Misteri Nusantara – Hantu Serunting Pada zaman dahulu kala, di sebuah kerajaan yang penuh kemegahan, hiduplah seorang gadis cantik bernama Serunting. Ia adalah bunga desa yang mempesona semua mata yang memandangnya. Tak heran jika banyak pria yang tertarik padanya. Serunting adalah anak dari seorang kepala desa yang kaya dan berkuasa, dan karena status sosialnya, banyak yang menginginkannya menjadi pasangan hidup. Namun, hatinya hanya terpaut pada satu pria, yaitu Arya Wiguna, seorang pemuda biasa yang berasal dari desa tetangga.

Cinta Terlarang di Tengah Paksaan
Serunting dan Arya menjalin hubungan secara diam-diam. Kedua pasangan ini tahu betul bahwa orang tua Serunting, terutama sang ayah, tidak akan merestui hubungan mereka. Ayah Serunting ingin menjodohkan putrinya dengan seorang saudagar kaya. Namun, Serunting tak bisa menerima pilihan orang tuanya, karena ia hanya mencintai Arya.
Suatu hari, orang tua Serunting mengetahui bahwa anak mereka telah jatuh cinta pada Arya Wiguna. Sang ayah pun murka dan mengancam akan memenggal kepala Arya jika pria itu berani mendekati putrinya lagi. “Jika kau berani mendekati anakku lagi, kepalamu akan melayang!” tegas sang ayah dengan amarah yang membara. Arya merasa kecewa dan tidak tahu harus berbuat apa. Ia harus merelakan cintanya, meskipun hati kecilnya menjerit.
Pelarian yang Tak Pernah Kembali
Namun, takdir berkata lain. Saat hari pernikahan Serunting dengan saudagar kaya itu semakin dekat, ia merasa hatinya semakin sakit. Pesta sudah disiapkan, para tamu undangan sudah datang, tetapi hati Serunting kosong. Ia tidak bisa menikah dengan orang yang tak ia cintai. Dalam keputusasaannya, Serunting meminta bantuan sahabatnya untuk membantunya melarikan diri dari rumah.
Setelah berhasil melarikan diri, Serunting bertemu dengan Arya Wiguna. “Kita harus pergi jauh dari sini,” kata Serunting dengan mata yang berkaca-kaca. “Kita akan hidup bersama, jauh dari semua orang yang tak mengerti cinta kita.” Arya pun setuju, dan mereka berdua melarikan diri ke hutan, jauh dari pandangan orang-orang.
Namun, keputusannya untuk melarikan diri berakhir tragis. Sang ayah yang murka segera mengirim pasukan untuk menangkap Serunting hidup-hidup dan membunuh Arya. “Tangkap Serunting dan bunuh Arya Wiguna!” perintah sang ayah dengan nada yang penuh kebencian.
Bertahan di Tengah Hutan
Selama berhari-hari, Serunting dan Arya berlari melewati hutan belantara yang tak ada ujungnya. Mereka bersembunyi di antara pepohonan, berusaha menghindari kejaran pasukan. Akhirnya, mereka sampai di sebuah pohon besar di tengah hutan. Lelah dan kelaparan, keduanya berpelukan untuk mencari kekuatan.
“Aku akan mencari makanan dan air. Tunggu aku di sini,” kata Arya kepada Serunting dengan penuh kasih sayang. Serunting hanya bisa mengangguk dan berkata dengan suara lemah, “Aku akan menunggumu di sini sampai kapan pun.”
Arya pun pergi, meninggalkan Serunting sendirian di bawah pohon itu. Waktu berlalu, namun Arya tidak kunjung kembali. Siang berganti malam, namun tak ada tanda-tanda kedatangannya. “Ke mana dia? Mengapa dia belum kembali?” pikir Serunting, kebingungan dan takut.
Kesetiaan yang Berujung pada Kematian
Serunting yang kelaparan dan kehausan tetap setia menunggu. Ia makan tumbuh-tumbuhan di sekitarnya dan meminum air dari akar pohon. Waktu terus berjalan, hari demi hari, minggu demi minggu, bahkan bulan demi bulan. Kaki Serunting yang kuat kini tak berdaya, tubuhnya semakin lemah. Rambutnya mulai memutih dan kukunya semakin panjang. Dalam kesendirian, Serunting tetap bertahan hidup dengan penuh kesetiaan pada Arya, meskipun ia tahu bahwa sang kekasih mungkin telah meninggal atau dibunuh.
Hingga akhirnya, tubuh Serunting yang lemah tak mampu bertahan lagi. Ia meninggal di bawah pohon besar itu, tetap setia menunggu Arya yang tak kunjung kembali.
Pohon Serunting yang Tak Bisa Tumbang
Waktu terus berjalan, dan tahun berganti abad. Pohon besar tempat Serunting menunggu tetap berdiri kokoh di Kertapati, Palembang. Meskipun banyak orang yang mencoba menebangnya, pohon itu tak pernah bisa tumbang. “Sudah banyak orang yang mencoba menebang pohon ini, tapi mereka semua berakhir dengan musibah,” kata warga setempat.
Pohon itu kini menjadi tempat yang angker. Banyak orang yang melintas di sekitar wilayah itu melaporkan kejadian-kejadian aneh dan menakutkan. Bahkan, di malam hari, ketika kereta api melintas, banyak orang yang menutup jendela karena takut melihat sesuatu yang menyeramkan.

Kisah Serunting yang Masih Menyebar di Masyarakat
Menurut cerita yang beredar, Serunting kini menjadi sosok hantu yang menyerupai kuntilanak, namun dengan tubuh besar seperti kolong wewe. Rambutnya panjang, menjuntai hingga ke tanah, giginya bertaring, dan kukunya tajam bercakar. Ia sering muncul di sekitar pohon tempat ia menunggu Arya, dan banyak orang yang mengaku pernah melihat sosoknya.
Masyarakat Palembang pun mengenal cerita ini sebagai sebuah legenda yang menakutkan. “Hati-hati, nanti ada hantu Serunting!” kata mereka kepada siapa saja yang melintas di sekitar pohon itu.
Di sekitar pohon tersebut terdapat sebuah rumah yang sudah lama tak berpenghuni. Warga setempat percaya bahwa rumah itu tak bisa dihuni, karena siapa pun yang tinggal di sana akan mengalami musibah. Oleh karena itu, kawasan sekitar pohon Serunting hanya dipenuhi oleh kebun-kebun rakyat dan tidak ada pembangunan di sana.
Serunting mungkin telah meninggal, namun kisahnya tetap hidup, menjadi legenda yang tak terlupakan di Palembang. Demikianlah Misteri Nusantara – Hantu Serunting.
=== PREDIKSI SINGAPORE JITU ===
PAUS4D : Platform Singapore Aman dan Terpercaya Sejak 2014
Klik Disini, Daftar Sekarang.
Tinggalkan Balasan