Dina baru saja pindah ke sebuah rumah tua yang terletak di pinggir kota. Rumah itu cukup besar, dengan halaman luas yang dipenuhi pohon-pohon besar dan sebuah ayunan tua di sudut halaman. Meski rumah itu terlihat usang, Dina merasa rumah ini memberikan ketenangan yang ia butuhkan setelah kehilangan orang tuanya. Namun, ada satu hal yang membuatnya merasa aneh—setiap kali dia melihat ke arah ayunan itu, seakan-akan ia bisa melihatnya bergerak perlahan, meskipun tak ada angin yang berhembus.
Ayunan yang Mulai Bergerak
Pada suatu malam, setelah Dina selesai membersihkan rumah, ia duduk di ruang tamu sambil menikmati teh hangat. Secara tak sengaja, matanya tertuju pada ayunan di luar jendela. Awalnya, benda itu terlihat diam, tetapi saat Dina menatapnya lebih lama, ia melihatnya bergerak perlahan, meskipun tidak ada angin sama sekali. Dina mencoba berpikir rasional, mungkin itu hanya bayangannya saja. Namun, keesokan malam, ia kembali melihat ayunan itu bergerak, kali ini lebih cepat dan lebih jelas. Rasa takut mulai merayapi dirinya, tapi ia mencoba mengabaikan perasaan tersebut.

Suara Langkah Kaki di Tengah Malam
Suatu malam, Dina terbangun di tengah malam oleh suara langkah kaki yang terdengar jelas dari halaman depan rumah. Suara itu bergerak menuju ayunan, yang kini berayun semakin kencang seolah ada seseorang yang duduk di sana. Dina membuka jendela dan memanggil, tetapi tidak ada jawaban. Ketika ia melihat keluar, ayunan itu berhenti seketika, dan suasana kembali hening. Dina merasa sangat ketakutan, namun ia mencoba untuk tetap tenang dan kembali tidur. Namun, saat ia berbaring, ia bisa merasakan seakan ada seseorang yang sedang menatapnya dari luar jendela.
Cerita Lama yang Tersingkap
Keesokan harinya, Dina memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang rumah itu. Ia berbicara dengan seorang tetangga yang lebih tua dan mendengar cerita lama yang mengejutkannya. Rumah yang ia tempati dulunya milik seorang wanita bernama Maria, yang hidup sendirian di sana setelah kehilangan anak tunggalnya dalam kecelakaan. Setiap malam, Maria sering duduk di ayunan itu, menunggu kedatangan anaknya yang tak kunjung pulang. Warga desa percaya bahwa setelah kematian Maria, arwahnya tetap menghantui rumah tersebut, terutama ayunan yang menjadi kenangan terakhirnya. Mereka juga mengatakan bahwa siapa pun yang tinggal di rumah itu, akan merasakan kehadiran Maria dan ayunan yang bergerak sendiri.

Puncak Teror: Ayunan yang Menghantui
Pada malam kelima, Dina merasa tidak sanggup lagi mengabaikan apa yang terjadi. Ia kembali melihat ayunan itu bergerak dengan sendirinya, kali ini sangat cepat dan keras, seolah ada yang sedang duduk di sana. Dina merasakan hawa dingin yang sangat menusuk hingga ke tulang. Tiba-tiba, suara tawa pelan terdengar dari halaman depan, suara yang sangat familiar—seperti suara seorang anak kecil yang sedang bermain. Dina berlari keluar dan melihat sosok wanita tua dengan wajah pucat duduk di ayunan, sambil menatapnya dengan tatapan kosong. “Anakku, kamu datang akhirnya,” bisiknya dengan suara serak. Dina terjatuh, ketakutan, dan ketika ia mencoba berlari menjauh, sosok itu menghilang dalam sekejap.
Epilog: Kehilangan yang Tak Terungkap
Sejak malam itu, Dina tidak pernah lagi merasa aman di rumah tersebut. Ayunan yang bergerak sendiri terus menghantui pikirannya. Meskipun ia mencoba untuk pindah, perasaan gelisah itu tidak pernah hilang. Beberapa waktu kemudian, rumah itu kembali kosong, namun suara ayunan yang bergerak masih terdengar sesekali, seperti mengingatkan bahwa ada seseorang yang tak pernah bisa melupakan kehilangan yang begitu dalam.

Tinggalkan Balasan