Arwah Guru PKL

Misteri Nusantara – Arwah Guru PKL Namaku Nia. Aku sekarang bersekolah di sebuah SMK di Solo. Sekolahku ini masih lekat dengan nuansa mistik. Maklum saja, sekolah ini memiliki hubungan erat dengan Keraton Solo dan terus menjaga tradisi Jawa yang penuh dengan berbagai pantangan serta kepercayaan lama.

Arwah Guru PKL
Arwah Guru PKL

Bayangan di Depan Mushola

Saat itu, aku masih duduk di kelas 10. Aku dan teman-teman sedang mempersiapkan pentas seni untuk acara tugas akhir kakak kelas. Kelasku dibagi menjadi dua kelompok, dan kelompokku mendapat giliran tampil pada hari pertama. Kami mulai berkumpul sejak sore untuk bersiap-siap. Karena kami belum terbiasa memakai riasan sendiri, seorang teman dari guru kami membantu kami berdandan. Antrian panjang membuat kami baru selesai pukul tujuh malam.

Suasana di luar ruang rias terasa gelap. Penerangan satu-satunya berasal dari lampu redup di dalam ruangan. Sambil menunggu yang lain, kami berbincang-bincang. Namun, mataku tertarik pada sosok bayangan di depan mushola, tepat di sebelah kanan ruang rias. Saat aku menanyakannya kepada teman-temanku, mereka hanya tertawa dan berkata itu adalah tong sampah.

“Ah, itu cuma tong sampah, Nia. Jangan halu,” ujar Dini.

Namun, aku yakin ada sesuatu di sana. Bayangan itu menyerupai anak kecil yang duduk memeluk lutut di atas tong sampah. Rasa penasaran mengalahkan rasa takutku.

“Temenin aku lihat ke sana, yuk,” pintaku pada Dini.

“Hadeh, dasar penakut penasaran! Ayo, kita cek,” balas Dini sambil tersenyum.

Kami mendekati tong sampah itu. Namun, yang terlihat hanyalah benda biasa. Tidak ada sosok anak kecil seperti yang kulihat sebelumnya.

“Kan, cuma tong sampah. Udah, jangan ngada-ngada lagi!” seru Dini.

Namun, ketika kami kembali ke depan ruang rias, aku melihat sosok itu lagi dari sudut mataku. Anak kecil itu masih ada, duduk di tempat yang sama. Kali ini, aku memilih diam dan mencoba tidak memperhatikannya.

Perjalanan Menuju Ruang Rias

Setelah pentas selesai, kami berkumpul di belakang pendopo. Guru kami berpesan agar tidak kembali ke ruang rias tanpa didampingi beliau. Namun, karena gerah setelah menari, aku dan teman-temanku, yang berjumlah sepuluh orang, memutuskan untuk kembali ke ruang rias. Mungkin saja guru kami sudah ada di sana.

Aku berjalan di depan bersama Lina. Angin malam yang tadinya sejuk kini berubah menjadi dingin menusuk. Suasana semakin mencekam, membuatku menggenggam tangan Lina lebih erat.

“Lina, aku takut,” bisikku.

“Tenang, kita berdoa saja. Tuhan pasti melindungi kita,” jawab Lina menenangkan.

Namun, doa yang kupanjatkan tak mampu mengusir rasa takut. Hawa dingin semakin menusuk, seolah ada sesuatu yang menunggu di kegelapan. Sampai di ruang rias, kami menemukan pintunya terkunci.

“Aduh, gimana nih?” keluh Siti. “Nggak mungkin balik lagi ke pendopo.”

Aku merasa hawa di sekeliling kami semakin tidak bersahabat. Namun, karena tak ada pilihan lain, kami akhirnya memutuskan kembali ke pendopo untuk mencari guru.

Sosok di Lorong Gelap

Dalam perjalanan kembali, kami harus melewati lorong gelap dan lapangan terbuka. Aku berjalan dengan kepala tertunduk, tak ingin melihat ke sekeliling. Tapi dari arah ruang gamelan, aku melihat sesosok perempuan berjalan perlahan. Rambutnya terurai menutupi wajah, dan dia mengenakan kemeja putih serta rok hitam panjang.

Aku terdiam. Jantungku berdegup kencang.

“Lina…” bisikku sambil menggenggam tangannya lebih kuat.

“Kenapa lagi?”

“Lihat itu,” aku menunjuk dengan daguku.

Namun, Lina dan teman-temanku tidak bereaksi. Mereka tetap mengobrol santai, seolah tidak ada yang aneh.

Perempuan itu berjalan mendekat, mengikuti langkah kami dengan gerakan kaku. Ketika kami sampai di dekat kantor guru yang lebih terang, aku menghitung teman-temanku.

“Satu, dua, tiga…” Aku terhenti. Ada sebelas orang. Padahal, kami hanya bersepuluh.

Kepanikan menyergapku. Aku memutuskan untuk berlari ke tengah lapangan dan jatuh terduduk. Guru kami datang tepat waktu dan membawa kami ke ruang ganti. Di sana, tubuhku gemetar hebat.

Klik Disini, Daftar Sekarang.
Klik Disini, Daftar Sekarang.

Peringatan dari Dunia Lain

Ketika aku sedang melepas kostum dan membersihkan make-up, Susan, salah satu temanku, menghampiriku dengan raut wajah aneh. Suaranya berat dan berbeda.

“Apa yang dia lakukan padamu?” tanyanya.

“Siapa?”

“Perempuan tadi.”

Aku tersentak. Belum sempat aku bercerita pada siapa pun tentang sosok itu.

“Dia… hanya diam,” jawabku gemetar.

Susan menatapku tajam sebelum berbalik pergi. Beberapa saat kemudian, dia kembali dan berkata dengan nada rendah, “Aku sudah memperingatkan dia. Dia terganggu dengan ucapan kasar dari seseorang malam sebelumnya.”

Ketakutan menyelimuti pikiranku. Keesokan harinya, aku mendengar cerita tentang seorang guru PKL yang pernah mengajar di sekolah ini. Dia bunuh diri di ruang gamelan beberapa tahun lalu.

Malam itu, sosok yang kulihat adalah arwah yang tak tenang, masih menghuni tempat di mana hidupnya berakhir. Demikianlah Misteri Nusantara – Arwah Guru PKL.

    === PREDIKSI SYDNEY HARI INI ===

ISOTOTO : Platform Sydney Terpercaya Sejak 2014
Kamu Menang Berapapun, Pasti Dibayar Lunas 100%
Klik Disini, Daftar Sekarang


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *