Pada suatu malam yang gelap, di sebuah desa terpencil, angin berhembus kencang, menyapu seluruh jalanan yang sepi. Di tengah suasana yang mencekam, terdengar suara-suara aneh dari hutan yang terletak di ujung desa. Tino, seorang pemuda yang baru saja kembali dari kota, merasa gelisah. Saat ia melewati jalan setapak dekat hutan, ia mendengar suara wanita menangis, terhalang oleh angin. Dengan rasa penasaran, ia melangkah lebih jauh, berusaha mencari tahu dari mana datangnya suara itu.
Penampakan yang Tak Terlupakan
Tino memasuki hutan dengan hati-hati, namun semakin ia berjalan, semakin jelas suara tangisan itu terdengar. Tanpa sengaja, ia menoleh ke langit, dan tiba-tiba ia melihat sebuah sosok wanita dengan gaun putih yang terbang melayang di atas pepohonan. Sosok itu tidak berjalan seperti manusia, tetapi terbang dengan kecepatan yang luar biasa. Wajahnya yang pucat dan matanya yang kosong menatap langsung ke arahnya. Tino merasa tubuhnya kaku, tidak bisa bergerak, seolah terhipnotis oleh pandangan mata itu.

Mencari Tahu
Setelah pertemuan yang mengerikan itu, Tino merasa ada yang salah dengan desa ini. Ia memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut. Ia bertanya kepada orang-orang tua di desa tentang sosok wanita yang bisa terbang. Seorang nenek tua menceritakan bahwa itu adalah Kuntilanak, arwah seorang wanita yang mati dengan tragis. Dulu, wanita itu dibunuh oleh kekasihnya yang cemburu, dan arwahnya kini menghantui desa, terbang di malam hari untuk mencari korban. Kuntilanak itu hanya muncul pada malam bulan purnama, dan tak ada yang bisa menghentikannya.
Teror yang Semakin Dekat
Malam itu, Tino kembali merasakan kehadiran Kuntilanak. Saat ia berjalan pulang dari rumah temannya, ia melihat bayangan putih melayang di antara pepohonan. Tino merasa ada sesuatu yang mengikutinya, dan suara tangisan itu semakin keras. Ia berlari, namun sosok itu semakin dekat, terbang di atasnya dengan kecepatan yang menakutkan. Tino mendengar suara berat di telinganya, dan dalam sekejap, Kuntilanak itu menurunkan tubuhnya hingga hampir menyentuh tanah, matanya menatap tajam ke arahnya.
Lari Menyelamatkan Diri
Rasa takut yang luar biasa membuat Tino berlari dengan sekuat tenaga, tidak peduli dengan jalan yang gelap dan terjal. Ia bisa mendengar sayap Kuntilanak yang bergetar, semakin mendekat. Dalam kepanikan, Tino menemukan sebuah kuil kecil di tengah hutan dan bersembunyi di sana. Suara tangisan itu menghilang, tetapi Tino tahu Kuntilanak masih ada di sekitar. Ia terpaksa bersembunyi sampai fajar menyingsing, menunggu sosok itu pergi.

Kematian yang Mengerikan
Setelah malam itu, Tino tidak pernah terlihat lagi. Beberapa orang desa mencoba mencari, namun mereka hanya menemukan jejak-jejak kaki yang mengarah ke tengah hutan. Suara tangisan Kuntilanak semakin sering terdengar, dan semakin banyak orang desa yang menghilang tanpa jejak. Setiap bulan purnama, sosok wanita dengan gaun putih itu terbang di atas desa, mencari mangsa berikutnya. Tino menjadi korban terakhir yang dikenal, namun tidak ada yang berani mendekati hutan itu lagi.
Desa yang Ditinggalkan
Kini, desa itu terlupakan, kosong, dan dipenuhi oleh kisah-kisah mengerikan tentang Kuntilanak Terbang. Orang-orang yang berani datang untuk mencari tahu, tidak pernah kembali. Desa itu menjadi tempat yang terlarang, tempat di mana arwah Kuntilanak terus mencari korban baru, terbang bebas di bawah cahaya bulan purnama.

Tinggalkan Balasan