Misteri Nusantara – Bu Karni Di sebuah perkampungan kecil, tepatnya di Desa Mekarsari, Kabupaten Sukamaju, Jawa Barat, kisah ini dimulai. Dina dan Raka, pasangan suami istri yang baru menikah, sedang bersiap untuk mudik. Sebagai persiapan, mereka memutuskan untuk membeli oleh-oleh dan perlengkapan lebaran di pasar kota sehari sebelum keberangkatan.
Setelah selesai berbelanja, mereka pulang dengan barang bawaan yang cukup banyak. Sesampainya di rumah, Dina langsung mengemasi perlengkapan mereka, sementara Raka mengecek jadwal kendaraan umum untuk perjalanan esok hari. Mereka sadar bahwa musim mudik biasanya membawa kemacetan parah, sehingga mereka memilih untuk berangkat pagi-pagi demi menghindari hal tersebut.
Keesokan harinya, ketika langit baru saja terang, mereka memulai perjalanan. Dalam perjalanan, Dina terlihat lebih banyak diam karena rasa cemas. Sesekali, ia memegangi perutnya yang mulai membuncit karena kehamilan muda.
“Pak, perjalanan ini akan lama, ya?” tanyanya sambil melihat keluar jendela kendaraan.
“Iya, Bu. Kalau lancar, kita bisa sampai sebelum ashar. Tapi kalau macet, mungkin baru menjelang maghrib,” jawab Raka sambil berusaha menenangkan istrinya.
Benar saja, delapan jam berlalu, dan kendaraan mereka masih belum tiba di tujuan. Ketika matahari mulai condong ke barat, akhirnya mereka sampai di desa Mekarsari. Namun, perjalanan mereka belum selesai, karena mereka masih harus berjalan melewati hutan kecil untuk mencapai rumah orang tua Raka.
“Pak, sudah hampir gelap. Kita cepat saja jalannya,” kata Dina, yang mulai gelisah.
Raka mengangguk. “Iya, Bu. Kalau kita teruskan, mungkin hanya butuh setengah jam lagi.”
Tangisan Misterius di Tengah Hutan
Saat mereka melangkah masuk ke jalan setapak yang membelah hutan, suasana menjadi semakin sunyi. Langit mulai gelap, hanya menyisakan sisa-sisa cahaya senja yang redup. Tak lama kemudian, suara tangisan lirih terdengar dari arah kiri jalan. Tangisan itu terdengar pilu, seperti seseorang yang tengah merasakan penderitaan luar biasa.
“Pak, itu suara apa?” tanya Dina dengan suara bergetar.
Raka berhenti melangkah. “Mungkin ada orang yang tersesat. Kita cek dulu, Bu.”
Dina langsung memegang lengan Raka dengan erat. “Enggak, Pak! Aku takut. Mana mungkin ada orang nangis sendirian di tengah hutan malam-malam begini.”
Raka berusaha meyakinkan istrinya. “Kalau benar dia butuh bantuan, kita enggak bisa meninggalkannya begitu saja. Yuk, sebentar saja kita lihat.”
Meskipun Dina merasa ragu, akhirnya dia mengikuti langkah suaminya menuju sumber suara. Semakin dekat, tangisan itu semakin jelas terdengar. Di bawah sebuah pohon besar, mereka melihat seorang wanita tua duduk sambil memeluk lututnya.
Dina mengenali sosok itu seketika. “Bu Karni? Kok Ibu di sini?” tanyanya dengan penuh keheranan.
Wanita tua itu mengangkat wajahnya perlahan. Mata dan pipinya terlihat basah oleh air mata. “Dina… Raka… Anak-anakku membuangku ke sini. Mereka enggak mau lagi mengurusku,” jawabnya dengan suara parau.
Raka menggelengkan kepala, seolah tak percaya. “Bu, ayo ikut kami pulang. Enggak baik di sini sendirian, apalagi sudah malam.”
Namun, wanita tua itu tetap menolak. “Tidak, Raka. Kalau aku pulang, mereka pasti membuangku lagi. Lebih baik aku di sini,” katanya sambil mengusap air matanya.
Dina mencoba membujuk. “Kalau Ibu enggak mau pulang, setidaknya ikut kami ke rumah orang tua Raka. Nanti kita cari solusi bersama.”
Sayangnya, meskipun Dina dan Raka berusaha meyakinkannya, Bu Karni tetap bersikeras untuk tinggal. Karena hari semakin gelap, akhirnya mereka melanjutkan perjalanan dengan hati yang berat.
Kabar yang Mengguncang
Setibanya di rumah, orang tua Raka menyambut mereka dengan senyum hangat. Meski lelah, Dina dan Raka merasa lega akhirnya sampai dengan selamat.
“Kenapa baru sampai malam begini?” tanya ibu Raka sambil menuangkan teh hangat.
“Macet, Bu. Selain itu, tadi kami sempat berhenti di tengah jalan,” jawab Raka sambil meletakkan tasnya.
Dina segera menceritakan pertemuannya dengan Bu Karni di hutan. “Tadi kami ketemu Bu Karni di jalan. Dia nangis sendirian di bawah pohon besar. Katanya dia dibuang anak-anaknya.”
Mendengar itu, wajah ibu Raka langsung berubah. “Apa? Dina, kamu yakin itu Bu Karni?”
“Iya, Bu. Kami bahkan sempat berbicara dengannya,” jawab Dina dengan serius.
Ibu Raka menghela napas panjang. “Bu Karni sudah meninggal tadi sore! Bapakmu sekarang sedang di rumahnya untuk tahlilan.”
Pernyataan itu membuat Dina dan Raka saling berpandangan. Wajah mereka berubah pucat. “Tapi, Bu… Kami benar-benar melihatnya,” ujar Dina, hampir tak percaya.
Ibu Raka menggeleng pelan. “Bu Karni dimakamkan di dekat hutan itu, di bawah pohon besar. Mungkin yang kalian temui bukan Bu Karni, tapi sesuatu yang menyerupainya.”
Malam itu, Dina tidak bisa memejamkan mata. Ia terus teringat wajah Bu Karni yang menangis di bawah pohon besar. Suara tangisan pilu itu seakan masih terngiang di telinganya, membuat tubuhnya merinding sepanjang malam. Demikianlah Misteri Nusantara – Bu Karni.
Klik Disini, Daftar ISOTOTO ; Platform Game Online Lengkap Aman dan Terpercaya Sejak 2014
Tinggalkan Balasan