Misteri Nusantara – Dikejar Keranda Mayat Kisah ini terjadi pada bulan Juni 2002 di Desa Sejahtera, sebuah desa kecil yang terletak jauh dari keramaian kota. Cerita ini berasal dari pengalaman Pak Arman (50 tahun) yang mengalami kejadian mistis yang sangat mengerikan, sekaligus kisah tragis tentang putranya, Budi (20 tahun).
Pada awalnya, semuanya berjalan dengan baik. Budi, putra Pak Arman, pergi merantau ke ibu kota untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Setiap bulan, Budi mengirimkan uang kepada orang tuanya di desa untuk membantu kehidupan keluarga mereka. Meskipun jumlahnya tidak besar, uang tersebut sangat berarti dan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga Pak Arman.
Namun, setelah satu tahun berlalu, mulai terjadi kejanggalan. Setiap bulan, jumlah uang yang dikirim Budi semakin berkurang. Pak Arman tidak pernah memberikan target atau jumlah tertentu pada anaknya, tetapi perubahan ini membuatnya semakin curiga.
Mimpi yang Menyimpan Tanda-Tanda Buruk
Pada bulan Juni, sebuah peristiwa mistis mulai mengganggu kehidupan Pak Arman. Pada malam hari, dia bermimpi melihat sebuah sumur tua dengan sosok Budi yang berdiri di sampingnya. Dalam mimpi itu, Budi berkata dengan suara lembut, “Pak, aku di sini…”
Awalnya, Pak Arman tidak terlalu memikirkan mimpi tersebut. Namun, beberapa malam berturut-turut, mimpi yang sama kembali menghampirinya. Pada malam kedua, Pak Arman menceritakan mimpi itu kepada istrinya, Bu Siti, dan mencoba menghubungi Budi, namun tetap saja tidak ada jawaban.
Malam ketiga, mimpi itu terulang lagi, dan kali ini bukan hanya Pak Arman yang bermimpi, tetapi Bu Siti juga melihat sosok Budi yang berdiri di samping sumur tua, sama persis seperti yang dilihat Pak Arman. Perasaan gelisah semakin menguasai hati mereka, dan mereka mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres.
Mencari Kebenaran di Ibu Kota
Keesokan harinya, Pak Arman memutuskan untuk pergi ke ibu kota untuk menemui Budi dan memastikan apakah mimpi itu hanya kebetulan ataukah ada sesuatu yang mengerikan sedang terjadi. Dengan penuh rasa cemas, Pak Arman berangkat menuju kota.
Sesampainya di kota, Pak Arman langsung menuju rumah susun tempat Budi tinggal. Rumah susun itu tampak sepi, sepertinya para penghuni sedang keluar. Pak Arman melangkah masuk dan menuju kamar Budi, namun kamar itu kosong. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Perasaan cemas semakin menggelayuti hati Pak Arman.
Pak Arman kemudian berjalan-jalan di sekitar rumah susun, berharap bisa menemukan putranya. Saat melihat ke bagian belakang rumah susun, Pak Arman terkejut. Di sana, tepat di belakang rumah susun, terdapat sebuah sumur tua yang sangat mirip dengan yang dia lihat dalam mimpinya.
Sumur Tua yang Menyimpan Kenangan
Dengan perasaan gelisah, Pak Arman mendekati sumur tua itu. Dia melihat ke dalam dengan hati-hati, dan seketika itu juga, pandangannya tertuju pada sesuatu yang membuatnya terkejut. Di dalam sumur itu, sebuah topi merah—topi kesayangan Budi—terapung di atas permukaan air.
Hati Pak Arman semakin gelisah. Dia yakin ada sesuatu yang tidak beres. Dengan bantuan warga setempat dan petugas pemadam kebakaran, Pak Arman segera meminta pertolongan untuk menguras air dari sumur tua itu.
Kejadian Tragis yang Menyedihkan
Setelah beberapa saat, air sumur akhirnya berhasil dikuras. Semua orang terdiam ketika jasad Budi ditemukan di dasar sumur. Budi sudah terbujur kaku, tubuhnya mulai membengkak dan membusuk. Mayatnya dalam kondisi yang sangat mengenaskan, dan Pak Arman tidak dapat menahan air matanya saat melihat putranya yang terbaring tak bernyawa.
Kejadian ini sangat memilukan hati Pak Arman dan Bu Siti. Semua yang mereka duga ternyata benar—mimpi itu bukan sekadar mimpi biasa. Itu adalah peringatan dari alam lain yang mengungkapkan akhir tragis putra mereka. Semua warga yang hadir di sana merasa terkejut dan ngeri dengan kejadian yang begitu mengerikan. Tidak ada yang tahu dengan pasti apa yang menyebabkan Budi jatuh ke dalam sumur itu, tetapi satu hal yang pasti—kebisuan Budi selama ini adalah sebuah tanda bahwa sesuatu yang lebih besar telah terjadi dalam hidupnya di kota.
Kesimpulan: Sebuah Peringatan dari Alam Lain
Malam itu, Pak Arman dan Bu Siti tidak hanya kehilangan putra mereka, tetapi juga mendapatkan pemahaman baru tentang dunia yang tidak bisa mereka lihat. Meskipun mereka tidak tahu apa yang menyebabkan kematian Budi, satu hal yang pasti—bagi Pak Arman, ini adalah pelajaran berharga tentang ketidakpastian hidup dan betapa rapuhnya hidup ini.
“Innalillahi wainnailaihi rajiun,” ucapan itu menjadi doa terakhir bagi Budi, putra mereka yang telah pergi meninggalkan mereka. Perasaan kehilangan yang mendalam menyelimuti mereka, namun mereka berusaha untuk menerima kenyataan dengan lapang dada. Demikianlah Misteri Nusantara – Dikejar Keranda Mayat.
=== PREDIKSI SINGAPORE HARI INI ===
Klik Disini, Daftar Platform Singapore Aman dan Terpercaya 2014
Tinggalkan Balasan