Misteri Nusantara – Pocong di Pos Ronda Pada suatu malam yang pekat, sekelompok remaja sedang nongkrong di sebuah pos ronda tua di pinggir desa. Pos itu jarang digunakan dan dikelilingi pohon-pohon besar yang menjulang, menciptakan suasana yang mencekam. Banyak cerita menyeramkan beredar tentang tempat tersebut, mulai dari penampakan hingga suara-suara aneh di malam hari. Namun, bagi Rama, Dito, Aji, Yudi, dan Bayu, cerita-cerita itu hanyalah bualan. Mereka tetap asyik bermain gitar, bernyanyi dengan suara keras, dan bercanda tanpa peduli keangkeran di sekitarnya.
Kedatangan Rahmat
Di tengah kehebohan itu, seorang pemuda bernama Rahmat yang berusia sekitar 27 tahun tiba-tiba datang menghampiri. Orang-orang mengenal Rahmat sebagai pria yang suka bergaul dengan siapa saja. Kehadirannya membuat suasana semakin ramai. Rahmat ikut bernyanyi, tertawa, dan melebur dengan anak-anak muda itu.
Di sela-sela nyanyian, HP jadul Nokia milik Rahmat tiba-tiba berbunyi. Suara deringnya yang khas membuat semuanya berhenti sejenak. Rahmat segera merogoh saku celananya, lalu melihat layar yang memunculkan nama “Dina.” Dina adalah gadis pujaannya, seorang pembantu rumah tangga di rumah Pak Lurah. Dengan senyum sumringah, Rahmat menjawab telepon tersebut.
Panggilan yang Berujung Malapetaka
“Halo, Dina. Lagi apa, kok belum tidur?” tanya Rahmat sambil berjalan menjauh dari keramaian. Ia menuju ke belakang pos ronda, tempat pohon-pohon besar berdiri berjajar. Lokasi itu gelap gulita, hanya diterangi samar-samar oleh lampu dari rumah-rumah warga yang terasa jauh.
Saat Rahmat berbicara di telepon, ia mendengar suara aneh dari balik pohon mangga besar. Suara kresek-kresek seperti sesuatu yang bergerak di semak-semak. “Tunggu sebentar, Dina,” kata Rahmat, sambil melirik ke arah suara. Namun, ia menganggap itu hanya binatang kecil yang mencari makan.
Beberapa saat kemudian, suara itu semakin keras, seperti mendekat ke arahnya. Rasa penasaran membuat Rahmat memberanikan diri melangkah lebih dekat ke sumber suara, meski naluri menyuruhnya untuk segera pergi.
“Rahmat, kamu kenapa diam saja?” tanya Dina di telepon. Suaranya terdengar cemas. Tapi Rahmat hanya menjawab, “Tidak apa-apa, aku hanya ingin memastikan sesuatu.”
Sosok Mengerikan di Balik Pohon
Ketika Rahmat hanya berjarak beberapa langkah dari pohon mangga, tiba-tiba sosok putih melompat keluar dari baliknya. Wajah sosok itu hancur, dengan mata merah menyala seperti bara api. Bau anyir segera menyeruak di udara.
“Wuaaaaah! Pocooooong!!!” teriak Rahmat dengan suara yang menggema di kegelapan. Ia terkejut hingga tanpa sadar melemparkan HP-nya ke tanah. Dina yang masih di ujung telepon hanya bisa mendengar teriakan panik Rahmat sebelum sambungan terputus.
Dengan napas tersengal, Rahmat berlari sekuat tenaga kembali ke pos ronda. Anak-anak remaja yang sedang asyik bernyanyi sontak terkejut melihat Rahmat berlari dengan wajah pucat pasi. “Ada apa, Mas Rahmat?” tanya Rama, tapi Rahmat hanya berteriak, “Lari! Pocong!”
Malam yang Tak Terlupakan
Tanpa banyak bicara, kelimanya segera membubarkan diri. Mereka berlari berhamburan meninggalkan pos ronda, meninggalkan gitar dan barang-barang mereka. Rahmat terus berlari tanpa henti hingga ia bertemu dengan seorang petugas keamanan desa bernama Pak Sugeng.
“Pak Sugeng, tolong! Saya barusan lihat pocong di belakang pos ronda!” katanya dengan napas tersengal. Pak Sugeng, dengan raut wajah serius, segera mengajak Rahmat kembali ke lokasi untuk mengambil HP yang terjatuh. Dengan senter di tangan, keduanya berjalan perlahan menuju tempat Rahmat melempar HP-nya.
Rahasia di Balik Kegelapan
Sesampainya di belakang pos ronda, suasana terasa semakin mencekam. Cahaya senter Pak Sugeng menyorot setiap sudut, hingga akhirnya menemukan HP Rahmat yang tergeletak di tanah. Namun, ketika Rahmat mengambil HP-nya dan berbalik untuk berbicara dengan Pak Sugeng, tubuhnya langsung membeku.
“Pak Sugeng?” panggil Rahmat dengan suara gemetar. Di depan matanya, Pak Sugeng perlahan berubah. Wajahnya memucat, matanya memerah, dan tubuhnya diselimuti kain kafan putih. Sosok itu kini adalah pocong yang sama yang dilihat Rahmat sebelumnya!
Sebelum Rahmat sempat berteriak, pocong itu melompat ke arahnya. Dunia terasa berputar, dan Rahmat kehilangan kesadarannya. Warga menemukannya keesokan pagi, tergeletak di tanah dengan wajah ketakutan. Hingga kini, cerita tentang pocong di belakang pos ronda itu menjadi buah bibir di desa, dan tidak ada yang berani lagi mendekati tempat itu di malam hari. Demikianlah Misteri Nusantara – Pocong di Pos Ronda.
=== PREDIKSI SINGAPORE HARI INI ===
Klik Disini, Daftar Platform Singapore Aman dan Terpercaya Sejak 2014
Tinggalkan Balasan