Tukang Ojek Yang Malang

Misteri Nusatara – Tukang Ojek Yang Malang Teng… teng… teng! Suara pukulan batu pada tiang listrik memecah kesunyian malam. Jam di dinding kamarku menunjukkan pukul 00.05 WIB. Suara itu menandai waktuku keluar rumah dan berkumpul bersama bapak-bapak lain untuk melaksanakan kewajiban ronda. Di kampungku, kegiatan ronda masih berlangsung hingga kini.

Tukang Ojek Yang Malang
Tukang Ojek Yang Malang

Aku segera mengenakan jaket, topi, dan sarung untuk melawan dinginnya malam. Sebuah tongkat bambu sepanjang satu meter kubawa sebagai alat untuk keamanan sekaligus memukul tiang listrik sepanjang rute ronda. Setelah mengunci pintu dan menutup pagar rumah, aku melangkah menuju pos ronda.

Berbincang dan Menunggu

Setiba di pos ronda, suasana sudah ramai. Kami saling bersalaman, berbincang ringan, dan bergosip sambil menunggu beberapa teman yang belum datang. Tak lama kemudian, semua orang berkumpul. Kami pun mulai berkeliling kampung.

Di kampungku, setiap rumah menyiapkan uang jimpitan—uang receh yang disimpan dalam wadah plastik atau botol bekas di pagar atau tempat mudah dijangkau. Sambil memantau keamanan, kami mengambil uang tersebut untuk disetorkan ke kas RT. Malam-malam ronda sering kali menghadirkan keseruan, terutama saat musim buah. Pohon mangga dan rambutan tumbuh subur di halaman warga. Kami kerap berhenti dan mengambil beberapa buah dengan alasan bercanda.

“Permisi ya, Pak, Bu! Kami ambil buahnya sedikit,” ujar salah satu bapak.

“Oh, silakan! Ambil saja yang banyak!” sahut yang lain, menirukan suara tuan rumah yang jelas-jelas sedang tidur.

Canda tawa semacam itu membuat suasana ronda selalu menyenangkan.

Kunjungan ke Rumah Gelap

Sekitar pukul 01.00 pagi, kami memutuskan beristirahat di rumah salah seorang teman. Di depan rumahnya, kami menggelar tikar, menyediakan termos, minuman sachet, dan gorengan hangat. Obrolan terus mengalir, membahas segala hal mulai dari topik ringan hingga politik, sementara beberapa orang bermain catur. Suasana terasa damai, meski kampung kami berbatasan dengan hamparan sawah yang gelap.

Hanya beberapa rumah dan sebuah penginapan tua bernama “ABC” yang berdiri di sana. Jalan aspal yang memisahkan sawah dari kampung nyaris tanpa penerangan, membuat tempat itu terasa menyeramkan.

Pertemuan yang Mengguncang

Tiba-tiba, perutku terasa kembung. Aku keluar untuk buang air kecil di dekat sawah. Sebenarnya, aku hanya ingin kentut, tetapi merasa sungkan. Saat aku berjongkok, suara motor mendekat dari belakang. Sebuah sepeda motor berhenti di dekatku. Seorang bapak berusia lima puluhan dengan jaket bertuliskan ojek menanyakan arah ke penginapan ABC.

Aku langsung menunjuk jalan yang harus dia lalui. Jalanan gelap itu hanya diterangi lampu motor. Setelah mengucapkan terima kasih, dia melaju perlahan. Namun, motornya tampak berat seolah membawa beban.

Suara Teriakan Mencekam

Belum lama aku kembali ke rumah teman, suara motor terdengar lagi, diikuti teriakan minta tolong dari arah sawah. Kami semua berhamburan keluar. Di bawah cahaya redup, tukang ojek yang tadi datang dengan wajah pucat pasi. Nafasnya terengah, tubuhnya gemetar.

“Ada apa, Pak? Tenang dulu,” salah satu bapak menuntunnya masuk.

Setelah meneguk air dan menyalakan rokok, dia mulai bercerita. Di pangkalan, teman-temannya tertidur. Seorang ibu muda berwajah cantik tetapi pucat datang dan memintanya mengantar ke penginapan ABC. Karena iba, dia setuju.

Mereka melintasiku dalam perjalanan. Namun, ketika sampai di penginapan, dia menemukan tempat itu sunyi tanpa penjaga. Ibu tersebut memberikan dua lembar uang sepuluh ribuan sebelum masuk melewati pagar terkunci. Yang membuat bulu kuduknya berdiri adalah saat dia melihat wanita itu menembus pagar sambil tertawa cekikikan.

“Saya langsung sadar kalau dia bukan manusia,” ucapnya dengan mata nanar. “Saya ngebut ke arah sini sambil teriak minta tolong.”

Klik Disini, Daftar Sekarang.
Klik Disini, Daftar Sekarang.

Daun-daun di Kantong

Tangan tukang ojek itu gemetar saat merogoh saku celananya, mengeluarkan ‘uang’ yang diberikan wanita tersebut. Kami semua terperanjat. Bukan uang, melainkan dua lembar daun nangka kering.

“Pak,” kataku dengan napas tertahan, “waktu Bapak bicara dengan saya tadi, saya nggak lihat ibu-ibu di belakang motor itu. Tapi saya merinding, dan motor Bapak seperti membawa beban berat.”

Hening menyelimuti kami. Semua orang saling pandang, takut tetapi terpaku oleh cerita mengerikan itu. Tak ada yang berani pulang hingga langit mulai terang.

Malam itu, kami tidak hanya menjaga kampung, tetapi juga menyaksikan kehadiran sosok dari dunia lain yang melintas dalam gelap dan meninggalkan kisah penuh misteri dalam kenangan ronda malam. Demikianlah Misteri Nusantara – Tukang Ojek Yang Malang.

   === PREDIKSI HONGKONG HARI INI ===

ISOTOTO : Platform Hongkong Terpercaya Sejak 2014
Kamu Menang Berapapun, Pasti Dibayar Lunas 100%
Klik Disini, Daftar Sekarang


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *