Misteri Nusantara – Cerita Setan Dari Indramayu Cerita ini mengajak kita masuk ke dalam dunia misteri yang penuh dengan kehadiran makhluk-makhluk astral yang konon digunakan dalam praktik pesugihan. Di sebuah desa di pinggiran Brebes, berbagai kisah nyata tentang teror makhluk gaib terus beredar hingga kini. Rumor yang berkembang mengatakan, siapa pun yang berjumpa dengan makhluk ini akan mendapat nasib buruk, bahkan kematian.

Berikut ini adalah beberapa kisah mengerikan tentang makhluk-makhluk tersebut.

1. Hantu Tanpa Kepala: Teror di Jalanan Sepi

Setan Kolo, hantu tanpa kepala, sering menampakkan diri pada malam hari. Ia mengenakan jubah panjang berwarna kelam dan kerap mendatangi orang-orang yang terpaksa keluar rumah larut malam. Makhluk ini mendekat dari belakang, memanggil dengan suara parau untuk meminta bantuan, sehingga korbannya tidak menyadari bahwa mereka sedang berbicara dengan makhluk astral.

Seorang penjual sate bernama Pak Surya mengalami kisah paling terkenal tentang Setan Kolo. Suatu malam, ketika pulang dari berjualan di acara pernikahan, ia mendengar suara memanggil.

“Pak, tunggu sebentar!” seru suara itu dari kejauhan.

Pak Surya berhenti dan menoleh. “Ada apa, Mas? Mau beli sate ya?” tanyanya sambil membuka gerobaknya.

Namun, ketika sosok itu mendekat, Pak Surya tersentak. Kepala sosok itu tidak ada! Tubuhnya berdiri tegak, sementara darah mengalir dari lehernya. Pak Surya membeku, kakinya tak mampu bergerak. Sosok itu mendekat sambil mengulurkan tangan, seolah meminta sesuatu.

Dengan gemetar, Pak Surya berteriak, “Allahu Akbar!” Ia melemparkan gerobaknya dan berlari sekuat tenaga. Sampai di rumah, ia jatuh pingsan di depan pintu.

2. Hantu Payung: Sinyal Kematian

Hantu payung, atau Setan Warni, sering muncul di desa itu selama musim hujan. Penampilannya seperti seorang wanita tua dengan payung hitam besar. Ia berjalan perlahan dari rumah ke rumah, membawa aroma bunga kematian.

“Bu Ratih, jangan keluar rumah dulu. Tadi malam ada yang melihat Setan Warni di dekat sumur tua!” ujar seorang tetangga, memperingatkan.

Namun, keesokan paginya, Ratih yang penasaran tetap pergi ke sumur. Ia ingin mengambil air karena tangki air rumahnya habis. Saat ia sampai, suara gemerisik payung terbuka terdengar di belakangnya.

“Siapa itu?” tanya Ratih dengan gemetar, tetapi tak ada jawaban. Ketika ia menoleh, sosok wanita berpayung hitam berdiri tak jauh darinya. Mata Ratih langsung bertemu dengan pandangan tajam wanita itu, dan tubuhnya seketika melemas.

Seminggu kemudian, Ratih meninggal dunia secara misterius. Warga percaya bahwa Setan Warni adalah pertanda kematian.

3. Tapih Liris: Wajah Cantik di Balik Teror

Makhluk ini menunjukkan dua wajah—satu sisi tampak cantik memesona, sementara sisi lainnya terlihat mengerikan. Setan Tapih Liris sering menggoda pemuda yang hatinya lemah dengan pesonanya, hanya untuk membawa mereka pada kehancuran.

Arman, seorang pemuda desa, menjadi salah satu korban. Suatu malam, ia bertemu seorang wanita cantik di jalan pulang dari acara ronda.

“Sendirian, Mas? Boleh saya temani?” suara wanita itu lembut, membuat Arman tak bisa berkata-kata.

Mereka berjalan bersama hingga Arman merasa jatuh cinta pada wanita itu. Namun, saat ia menggenggam tangan wanita itu, ia merasa dingin seperti es.

Ketika ia menatap wajahnya lebih lama, bagian sisi lain wajah wanita itu berubah menjadi hitam legam, dengan mata merah menyala. Arman berteriak ketakutan dan pingsan. Esoknya, ia ditemukan di pinggir jalan dengan tubuh penuh lebam.

4. Keranda Terbang: Pembawa Petaka

Kisah keranda terbang, atau dikenal dengan nama Katil Udara, menjadi cerita yang paling menakutkan di desa itu. Keranda ini konon sering muncul di malam sepi, mengikuti siapa saja yang berjalan sendirian.

Suatu malam, Andri, seorang pemuda desa, hendak pulang setelah bermain kartu di rumah temannya. Jalanan gelap dan sunyi, hanya suara jangkrik yang menemani. Tiba-tiba, suara derit kayu terdengar di belakangnya.

Andri menoleh dan melihat sebuah keranda melayang rendah, bergerak perlahan mendekatinya.

“Ya Tuhan, apa itu?” bisik Andri dengan suara bergetar.

Keranda itu semakin dekat, lalu tutupnya perlahan terbuka. Andri melihat kain kafan yang menggulung-gulung seolah ingin menariknya masuk.

Andri lari sekencang-kencangnya, tetapi keranda itu terus mengejar. Dengan panik, ia melompat ke sungai kecil di tepi jalan. Keranda itu berhenti di pinggir sungai, berputar-putar sebelum menghilang.