Misteri Nusantara – Teror Hantu di Alam Mimpi Malam itu, bulan purnama bersinar terang di atas Desa Ayodya. Langit bersih tanpa awan, namun suasana terasa ganjil. Warga desa yang biasanya bercengkerama di depan rumah memilih untuk mengunci diri di dalam rumah masing-masing. Desas-desus tentang hantu wanita yang bergentayangan di jalan menuju hutan semakin sering terdengar.
Sinta, seorang mahasiswa antropologi, datang ke desa itu bersama tiga temannya: Arman, Dedi, dan Fitri. Mereka hendak melakukan penelitian tentang kebudayaan lokal. Saat tiba di desa, Pak Darma, kepala desa, menyambut mereka dengan raut wajah khawatir.
“Kalian harus hati-hati, terutama saat malam,” ucap Pak Darma tegas. “Jangan keluar rumah setelah gelap. Sudah banyak yang melihat sosok perempuan dengan wajah rusak di jalan hutan.”
Arman tertawa kecil. “Hantu? Ah, itu cuma cerita untuk menakut-nakuti orang, Pak.”
Pak Darma menatapnya tajam. “Kamu boleh tidak percaya, Nak. Tapi ingat pesanku. Jangan melanggar.”
Malam Pertama: Suara dari Jendela
Malam pertama mereka di Desa Ayodya berlangsung tenang, hingga tengah malam tiba. Fitri yang sedang mencatat hasil wawancara mendengar suara ketukan pelan di jendela kamar. Ia mendekat, mencoba mengintip melalui celah tirai.
“Sinta? Apa itu kamu?” panggilnya sambil menahan napas. Tidak ada jawaban. Namun, suara ketukan itu terus berlanjut, kali ini lebih keras. Dengan tangan gemetar, Fitri membuka tirai sedikit. Di balik kaca, wajah seorang wanita pucat dengan mata kosong menatapnya lekat-lekat.
Fitri menjerit keras hingga membuat yang lain terbangun. Sinta dan Arman segera masuk ke kamarnya.
“Ada apa, Fitri?” tanya Sinta sambil memegang pundaknya.
Fitri menunjuk ke arah jendela. “Ada perempuan di sana! Wajahnya… hancur!”
Arman segera membuka jendela, namun tidak menemukan apa-apa. Hanya hembusan angin dingin yang menyapa.
“Kamu pasti mimpi buruk,” ucap Arman mencoba menenangkan.
Namun, Sinta merasa ada yang tidak beres. Ia melihat bekas telapak tangan basah di kaca jendela.
Misteri di Jalan Hutan
Keesokan harinya, mereka mewawancarai beberapa warga tentang legenda desa. Seorang nenek bernama Mbok Sri menceritakan kisah menyeramkan di balik hantu itu.
“Dia bernama Laras,” kata Mbok Sri. “Dulu dia gadis cantik di desa ini. Tapi dia diperkosa dan dibunuh oleh beberapa pria jahat di jalan hutan. Arwahnya tidak tenang dan masih mencari keadilan.”
Sinta bertanya dengan raut serius, “Apa yang bisa membuatnya tenang, Mbok?”
Mbok Sri menggeleng. “Hanya Tuhan yang tahu, Nak. Tapi jangan sekali-kali kalian melewati jalan hutan itu di malam hari.”
Namun, Dedi yang merasa penasaran memutuskan untuk menantang kisah tersebut. “Ah, ini cuma cerita untuk menakut-nakuti orang. Aku akan pergi ke jalan itu malam ini,” katanya.
Arman mencoba mencegah. “Dedi, jangan cari masalah. Ini bukan tentang percaya atau tidak. Kita harus menghormati kepercayaan warga.”
Namun, Dedi tetap bersikeras.
Malam Kedua: Teror di Jalan
Saat malam tiba, Dedi diam-diam meninggalkan rumah penginapan dan menuju jalan hutan. Ia membawa senter dan ponsel untuk merekam perjalanannya. Di tengah jalan, ia merasa diikuti. Langkah kaki terdengar di belakangnya.
“Siapa di sana?” tanya Dedi sambil menyorotkan senternya. Tidak ada siapa-siapa. Namun, langkah itu terus mendekat. Tiba-tiba, dari balik semak, muncul sosok wanita dengan wajah rusak. Ia tersenyum miring, memperlihatkan gigi-gigi yang patah.
Dedi mundur dengan tubuh gemetar. “Apa… apa yang kamu mau?” tanyanya terbata-bata.
Wanita itu tidak menjawab. Ia hanya menunjuk ke arah dada Dedi. Seketika, Dedi merasa sesak napas. Ia terjatuh dan pingsan di tempat.
Penyesalan dan Penebusan
Keesokan paginya, Arman dan yang lainnya menemukan Dedi tergeletak di pinggir jalan dengan wajah pucat pasi. Ia terus bergumam, “Maafkan aku… maafkan aku…” tanpa henti.
Sinta memutuskan untuk menemui Mbok Sri lagi. Kali ini, ia meminta petunjuk lebih lanjut.
“Mbok, Dedi sudah melihat sosok itu. Bagaimana caranya agar dia tidak diganggu lagi?” tanya Sinta.
Mbok Sri menghela napas. “Kalian harus melakukan ritual minta maaf. Bawalah sesajen ke tempat dia dibunuh. Berdoalah agar arwahnya tenang.”
Malam itu, mereka pergi ke jalan hutan dengan membawa sesajen. Dedi yang masih ketakutan memimpin doa. Saat mereka selesai, angin kencang tiba-tiba berhembus, dan suara tangisan terdengar dari kejauhan.
“Aku… aku sudah memaafkan,” terdengar suara lembut seorang wanita. Lalu, suasana kembali hening.
Penutup: Pelajaran dari Ayodya
Setelah kejadian itu, mereka memutuskan untuk meninggalkan Desa Ayodya lebih awal. Pengalaman tersebut mengajarkan mereka untuk lebih menghormati kepercayaan lokal dan tidak menganggap remeh hal-hal mistis.
“Ada banyak hal di dunia ini yang tidak bisa dijelaskan dengan logika,” ucap Sinta sambil memandang keluar jendela mobil. Bulan purnama yang sama masih menggantung di langit, namun kali ini terasa lebih menenangkan daripada menakutkan. Demikianlah Misteri Nusantara – Teror Hantu di Alam Mimpi.
=== PREDIKSI HONGKONG HARI INI ===
Klik Disini, Daftar Platform Hongkong Aman dan Terpercaya Sejak 2014
Tinggalkan Balasan