Disesatkan Oleh Hantu

Disesatkan Oleh Hantu
Disesatkan Oleh Hantu

Malam itu, aku sedang menempuh perjalanan pulang dari sebuah kota yang kini tinggal kenangan. Rute biasa yang kuambil adalah jalan utama, namun hujan yang tak kunjung reda dan jalan yang penuh lubang memaksaku memilih jalur alternatif yang lebih sepi dan jauh dari hiruk-pikuk kendaraan besar.

Suara azan maghrib mulai terdengar di kejauhan saat aku berangkat sekitar pukul enam sore, diiringi langit yang gelap. Hujan semakin deras dan memaksaku melambatkan laju motor. Helm half face yang kupakai tanpa kaca visor membuat wajahku langsung tersapu tetesan air, hingga aku sesekali harus menyeka mata agar bisa melihat dengan jelas. Mendekati sebuah wilayah kecil di pedalaman, suasana jalan semakin sepi dan gelap gulita. Tanpa lampu jalan, hanya cahaya motor yang menjadi penuntunku.

Tanda-Tanda Kejanggalan

Karena merasa jalanan terlalu sunyi, aku memutuskan memotong jalan melewati kampung untuk segera sampai ke jalur utama. Rutenya biasa kulewati di siang hari dan cukup hafal, apalagi ini kampung Kasepuan, wilayah yang sering kulewati. Namun malam itu terasa berbeda, jalan yang biasanya akrab di pandangan sekarang terasa asing. Tak hanya itu, jok motor tiba-tiba terasa lebih berat, seperti ada yang duduk di belakangku. Bulu kudukku meremang, aku mencoba menenangkan diri sambil terus memacu motor perlahan.

Aku sampai di sebuah pertigaan kecil. Naluriku mengatakan aku harus belok kiri, namun anehnya, setang motor terasa tertahan dan terus mengarah lurus. Entah kenapa, tubuhku menurut saja dan mengikuti alur yang bukan biasa kulewati. Jalan itu membawaku ke sebuah bangunan sekolah yang sepi, dengan lapangan luas di tengahnya, seolah sedang menuntunku ke arah yang tak kuinginkan. Lagi-lagi, ketika aku berniat belok kiri, seakan ada yang menarik setang ke kanan. Suasana semakin sunyi dan mencekam.

Mesin Motor yang Mendadak Mati

Aku akhirnya sampai di pertigaan yang terasa agak familiar. Setahuku, jika belok kiri dan terus lurus, aku bisa sampai ke jalan utama. Tapi saat melewati area kuburan, mendadak mesin motor mati! Motor berhenti tepat di depan deretan nisan yang berbaris sunyi. Hanya lampu indikator di speedometer yang masih menyala, seolah memperingatkan bahwa ada yang tak beres.

Aku mencoba menetralkan gigi dan menekan tombol starter, tapi mesin tak kunjung menyala. Aku bahkan memakai starter injak, tapi tetap saja gagal. Di tengah kegelisahanku, jok belakang motor kembali terasa lebih berat, dan suara “kreyot… kreyot…” dari shockbreaker terdengar nyaring. Hawa dingin dan mencekam mulai terasa di tengkuk. Tubuhku mulai bergetar dalam ketakutan yang sulit dijelaskan di tengah suasana sepi dan suara hujan.

Bayangan Misterius di Kuburan

Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya mesin motor menyala kembali. Dengan rasa panik, aku melaju lurus, berusaha cepat mencapai jalan utama. Tapi, anehnya, entah kenapa aku malah berbelok ke kanan dan memilih jalan yang mengarah ke kuburan lain di wilayah itu. Kembali, mesin motor mendadak mati! Tempat itu terasa sangat sunyi, dengan tembok biru yang mengelilingi area kuburan.

ISOTOTO : Platform Game Online Aman dan Terpercaya
ISOTOTO : Platform Game Online Aman dan Terpercaya

Tiba-tiba, aku merasakan hembusan angin dingin di tengkuk, seperti ada yang meniup dari belakang. Seketika, aku merasakan beban di jok belakang hilang, dan motor terasa enteng lagi. Ketika aku mencoba melihat ke arah kuburan, bayangan putih berkelebat di depan mataku, berlari ke arah kuburan yang gelap. Aku menyipitkan mata untuk memastikan, dan samar-samar terlihat sesosok perempuan mengenakan gaun putih, berdiri di dekat gerbang kuburan!

Kuntilanak di Depan Mata

Dalam keadaan panik, aku langsung turun dari motor dan mendorongnya sejauh mungkin dari tempat itu. “Aduh, apa benar itu kuntilanak?” pikirku. Setelah menjauh sekitar tiga puluh meter, aku memberanikan diri melihat ke belakang, tapi bayangan itu sudah lenyap. Aneh, begitu bayangan itu menghilang, mesin motorku kembali menyala dengan mudah!

Aku membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an sekuat yang kubisa, berharap mendapatkan keselamatan, sementara ketakutan masih menyelimutiku. Dalam hati, aku berdoa agar bisa sampai di rumah dengan selamat. Akhirnya, aku berhasil menemukan jalan yang benar, jalan pulang yang terasa begitu asing malam itu.

Keselamatan yang Kembali

Sesampainya di rumah, aku mendapati waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh dalam waktu singkat ternyata memakan waktu hampir dua jam. Dalam hati, aku bersyukur masih diberikan keselamatan. Pengalaman mencekam ini akan selalu kuingat sebagai salah satu perjalanan malam paling misterius yang pernah kualami.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *