Asrama Kematian

Misteri Nusantara – Asrama Kematian Aku, Hana, dan Lila duduk melingkar di kamar asrama kami. Malam semakin larut, dan suasana hening mencengkeram udara. Lampu redup di langit-langit berkelap-kelip, seakan ikut resah dengan suasana hati kami. Angin dingin menyelinap masuk melalui jendela, membuat tirai berayun pelan.

“Aku takut,” ucap Hana tiba-tiba, memecah keheningan. Suaranya bergetar, matanya mulai berkaca-kaca. Aku mencoba mencari kata-kata untuk menenangkannya, tetapi semuanya terasa sia-sia. Lila, yang sejak tadi hanya diam, mempererat pelukan pada boneka lusuh kesayangannya. Air mata perlahan mengalir di pipinya, meskipun tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya.

“Aku juga,” kataku akhirnya. Aku berusaha terdengar tenang, tetapi jauh di dalam hati, aku juga diliputi ketakutan.

Asrama Kematian
Asrama Kematian

Beberapa saat berlalu dalam keheningan. Isak tangis Hana menjadi satu-satunya suara yang terdengar, menggema di ruangan kecil ini. Namun, hening itu segera dipecahkan oleh suara pelan Lila. “Gadis itu kembali memakan korban. Kali ini, Shila.”

Perkataannya membuat kami semua tersentak. Pikiran kami melayang kembali ke kejadian tragis beberapa hari lalu. Angin tiba-tiba bertiup lebih kencang, menggetarkan jendela. Aku segera berdiri dan menutup jendela kayu itu, seolah-olah mencoba menahan kengerian dari luar.

Keputusan Berbahaya
Tiba-tiba, Hana berbicara. “Aku akan pergi dari sini,” katanya dengan suara tegas, meski matanya basah oleh air mata.

Ucapan itu membuat Lila langsung menoleh. “Apa kau gila? Keluar dari asrama ini sama saja dengan menyerahkan nyawamu!” katanya dengan nada marah.

Namun, Hana tidak menyerah. “Kalau kita tetap di sini, kita juga akan mati!” balasnya dengan suara bergetar. Isaknya semakin keras, dan aku bisa merasakan kepanikan yang meluap-luap dari dalam dirinya.

Aku mencoba meredakan ketegangan di antara kami. “Sudahlah, kita hadapi ini bersama. Kita pasti bisa melewati semuanya,” ujarku, meskipun aku sendiri tak yakin. Lila hanya mendesah frustrasi, dan aku tahu dia sudah muak mendengar kata-kata penuh harapan palsu dariku.

“Lana, apa yang akan kita lakukan jika hantu itu benar-benar datang?” tanya Hana dengan suara gemetar. Aku memalingkan wajah, mencoba menyembunyikan ketakutanku.

“Tak ada yang akan terjadi,” jawabku akhirnya. Aku tahu kata-kataku tidak akan menghapus rasa takut mereka. Lila menggeleng pelan, wajahnya penuh dengan keraguan.

Hilangnya Hana
Keesokan harinya, aku terbangun karena Lila mengguncang tubuhku dengan panik. “Lana, bangun! Hana meninggalkan asrama tadi malam!” teriaknya.

“Apa maksudmu?” tanyaku, masih setengah sadar. Namun, sebelum Lila menjawab, air matanya sudah mengalir deras.

“Jasadnya ditemukan di taman belakang,” katanya dengan suara gemetar. “Tubuhnya penuh luka, Lana. Luka yang mengerikan.”

Aku tak mampu berkata-kata. Pikiranku kosong. Ketakutan yang selama ini kami rasakan berubah menjadi kenyataan. Iblis itu nyata, dan kini Hana telah menjadi korbannya.

Klik Disini, Daftar Platform Game Online Aman dan Terpercaya Sejak 2014
Klik Disini, Daftar Platform Game Online Aman dan Terpercaya Sejak 2014

Ketakutan Memuncak
Malam itu, suasana semakin mencekam. Lila memohon padaku untuk tetap tinggal di kamar. Namun, aku merasa harus pergi ke toilet.

“Jangan lama-lama,” katanya dengan nada memohon. Aku mengangguk pelan, mencoba menenangkannya. Namun, baru saja aku menuruni tangga, suara jeritan Lila terdengar.

Aku berlari kembali ke kamar dengan jantung berdegup kencang. Namun, kamar itu kosong. Lila menghilang. Aku mencarinya ke setiap sudut ruangan, tapi tidak ada tanda-tanda keberadaannya.

Saat itulah aku melihat ponsel Lila tergeletak di lantai. Dengan tangan gemetar, aku mengambilnya dan menemukan sebuah rekaman suara terakhir darinya.

“Lana, a-ada sesuatu yang keluar dari bawah ranjang. Itu terlihat seperti manusia… Dia merangkak ke arahku! TIDAAK!”

Rekaman itu berakhir dengan jeritan panjang. Tanganku gemetar hebat, dan keringat dingin membasahi tubuhku. Malam itu, aku merasa dunia di sekitarku runtuh.

Tamu Tak Diundang
Aku mencoba menguasai diri. Namun, ketukan pelan di pintu membuat napasku tercekat. Ketukan itu terdengar berulang-ulang, semakin lama semakin keras.

Aku memberanikan diri membuka pintu, dan seorang gadis berdiri di sana. Wajahnya tampak biasa saja, bahkan terlihat ramah. “Hai,” sapanya.

Aku terkejut sekaligus lega. “Kau murid baru?” tanyaku. Gadis itu mengangguk pelan, dan senyumnya semakin lebar.

“Kau pindah ke asrama ini untuk apa?” tanyaku lagi, mencoba berbasa-basi.
Dia tersenyum tipis, matanya menatap lurus ke arahku. “Hanya untuk satu tujuan,” jawabnya datar. “Bolehkah aku memiliki ragamu?”

Aku tertegun, tubuhku langsung mundur ke belakang. Wajahnya yang tadi biasa saja mulai berubah. Senyumannya melebar, matanya bersinar dengan cahaya menyeramkan.

Aku mencoba lari, tetapi tubuhku terasa kaku. Dia terus mendekat, suaranya berubah menjadi jeritan menggema. “Aku ingin ragamu, Lana!” katanya dengan nada menggelegar.

Seketika, tubuhku terasa dingin. Gadis itu menyentuh kulitku, dan aku merasakan sesuatu yang tak kasatmata merasuki seluruh tubuhku. Dalam sekejap, dunia di sekitarku berubah menjadi gelap. Aku tahu, malam itu, aku telah menjadi bagian dari kutukan yang tak pernah berakhir. Demikianlah Misteri Nusantara – Asrama Kematian.

===  PREDIKSI HONGKONG HARI INI  ===

Klik Disini, Daftar Platform Hongkong Aman dan Tepercaya Sejak 2014


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *