Hari itu, angin malam terasa lebih dingin dari biasanya. Hana baru saja pulang dari pasar dan berjalan pulang ke rumahnya yang terletak di ujung desa. Sejak beberapa hari terakhir, ia merasa ada yang aneh. Setiap kali ia keluar rumah, seekor burung gagak selalu terbang rendah di atasnya, seperti mengikuti jejak langkahnya.
Pada malam itu, gagak itu kembali muncul, memutar-putar di atas kepala Hana dengan suara keras yang menusuk. Hana merasa tidak nyaman, tapi ia mencoba mengabaikannya dan mempercepat langkahnya menuju rumah. Namun, suara sayap gagak yang bergetar seolah menjadi pertanda buruk.
2. Munculnya Tanda-Tanda Aneh
Keesokan harinya, Hana merasa ada yang tidak beres. Pertama, tanaman-tanaman di kebun belakang rumahnya mulai layu, meskipun ia sudah merawatnya dengan baik. Kemudian, seekor kucing peliharaannya yang biasanya lincah tiba-tiba jatuh sakit dan tak bisa bergerak.
Panik, Hana pergi ke pasar untuk mencari obat dan bertanya kepada orang-orang sekitar. Ternyata, banyak yang menghindarinya dan berbisik di belakangnya. Seorang nenek tua yang dikenal sebagai “peramal desa” akhirnya mendekatinya dan berkata, “Ada sesuatu yang mengikutimu, Nak. Itu adalah gagak. Bukan sembarang gagak, tapi hantu burung gagak si pembawa sial.”

3. Misteri Burung Gagak
Si nenek menjelaskan bahwa gagak hitam bukan hanya burung biasa. Dalam tradisi desa, burung gagak dikenal sebagai pembawa malapetaka. Cerita dari leluhur mengatakan bahwa gagak adalah perwujudan roh penasaran yang membawa sial kepada siapa saja yang terlibat dengannya. Tidak jarang, orang-orang yang melihat gagak terbang di atas kepala mereka akan menghadapi bencana besar dalam hidup mereka.
Hana pun mulai merasa ketakutan. Ia merasa seolah-olah segala hal buruk yang terjadi di sekitarnya ada hubungannya dengan gagak itu. Di malam hari, suara gagak itu semakin sering terdengar, memecah keheningan, membuat tidur Hana terganggu.
4. Puncak Kecemasan
Pada suatu malam, setelah mengikuti saran nenek peramal, Hana berusaha untuk tidak keluar rumah saat matahari mulai terbenam. Namun, pada tengah malam, ia terbangun oleh suara keras dari luar jendela. Ternyata, seekor gagak besar berdiri di ambang jendela, menatapnya dengan mata tajam yang penuh kebencian.
Hana yang ketakutan berlari keluar rumah, berharap untuk mengusir burung itu. Namun, gagak itu tidak terbang. Sebaliknya, ia mengeluarkan suara keras yang memekakkan telinga, kemudian terbang tinggi menuju langit, meninggalkan jejak gelap di malam yang mencekam.
5. Kematian yang Tak Terelakkan
Keesokan harinya, Hana mendapat kabar buruk. Rumah tetangganya yang paling dekat dengan rumahnya terbakar habis, dan semua penghuni rumah meninggal dalam api yang berkobar. Desa itu dilanda ketakutan, karena kejadian-kejadian buruk mulai terjadi di berbagai penjuru.
Semakin banyak orang yang berbisik tentang gagak itu. Mereka percaya, siapapun yang melihat burung itu atau menjadi saksi kemunculannya, akan menghadapi nasib buruk. Hana merasa tak berdaya, dia tahu bahwa dirinya sudah terperangkap dalam kutukan itu.

6. Tawaran Terakhir
Ketika segala hal di sekitar Hana semakin memburuk, ia kembali menemui nenek peramal untuk mencari solusi. Nenek itu memberi tahu Hana bahwa satu-satunya cara untuk mengusir hantu gagak adalah dengan mengembalikan roh yang menguasainya ke tempat asalnya, namun itu bukan hal yang mudah.
Hana harus menemukan tempat yang dulu menjadi sarang gagak itu—sebuah gua yang terletak di hutan lebat di ujung desa. Di sana, menurut nenek, roh yang menguasai gagak itu akan menemukan kedamaian. Namun, jika Hana gagal, ia akan semakin terjerat dalam kutukan yang tak akan pernah berakhir.
7. Pertaruhan di Hutan
Dengan tekad yang kuat, Hana menuju hutan itu, melewati jalur-jalur berbahaya yang sudah lama ditinggalkan. Di dalam gua yang gelap, ia menemukan sarang gagak yang dipenuhi dengan tulang belulang dan benda-benda misterius. Di tengah gua, seekor gagak besar dengan mata menyala memandangnya dengan penuh kebencian.
Tiba-tiba, suara teriakan keras menggema, dan tubuh gagak itu menghilang dalam sekejap. Semua bencana yang menimpa desa pun berhenti, dan Hana merasa beban di hatinya terlepas.
8. Ketenangan yang Kembali
Hana kembali ke desanya dengan perasaan lega. Desa itu kembali tenang, dan kejadian-kejadian buruk yang terjadi mulai reda. Meskipun begitu, Hana tidak akan pernah melupakan hantu burung gagak itu, dan pelajaran bahwa ada kekuatan yang tak tampak, yang bisa mengubah hidup seseorang dalam sekejap.

Tinggalkan Balasan