Ayahku Melakukan Penglaris- Aku tumbuh besar di sebuah kota kecil yang tenang. Rumahku sederhana, namun penuh kebahagiaan. Ayah adalah orang yang penuh perhatian dan selalu bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Ibu selalu mengatakan betapa berdedikasinya ayah, dan aku tidak pernah meragukan hal itu. Seperti kebanyakan keluarga, kami hidup dengan cara yang cukup biasa, hingga suatu waktu, aku mulai merasakan ada yang aneh dengan pekerjaan ayah.
2. Perubahan yang Tak Terduga
Pada suatu malam, aku mendengar percakapan antara ayah dan ibu. Mereka berbicara dalam suara rendah, dan meskipun aku tidak dapat menangkap seluruh percakapan mereka, beberapa kata yang aku dengar cukup jelas. Aku mendengar ayah menyebutkan kata “penglaris.” Kata itu membuatku terkejut dan penasaran. Selama ini, aku hanya mengenal ayah sebagai seorang pedagang yang jujur, tetapi mengapa ia membicarakan hal-hal seperti itu? Apa sebenarnya penglaris itu?

3. Penyelidikan Pribadi
Aku mulai mengamati ayah lebih dekat. Aku sering melihatnya pergi ke pasar setiap pagi, membawa barang dagangan yang selalu tampak sama, namun sering kali ada pelanggan yang datang dengan wajah serius dan penuh harap. Suatu malam, setelah ayah pulang, aku memutuskan untuk mengikuti langkahnya secara diam-diam. Ternyata, ayah pergi ke sebuah tempat yang jauh dari rumah, di sebuah toko kecil yang tampak tak terlihat dari jalan utama. Di sana, aku melihatnya berbicara dengan seorang pria tua yang tampak misterius.
4. Mengungkap Rahasia Ayah
Keesokan harinya, aku memberanikan diri untuk bertanya kepada ayah. Aku duduk bersamanya di ruang tamu, dan dengan hati-hati, aku mengungkapkan rasa penasaran tentang “penglaris.” Ayah menatapku dengan mata yang penuh perhatian, kemudian ia menarik napas panjang. “Penglaris, Nak, adalah cara untuk mempermudah rezeki bagi para pedagang. Tapi ini bukan cara yang selalu baik. Ada risiko besar dalam menggunakan penglaris,” katanya dengan suara rendah. “Aku tak bangga melakukannya, tapi aku merasa terkadang aku tak punya pilihan. Bisnis ini begitu sulit.”

5. Dilema Moral
Mendengar penjelasan ayah membuat hatiku terombang-ambing. Aku tidak ingin ayah merasa seperti itu, dan aku juga tidak bisa menerima kenyataan bahwa ayah menggunakan jalan pintas untuk mendapatkan keuntungan. Namun, aku juga mulai mengerti bahwa hidup kadang membuat seseorang terjebak dalam pilihan-pilihan sulit. Meskipun aku tidak setuju dengan apa yang ayah lakukan, aku merasa takut untuk menghakimi keputusan-keputusannya.
6. Refleksi dan Pemahaman
Seiring berjalannya waktu, aku mulai belajar bahwa dunia ini tidak selalu hitam putih. Ayahku bukanlah orang yang jahat; dia hanya seorang pria yang berjuang untuk keluarganya. Keputusan-keputusan yang diambilnya mungkin tidak selalu benar, tetapi aku menghargainya sebagai orang yang bekerja keras untuk memberikan yang terbaik bagi kami. Aku pun mulai mencoba untuk tidak melihatnya hanya berdasarkan satu tindakan, tetapi sebagai seseorang yang penuh perjuangan dalam menjalani kehidupan.

Tinggalkan Balasan