Misteri Nusantara – Bertemu Hantu Pelaut Portugis Senin, 19 September, saya berangkat ke Kota Kasipura menggunakan kereta dan travel. Setelah menempuh perjalanan panjang, saya tiba di pabrik furnitur tempat saya bekerja. Hari itu berjalan seperti biasa—saya mengecek kualitas barang hingga sore hari.
Ketika matahari terbenam, saya kembali ke mes, sebuah fasilitas perusahaan yang letaknya agak terpencil. Mes itu sederhana, tetapi cukup nyaman untuk beristirahat. Malam pertama berlalu tanpa gangguan apa pun. Karena kelelahan, selepas maghrib saya langsung tidur hingga subuh.
Pertemuan dengan Teman Lama
Hari Selasa berjalan normal. Selepas kerja, saya menyempatkan diri mengunjungi rumah teman lama, Pak Rizal, di wilayah seberang kota. “Kapan lagi bisa ngobrol santai begini?” ucap Pak Rizal sambil menyuguhkan kopi hangat.
Jam sembilan malam, saya pulang ke mes yang berada di perumahan Mandala. Dalam perjalanan pulang, saya baru menyadari sesuatu. Mes itu ternyata dikelilingi kuburan. “Hadeuh… tempat macam apa ini?” gumam saya sambil mempercepat langkah.
Malam Sendiri di Mes
Teman sekamar saya, Jaka, sedang pulang ke kampung halamannya di Semarang. Otomatis, saya sendirian malam itu. Setelah mandi dan ngopi, saya mulai mengerjakan laporan kerja yang harus selesai besok pagi.
Hampir tengah malam, suasana mes mulai terasa aneh. Terdengar suara seperti seseorang sedang memindahkan barang. “Krosak… Kroksak… Tek… Dug!” Suara itu membuat tengkuk saya merinding. “Apa itu? Jangan-jangan tikus,” pikir saya, mencoba tenang.
Saat saya hendak menghisap rokok, bayangan hitam melintas cepat di samping kulkas. “Hei! Siapa di sana?” seru saya sambil mengejar bayangan itu hingga ke pintu depan. Namun, tidak ada siapa pun.
Suara dan Bayangan Misterius
Saya kembali ke meja kerja. Baru saja mengetik beberapa kalimat, saya mendengar suara langkah cepat menuju dapur. Saya menoleh, dan lagi-lagi melihat bayangan gelap melintas. Kali ini, terlihat jelas topi dan sepasang kaki menembus pintu dapur menuju gudang.
Dengan keberanian yang tersisa, saya membuka pintu dapur perlahan. “Kreeeek…” suara pintu semakin membuat suasana mencekam. Tapi, di gudang, tidak ada siapa pun. Saya kembali ke depan laptop, mencoba mengabaikan ketakutan.
Wajah Tanpa Ekspresi
Waktu menunjukkan pukul dua belas malam. Saya mendengar suara benda jatuh di plafon, “DUG!” Lalu ada hembusan dingin di tengkuk saya. “Wush…” Saya spontan menoleh, tapi tidak ada apa-apa.
“Cukup, besok saja dilanjutkan,” gumam saya sambil membereskan laptop dan masuk ke kamar. Namun, kamar itu ternyata tidak memberikan rasa aman. Jendela yang menghadap gudang tidak memiliki gorden, sehingga pandangan saya langsung tertuju ke luar.
Ketika mencoba tidur, terdengar suara seperti deburan ombak. Dengan penuh rasa penasaran, saya melirik ke arah jendela. Samar-samar terlihat siluet menyerupai topi bajak laut. Lalu, semakin jelas tampak sosok tinggi besar seperti orang Portugis.
Puncaknya, wajah tanpa mata, hidung, atau mulut menatap langsung ke arah saya dari balik jendela. “ASTAGA…!!!” Saya langsung membalikkan badan, berusaha tidak melihatnya lagi.
Tinggalkan Balasan