Misteri Nusantara – Kutukan Kucing Hitam Pagi itu, Rudi terburu-buru. Ia baru saja selesai mandi dan hendak segera menuju kantor. Meeting penting yang sudah dijadwalkan memaksanya untuk bergegas. Dira, istrinya, yang melihatnya keluar rumah, segera menawarkan sarapan.
“Pak, nggak sarapan dulu?” tanya Dira, khawatir melihat suaminya yang tampak terburu-buru.
“Nggak, aku sudah telat. Bang Reza minta kita semua kumpul jam 7 pagi. Ada meeting penting,” jawab Rudi sambil memaki sepatu, matanya tampak tak sabar.
Dira hanya mengangguk. Ia tahu betul, saat Rudi terjebak dalam pekerjaan, ia bisa jadi sangat terburu-buru. Pagi itu, ia benar-benar terlihat berbeda, seperti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
Tanpa memanasi motor terlebih dahulu, Rudi menyalakan mesin dan segera melaju. Ia tidak memikirkan apa-apa selain cepat sampai di kantor. Namun, nasib buruk menimpanya. Saat melaju di jalan sempit dekat rumah, tiba-tiba seekor kucing hitam meloncat dari atas pohon, tepat berada di jalurnya. Rudi terkejut dan langsung menekan rem, namun semuanya terlambat.
Kucing yang Tertabrak
Ketika motornya akhirnya berhenti, Rudi langsung turun untuk memeriksa keadaan. Bau amis darah sudah mulai menguar di udara. Ia melihat kucing hitam itu tergeletak tak bernyawa, perutnya terburai.
“Aduh sial!” Rudi mengumpat keras. Ia merasa cemas dan bingung, antara memilih untuk mengubur kucing itu atau melanjutkan perjalanannya ke kantor.
Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya Rudi memilih untuk mengubur kucing itu. Rudi merasa kasihan pada makhluk malang yang telah mati dengan cara mengenaskan. Ia pun segera mengambil keputusan, dan dengan ragu, mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Bang Reza, bosnya, dan memberitahukan apa yang sedang terjadi.
“Halo Bang,” suara Rudi terdengar cemas begitu teleponnya terhubung.
“Ada apa, Rudi?” tanya Bang Reza, terdengar santai.
“Bang, maaf nih! Kayaknya gue bakal telat ke kantor,” jawab Rudi dengan sedikit gugup, cemas akan reaksi bosnya.
“Kenapa, emangnya?” jawab Bang Reza, masih terdengar tenang.
“Ada kecelakaan, gue nggak sengaja nabrak kucing. Gue harus ngurusin dulu,” jawab Rudi, merasa agak bersalah.
“Lo nabrak kucing di mana?” tanya Bang Reza, masih terdengar tidak terlalu terkejut.
“Di gang keluar rumah gue, Bang,” jawab Rudi.
“Ya udah, lo urusin dulu itu kucing. Nanti kalau udah selesai, buru-buru datang ke kantor, ya?” kata Bang Reza dengan tenang.
“Okay, bos!” jawab Rudi, merasa sedikit lega.
Pertemuan yang Terlewatkan
Rudi akhirnya sampai di kantor meskipun agak terlambat. Meeting yang seharusnya ia ikuti sudah selesai. Ia hanya bisa mengabsen dirinya dan melanjutkan pekerjaan lain di toko. Namun, beberapa saat setelah masuk, ia bertemu dengan Sarah, karyawan senior di bagian sales. Sarah tampak penasaran dan langsung menanyakan apa yang terjadi.
“Rudi, lo kenapa bisa telat?” tanya Sarah dengan nada curiga, sepertinya ia sudah mendengar kabar dari bos.
“Tadi pagi gue nabrak kucing, jadi gue harus ngubur dulu,” jawab Rudi, sedikit bingung.
Sarah terkejut mendengarnya. “Lo ngubur kucing pakai apa?” tanya Sarah, ingin tahu lebih banyak.
“Pakai kain bekas sih,” jawab Rudi, merasa sedikit canggung.
“Pakai kain bekas?” Sarah menepuk jidatnya, seolah tak percaya. “Kenapa nggak pakai baju lo yang dipakai pas nabrak itu?”
“Baju baru, masa gue pake buat ngubur kucing?” jawab Rudi sambil tertawa kecil, merasa aneh dengan pertanyaan Sarah.
“Gue cuma ngasih tahu, Rudi. Menurut mitos, kalau ada orang yang nabrak kucing sampai mati, dia harus mengubur kucing itu dengan pakaian yang dipakai waktu menabrak. Kalau nggak, bisa kena kutukan,” jelas Sarah, tampak serius.
Rudi menggelengkan kepala. “Masa sih, Sarah? Gue cuma kasihan aja lihat kucing itu, nggak ada niat lain,” jawab Rudi, agak bingung dengan penjelasan Sarah.
Sarah hanya mengangkat bahu. “Terserah lo, yang penting lo tahu adatnya,” kata Sarah, sedikit tidak sabar.
Rudi merasa aneh mendengar penjelasan Sarah. “Mitos-mitos kayak gitu kok masih dipercaya?” gerutunya dalam hati. “Hidup dan mati kan urusan Tuhan. Udah, nggak usah mikir-mikir yang aneh-aneh.”
Telepon Tak Terduga
Setelah berbincang sejenak, Rudi memutuskan untuk pergi ke toko langganannya. Ia memasukkan kunci motor dan mulai melaju. Baru beberapa menit di jalan, ponselnya bergetar di saku celana. Rudi menepikan motornya dan mengangkat telepon.
“Halo, Ma?” tanya Rudi, mengira itu panggilan dari istrinya.
“Pa… huuhuu… huuhuu…” terdengar suara Dira menangis sesenggukan, suara yang sangat berbeda dari biasanya.
“Ada apa, Ma?” Rudi mulai cemas, merasakan ketidakberesan dalam suara istrinya.
“Bapak… nggak ada, Pa…” Dira terisak, hampir tak bisa berbicara.
“Gimana maksudnya nggak ada?” tanya Rudi, semakin bingung dan cemas.
“Bapak meninggal tadi!” suara Dira pecah, penuh isak tangis.
Rudi terdiam. Degup jantungnya serasa berhenti sejenak mendengar kabar duka itu. “Inalillahi… kapan?” tanya Rudi dengan suara tercekat.
“Baru aja. Katanya ditabrak motor karena mau nyelamatin kucing!” jawab Dira, masih menangis.
Rudi terkejut. “Kucing?” pikirannya langsung melayang pada kejadian tadi pagi. Ia teringat akan kucing hitam yang ia tabrak dan omongan Sarah tentang mitos itu. Hatinya terasa berat.
“Kutukankah kucing hitam itu?” pikirnya dalam hati, merasa takut dan bingung.
Tiba-tiba, suara Dira memecah lamunannya. “Pa, cepat pulang! Kita ke rumah Bapak!”
Rudi segera mengurungkan niatnya untuk ke toko. Ia menghubungi kantor dan meminta izin pulang. Setelah itu, ia mengarahkan motor menuju rumah mertuanya, dengan perasaan cemas dan tidak percaya. Demikianlah Misteri Nusantara – Kutukan Kucing Hitam.
=== SITUS AMAN dan TERPERCAYA ===
Klik Disini, Daftar Platform Game Online Aman dan Terpercaya Sejak 2014
Tinggalkan Balasan