Pada suatu malam yang sunyi di rumah sakit yang sudah berusia puluhan tahun, ruangan-ruangan yang biasanya sibuk dengan suara mesin dan langkah kaki perawat kini tenggelam dalam keheningan. Namun, ada satu tempat yang selalu menimbulkan rasa takut bagi siapa pun yang melewatinya—kamar mandi lantai tiga.

Pintu yang Tak Pernah Terkunci

Kamar mandi itu terletak di ujung lorong yang jarang dilalui. Tidak ada yang tahu pasti mengapa, tetapi sejak beberapa tahun terakhir, banyak pasien dan staf medis yang menghindari kamar mandi tersebut. Menurut cerita yang beredar, setiap kali seseorang masuk ke dalamnya, pintu kamar mandi akan selalu terkunci dari dalam—meskipun tidak ada orang yang terlihat keluar.

Riska, seorang perawat muda yang baru saja bertugas di rumah sakit itu, mendengar cerita itu dengan penuh rasa ingin tahu. “Pasti hanya mitos,” pikirnya, sambil berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya. Namun, malam itu, rasa penasaran membawanya menuju lorong lantai tiga.

Gemetar di Dalam Kegelapan

Langkah kaki Riska bergema di lorong yang panjang dan gelap. Lampu-lampu di sepanjang lorong berkelap-kelip, memberikan suasana yang semakin mencekam. Saat tiba di depan pintu kamar mandi, ia merasa ada yang aneh. Ada bau tidak sedap yang menyeruak dari dalam, dan suara berderak pelan terdengar dari balik pintu yang sedikit terbuka.

Tanpa bisa menahan rasa ingin tahunya, Riska memberanikan diri mendorong pintu itu. Pemandangan di dalam kamar mandi membuat darahnya berdegup kencang—keran air terus mengalir meskipun tak ada yang menggunakannya, dan cermin di atas wastafel memantulkan bayangan samar yang bergerak.

“Siapa di sana?” Riska bertanya, suaranya hampir tercekat. Tidak ada jawaban.

Namun, saat ia mulai berbalik untuk pergi, tiba-tiba pintu kamar mandi tertutup dengan keras, mengunci dirinya di dalam. Kegelapan menyelimuti ruang itu, hanya suara detak jantung Riska yang terdengar keras.

Bayangan yang Tak Pernah Tampil di Cermin

Riska mencoba membuka pintu, namun ia tidak bisa. Matanya berusaha menyesuaikan diri dengan gelapnya ruangan. Tiba-tiba, cermin yang semula hanya memantulkan wajahnya, kini menampilkan sosok yang tak ia kenali—seorang perempuan berambut panjang, dengan mata yang kosong dan wajah yang pucat, berdiri di belakangnya.

“S-s-siapa kamu?” Riska berteriak panik, mencoba menjauh dari cermin, namun tubuhnya terasa kaku. Perempuan itu hanya tersenyum dengan senyum yang tak manusiawi.

“Ikutlah denganku,” suara perempuan itu terdengar lembut, namun mengerikan. “Ini adalah rumah kita.”

Sebuah Misteri yang Tak Terpecahkan

Keesokan paginya, para perawat dan petugas medis menemukan kamar mandi lantai tiga terkunci rapat, dengan air yang terus mengalir dari keran. Namun, Riska tak pernah ditemukan lagi. Semua orang yang menyusuri lorong itu menyadari satu hal—selama bertahun-tahun, mereka telah melewatkan sesuatu yang jauh lebih gelap daripada yang bisa mereka bayangkan.

Rumah sakit itu tetap berdiri, namun di malam hari, siapa pun yang berani melewati lorong lantai tiga akan merasakan rasa dingin yang tak wajar, dan suara derap langkah kaki yang terdengar di balik pintu kamar mandi yang terkunci rapat.