Misteri Nusantara – Ekspedisi Penelitian Hutan Gerumbul Aku kuliah di jurusan Biologi di Universitas Sultan di Bandung. Kebetulan, jurusanku cukup terkenal dengan fokus pada penelitian keanekaragaman hayati. Itu sebabnya, aku sering melakukan ekspedisi untuk mengumpulkan data dari tumbuhan hingga hewan liar, seperti monyet hitam, orangutan, kukang, ular, hingga harimau.
Suatu hari, aku bersama tim peneliti melakukan perjalanan ke Hutan Gerumbul, sebuah hutan yang terletak di daerah terpencil. Gerumbul dikenal luas karena kisah mistis yang mengelilinginya. Konon, hutan itu adalah tempat bersemedi Prabu Siliwangi bersama pasukannya. Beberapa penduduk desa sering bercerita tentang penampakan harimau jadi-jadian yang diyakini merupakan perwujudan dari Prabu Siliwangi sendiri.
Misteri Sancang
Sebelum kawasan Gerumbul dijadikan cagar alam, tempat itu terkenal dengan pembabatan liar yang terjadi hampir setiap tahun. Dulu, pohon-pohon tinggi seperti kayu kelapa, beringin, dan pohon sakti lainnya mengisi setiap sudut hutan. Warga setempat bahkan tidak berani keluar rumah setelah Maghrib, meskipun jalan setapak yang mengarah ke pantai hanya terpisah oleh hutan dataran rendah.
Aku bersama empat teman sekelompok peneliti berangkat dengan tekad kuat, meskipun tanpa bantuan pemandu. Kami merasa siap, karena sebelumnya kami telah diberi orientasi medan dan peta GPS. Kami berangkat dari camp base sekitar 45 menit untuk berjalan menuju hutan. Setelah itu, kami harus menuruni beberapa anak tangga menuju tempat keramat yang akan kami lewati dalam perjalanan menuju lokasi penelitian.
Tempat Keramat yang Menyeramkan
Saat melewati tempat keramat, suasananya terasa sangat mistis. Walaupun masih pagi, udara terasa dingin dan lembab. Cahaya matahari sulit menembus pepohonan besar yang memenuhi hutan. Di sana, kami melihat tumpukan sampah dari para peziarah yang datang untuk berdoa.
“Suaranya… kayak ada yang mengikuti kita,” kata temanku, Agus, dengan suara bergetar.
Kami hanya diam, berusaha fokus. Kami melanjutkan perjalanan menuju plot penelitian yang sudah kami tentukan. Begitu sampai, kami pun mulai mendata tanaman selama hampir tiga jam, lalu berhenti untuk beristirahat.
Petaka di Sungai Cipangisikan
Setelah beristirahat, kami melanjutkan perjalanan menuju plot penelitian selanjutnya, melewati Sungai Cipangisikan yang masih sangat bersih. Namun, sesuatu terasa aneh. Kami merasa seperti berjalan dalam lingkaran yang tak berujung.
“Aneh banget, kok kita nggak sampai-sampai ya?” kata Dinda, sambil memandangi layar GPS di tangannya.
Kami merasa heran, karena seharusnya kami sudah berada di jalur yang benar. Setelah beberapa lama berjalan, kami menemukan jalan buntu. Kami terdiam sejenak, bingung. Jalan yang semula kami lewati kini hilang, dan yang tersisa hanya hutan tanaman salak berduri. Dengan berbekal pengalaman orientasi medan, kami memutuskan untuk mengikuti aliran sungai menuju selatan, seperti yang ditunjukkan oleh kompas di GPS.
Namun, perjalanan kami semakin membuat kami ragu. Seperti ada yang tidak beres dengan jalur ini. Perdebatan mulai terjadi.
“Aku yakin kita ke selatan,” kataku meyakinkan, sambil menunjuk layar GPS yang menunjukkan arah ke selatan.
“Masalahnya, aku nggak yakin ini menuju ke pantai,” kata Agus, meragukan arah kami.
Tiba-tiba, Dinda mencelah, “Eh tunggu! Aku bawa kompas bidik!”
Kami semua tercengang ketika akhirnya kami sadar bahwa selama ini kami berjalan ke arah utara.
Tersesat di Hutan Gerumbul
Kami mulai berpikir bahwa kami tidak hanya tersesat di hutan, tetapi mungkin ada campur tangan makhluk gaib yang mengarahkan kami ke jalur yang salah. “Makhluk halus emang suka main-main, sih,” ujar Agus, setengah bercanda tapi terlihat khawatir.
Tanpa membuang waktu lagi, kami segera berbalik arah menuju selatan, mengikuti kompas dengan seksama. Setelah berjam-jam berjalan, kami akhirnya tiba di tepi Sungai Cipangisikan lagi. Ini membuat kami semakin bingung. Kami sudah menyeberangi sungai itu, berjalan ke arah selatan sesuai petunjuk GPS, tapi tiba-tiba kami muncul lagi di utara, di tempat yang sama.
“WTF! Apa kita muterin Pulau Jawa?” kataku dengan kebingungan.
Kepanikan mulai melanda kami. Apakah kami terjebak dalam semacam dimensi lain atau ini hanya kesalahan navigasi? Kami terdiam beberapa saat, memikirkan kemungkinan yang tak terjangkau akal.
Akhir yang Menegangkan
Akhirnya, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan lagi, mengikuti jalur sungai. Kami tetap mengikuti aliran sungai dengan hati-hati. Setelah beberapa jam berjalan, akhirnya kami melihat sesuatu yang familiar. Kami menemukan lokasi penelitian yang sudah dekat dengan pantai.
“Sampai juga kita di laut,” ucap Dinda, sambil menghela napas panjang.
Namun, aku masih merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ada perasaan aneh yang merayapi diriku, seolah-olah kami tidak benar-benar keluar dari hutan, melainkan terjebak dalam lingkaran waktu yang tak kasat mata.
“Syukurlah kita selamat,” kataku, mencoba menenangkan diri. Tetapi di dalam hatiku, aku tahu bahwa perjalanan kami ke Hutan Gerumbul tidak akan pernah terlupakan. Kami mungkin baru saja bertemu dengan hal-hal yang tidak bisa dijelaskan oleh logika. Demikianlah Misteri Nusantara – Ekspedisi Penelitian Hutan Gerumbul.
Klik Disini, Daftar Platform Game Online Lengkap Aman dan Terpercaya Sejak 2014
Tinggalkan Balasan