Misteri Nusantara – Diganggu Wewe Gombel Saat Memancing Ikan . Arjuna, mertuanya, dan dua rekan, Bagas serta Rahmat, memutuskan untuk memancing ikan baung di sebuah sungai besar di pinggiran desa Gunung Agung, Lampung Utara. Dengan mengendarai dua motor secara berboncengan, mereka memulai perjalanan menuju lokasi yang cukup terpencil. Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, mereka tiba di sebuah gubuk kecil di tepi ladang milik seorang petani. Motor mereka titipkan kepada seorang pria tua berpakaian lusuh yang menjaga tempat itu.

Meski belum pernah memancing di daerah tersebut, mereka mendapatkan petunjuk lokasi dari seorang teman. Saat bertanya kepada pria tua itu, ia memberikan arahan untuk berjalan menyusuri jalan setapak sekitar 3 kilometer ke arah barat. “Ikuti jalan setapak sampai kalian lihat pohon beringin besar. Di situ ada sungai yang bagus untuk mancing,” ujar pria tua itu dengan nada serius. Ia menambahkan dengan nada peringatan, “Tapi jangan terlalu malam, ya. Tempat itu ada penunggunya.”

Diganggu Wewe Gombel Saat Memancing Ikan
Diganggu Wewe Gombel Saat Memancing Ikan

Mereka hanya saling pandang, lalu tertawa kecil untuk mencairkan suasana. “Ah, Bapak cuma nakut-nakutin aja,” balas Bagas dengan santai.

Setelah berjalan melewati ilalang tinggi, ladang penduduk, dan hutan lebat selama sekitar setengah jam, mereka akhirnya menemukan pohon beringin besar. Sungai yang dicari pun terlihat, dengan air berwarna kecoklatan yang mengalir tenang. Pohon bambu lebat menghiasi tepian sungai, menciptakan suasana yang sedikit menyeramkan. Hari sudah menjelang Maghrib ketika mereka tiba, dan mereka segera mencari tempat masing-masing untuk memancing, dengan jarak sekitar 30 meter satu sama lain.

Pergulatan yang Aneh

Menggunakan umpan kucur — campuran ikan busuk, daging, dan kapuk — Arjuna memasang pancingnya dan mulai menunggu. Namun, satu jam berlalu tanpa hasil. Merasa penasaran, ia mendatangi lokasi Bagas yang ternyata sudah berhasil menangkap dua ekor ikan baung besar. Solidaritas Bagas membuatnya berpindah tempat, memberikan lokasi itu kepada Arjuna.

Bagas menunjukkan ember kecil berisi ikan hasil tangkapannya sambil berkata, “Jun, coba di sini.” “Makasih, Gas. Kalau gitu, semoga ikannya nambah gede di tanganku,” balas Arjuna sambil tertawa kecil.

Arjuna, dengan semangat baru, segera memasang umpannya kembali. Tak lama, tali pancingnya bergerak liar, pertanda ada ikan besar yang menyambar. Ia mulai menarik dan mengulur senarnya dengan hati-hati, tetapi mendadak tarikan menjadi ringan. Arjuna menarik senarnya dan mendapati mata pancingnya tetap utuh, tetapi ikannya tidak ada.

Rasa penasaran membuatnya mencoba lagi. Kali ini, pergulatan lebih sengit terjadi. Namun, seperti sebelumnya, ikan itu berhasil lepas, dan mata pancing tetap utuh. Kejadian ini berulang hingga tiga kali, membuat Arjuna mulai merasa ada sesuatu yang aneh.

Teror di Tepian Sungai

Kesal dan frustrasi, Arjuna memaki-maki di tepian sungai, “Kalau kamu setan, muncul saja sekalian!” Ucapannya itu terlontar tanpa sadar seperti tantangan.

Suasana tiba-tiba menjadi sunyi. Desiran angin dingin menggantikan suara jangkrik yang tadinya riuh, membuat bulu kuduknya berdiri. Saat ia menoleh ke kanan untuk mengambil umpan, tiba-tiba ia melihat sosok nenek-nenek dengan kebaya usang, wajah penuh benjolan seperti terkena penyakit kusta, dan mata melotot panjang. Sosok itu jongkok tepat di sebelahnya.

“Jangan kau ambil ikan-ikan kami, Nak,” suara serak nenek itu terdengar jelas di telinganya.

Klik Disini, Daftar Platform Game Online Lengkap Aman dan Terpercaya Sejak 2014
Klik Disini, Daftar Platform Game Online Lengkap Aman dan Terpercaya Sejak 2014

Tubuh Arjuna membeku. Bulu kuduknya berdiri, dan napasnya tercekat. Ia teringat nasihat almarhum ayahnya: “Jika bertemu hantu, hunjamkan benda tajam ke tanah.” Dengan gemetar, ia meraih belati di balik bajunya dan menghujamkannya ke tanah sambil melontarkan doa. Seketika, sosok menyeramkan itu lenyap. Namun, suara tawa kecil terdengar di kejauhan, seperti mengejeknya.

Ketika Arjuna mencoba berteriak memanggil mertuanya, suaranya seperti terhenti di tenggorokan. Ia terus mencoba berjalan, meski langkahnya terasa berat. Baru setelah langkah ketujuh, suara teriakannya kembali normal. Ia bergegas mencari rekan-rekannya.

Kejadian Misterius

Di lokasi lain, Bagas juga mengalami sesuatu yang aneh. Saat ia memancing, tiba-tiba ada tangan dingin yang menyentuh bahunya. Ketika ia menoleh, tak ada siapa pun di sana. Ia merasa bulu kuduknya berdiri, dan ia segera berlari ke tempat Rahmat. “Mat, gue barusan kayak ada yang megang gue! Gue yakin ini bukan ulah manusia,” ucapnya dengan nada ketakutan.

“Ah, mungkin perasaan lo aja, Gas. Jangan parno,” jawab Rahmat meski wajahnya mulai menunjukkan kecemasan.

Mertua Arjuna, yang mendengar teriakan Arjuna dari kejauhan, juga memutuskan untuk berkumpul kembali. Mereka semua sepakat bahwa ada sesuatu yang salah di tempat itu.

Pelajaran Berharga

Setelah berjalan sekitar satu kilometer, Arjuna akhirnya menemukan mertua dan kedua rekannya. “Kita cabut aja. Tempat ini nggak beres!” ujar Arjuna dengan napas tersengal.

Mereka segera menghentikan kegiatan memancing dan kembali ke gubuk petani. Arjuna menceritakan kejadian yang dialaminya kepada mereka di sana. Pria tua penjaga motor mereka menjelaskan bahwa tempat tersebut memang angker. “Tak jauh dari situ, ada makam tua yang nggak pernah dirawat. Banyak orang yang ngalamin hal-hal aneh di sana,” ujar pria tua itu sambil menghisap rokoknya. Sejak malam itu, Arjuna bersumpah tidak akan lagi memancing di tempat tersebut.

   === PREDIKSI HONGKONG HARI INI ===

Klik Disini, Daftar Platform Hongkong Aman dan Terpercaya Sejak 2014


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *