah, yaitu membantu wanita melahirkan atau biasa dibilang dukun beranak. Untuk pekerjaannya ini, Mak Sari tidak menerima uang sebagai bayarannya, ia biasa menerima hasil kebun atau hasil pertanian. Namun, Mak Sari tetap bersemangat dalam melakukan pekerjaannya yang satu ini, maklum di desanya saat itu tidak ada tenaga medis atau bidan sama sekali. Seluruh warga desa masih mengandalkan jasa-jasa tradisional untuk hal-hal yang menyangkut kesehatan, seperti melahirkan atau khitanan. Mak Sari juga sudah cukup terkenal di desanya, dan seluruh warga sudah tidak meragukan lagi kemampuannya.
Mak Sari tinggal sendiri di sebuah rumah gubuk. Sebenarnya, ia mempunyai seorang cucu laki-laki, tapi ia bekerja di luar desa dan tidak setiap hari pulang. Ketika cucunya pulang, ia selalu membawakan bahan makanan untuk Mak Sari. Mak Sari tidak pernah keberatan tinggal sendiri. Selain ia memang sudah terbiasa, ia juga tidak mau menyusahkan orang lain. Apalagi setelah kematian suaminya beberapa tahun yang lalu akibat sakit, ia adalah wanita yang cukup mandiri.
Pada suatu malam, saat Mak Sari sedang tidur di rumahnya, tiba-tiba terdengar seseorang mengetuk pintunya. Mak Sari langsung terbangun. Ia kemudian mengambil lampu minyak dan bergegas menuju pintu. “Siapa yang mengetuk pintu tengah malam begini?” pikirnya. Tanpa ragu, Mak Sari pun membuka pintunya. Memang terkadang profesi Mak Sari sebagai dukun beranak mengharuskan dia siaga saat tengah malam.
“Maaf, Mak, mengganggu malam-malam, tapi saya butuh bantuan Emak. Istri saya mau melahirkan,” ucap seorang laki-laki yang kira-kira berumur 30-an.
“Oh iya, sebentar saya siap-siap dulu,” jawab Mak Sari sambil masuk ke dalam rumah dan mengambil beberapa kain serta peralatan yang ia perlukan. Beberapa saat kemudian, Mak Sari pun kembali ke luar.
“Di mana rumahnya?” tanya Mak Sari.
“Mari, Mak, saya antarkan,” jawab laki-laki tersebut.
Pria itu lalu mengarahkan Mak Sari.
Di antara kegelapan hutan, cahaya dari obor yang dibawa pria itulah satu-satunya penerangan. Pria itu terus menuntun Mak Sari melewati desanya. Semua rumah saat itu telah tertutup dan jalan pun sepi. Maklum sudah tengah malam, pasti seluruh warga desa sudah terlelap.
Setelah cukup lama berjalan, akhirnya mereka sampai. Ternyata rumah pria itu berada di perbatasan desa, dengan tanah yang agak menurun ke bawah. Jarak antara rumah itu dengan rumah warga yang lain pun agak jauh. Setelah susah payah melewati jalan yang menurun, akhirnya mereka sampai di sebuah rumah kecil berbilik anyaman bambu, dengan atap yang terbuat dari pohon kelapa dan sebuah lampu minyak menempel di dinding depan. Setelah meletakkan obor di depan rumah, mereka pun masuk.
“Cepat Mak, kasihan istri saya sudah kesakitan,” ucap pria itu.
Mak Sari segera masuk ke kamar. Di dalam kamar sudah terbaring seorang wanita yang agak lebih muda daripada pria yang tadi. Wanita itu sudah dalam posisi melahirkan, dan ia berteriak-teriak kesakitan. Mak Sari pun dengan sigap membantunya. Dengan lembut Mak Sari memijat perut wanita itu agar si janin dapat turun. Namun ternyata janin itu belum juga turun, kepalanya pun belum tampak. Mak Sari agak kewalahan, ia terus memijat-mijat, namun tidak juga terlihat. Sedangkan wanita itu terus berteriak kesakitan. Mak Sari semakin panik. Akhirnya ia menarik napas panjang, “Bismillahirrahmanirrahim,” ucap Mak Sari.
Tiba-tiba wanita itu berteriak keras sekali, disusul si pria.
Mak Sari kaget, tapi ia tidak menggubrisnya. Ia menekan perut si wanita dengan sekuat tenaga, dan akhirnya bayi itu mulai terlihat. Mak Sari menuntaskan tugasnya, sampai akhirnya bayi itu pun terlahir. Setelah membungkus dengan kain yang ia bawa, Mak Sari memberikan bayi itu kepada ibunya. Ia kemudian membungkus ari-ari bayi itu untuk segera dikuburkan. Tapi kemudian pria itu datang menghampirinya. “Sudah biarkan Mak, nanti saya yang urus,” ucap pria itu.
Mak Sari bingung, karena biasanya itu adalah tugasnya, tapi ia menurut saja. Ketika ia kembali ke kamar, ternyata wanita itu sudah duduk di bibir kasur sambil menggendong anaknya. Keheranan Mak Sari kembali muncul. “Mana mungkin? Ia baru saja melahirkan beberapa menit, tapi dia sudah mampu duduk?” pikir Mak Sari. Kemudian Mak Sari pun minta diantarkan pulang, dan pria itu pun menyetujuinya.
Selama perjalanan pulang, pria itu tidak memberikan apa-apa kepada Mak Sari. Tapi Mak Sari tidak keberatan, mungkin memang pria itu tidak punya apa-apa untuk diberikan. Mak Sari ikhlas membantu, jadi tidak masalah. Mak Sari kembali sampai ke rumahnya, dan pria itu pun mengucapkan terima kasih lalu pergi. Ia pergi cepat sekali, sekelebat di malam yang gelap. Mak Sari masuk ke dalam rumahnya, lalu membersihkan diri dan tidur.
Keesokan harinya cucu Mak Sari kebetulan pulang. Saat itu Mak Sari sedang membuat sebuah ramuan obat untuk wanita yang baru melahirkan. Ia membuatnya dari bahan-bahan yang berasal dari tanaman yang ia cari sendiri. Ia bermaksud mengantarkannya kepada wanita yang semalam melahirkan itu. Setelah selesai, Mak Sari meminta sang cucu untuk mengantarnya. Cucunya pun bersedia, dan mereka pun berangkat.

Mak Sari masih sangat ingat jalan-jalan yang ia lalui semalam, dan mereka akhirnya sampai di turunan itu.
Berarti sudah sangat dekat. Mereka kemudian melewati jalanan yang menurun itu. Tapi ketika sampai, Mak Sari kaget, karena mereka berdiri di tanah kosong yang berisi pepohonan lebat, tidak ada rumah satu pun di sana, hanya hutan dengan pohon-pohon besar di dalamnya. Cucu Mak Sari keheranan. “Mak yakin ini rumahnya?” tanya cucunya.
“Iya, semalam itu di sini rumahnya,” jawab Mak Sari sembari melihat ke sekitar tempat itu sambil keheranan.
“Tapi ini sudah batas desa Mak, tidak ada rumah di sini,” sahut cucunya.
Firasat Mak Sari mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang karena memang cucunya tidak bisa berlama-lama, ia harus segera kembali ke tempatnya bekerja. Selama perjalanan pulang, Mak Sari masih saja keheranan. Demikianlah Misteri Nusantara – Dukun Beranak.
PAUS4D : Platform Singapore Amanah dan Terpercaya Sejak 2014
Berapapun KemenanganMu, Pasti Dibayar Lunas 100%
Klik Disini, Daftar Sekarang
Tinggalkan Balasan