Tersesat Di Alam Gaib

Misteri Nusantara – Tersesat Di Alam Gaib Sebelumnya, aku dan kelima temanku—Ravi, Bima, Dika, Satria, dan Udin—berencana merayakan pergantian tahun di puncak Gunung Sumbing. Perjalanan pendakian kami berjalan lancar, meskipun ada beberapa hal aneh yang terjadi sepanjang perjalanan, seperti terdengarnya suara-suara aneh di malam hari yang menyerupai suara bebek. Namun, kami tidak terlalu menghiraukannya, karena suasana malam itu cukup tenang dan kami terus melanjutkan pendakian hingga akhirnya tiba di puncak saat malam pergantian tahun.

Tersesat Di Alam Gaib
Tersesat Di Alam Gaib

Segala sesuatu terasa normal hingga saat kami memulai perjalanan turun gunung. Ketika kami beristirahat di sebuah lapangan kecil yang terbuka, aku melihat jam menunjukkan pukul 15.00 sore. Setelah beristirahat sekitar 20 menit, kami melanjutkan perjalanan. Namun, saat itu aku merasa sangat kebelet untuk buang air kecil.

Peristiwa Aneh di Bawah Pohon

Aku pun memutuskan untuk berhenti di bawah sebuah pohon besar yang ada di sekitar lapangan itu. Di bawah pohon, terdapat sebuah lubang kecil, dan tanpa sadar, aku mengencinginya. Baru setelah selesai, aku merasakan sesuatu yang aneh. Tiba-tiba, ada rasa perih yang menyengat mataku. Aku memejamkan mata sejenak dan mengucek-nguceknya, berusaha menghilangkan rasa sakit itu. Ketika aku membuka mata kembali, aku merasa seperti ada yang aneh. Teman-temanku sepertinya sudah tidak ada di sekitarku.

Aku terkejut, panik, dan mulai mencari-cari mereka, namun tidak kutemukan satu pun dari mereka. Hari mulai gelap, dan hanya ada suara dengusan angin yang mengiringi langkahku. Aku pun mulai merasakan ketakutan yang luar biasa. Dengan hanya mengandalkan cahaya dari senter, aku terus berjalan menyusuri jalan yang gelap, mencoba tetap tenang meski air mataku hampir menetes.

Lampu di Jauh Horizon

Tiba-tiba, dari kejauhan, aku melihat seberkas cahaya. Itu adalah lampu sebuah rumah. Aku menghitung ada delapan rumah di sana. Aku merasa sedikit lega dan segera berjalan menuju pemukiman kecil itu. Rumah-rumah tersebut tampak seperti rumah panggung yang sederhana. Aku mengetuk pintu salah satu rumah dan seorang nenek membuka pintu.

Nenek itu menyambutku dengan senyum ramah. Ia mengenalkan dirinya sebagai Nenek Nur. Setelah mendengar ceritaku, Nenek Nur mempersilakanku masuk dan duduk. Aku merasa lega, dan sambil menikmati sepiring singkong rebus yang disiapkannya, aku bercerita tentang pengalaman aneh yang kualami di gunung. Nenek Nur dengan tenang menjelaskan bahwa banyak pendaki yang tersesat dan mengalami kejadian serupa, terutama mereka yang bertindak sombong atau tidak menghormati alam.

Saran Aneh dari Nenek

Setelah makan malam, Nenek Nur menawarkan aku untuk bermalam di rumahnya, dan aku setuju. Ia memasakkan lebih banyak makanan untukku, dan aku makan bersama dirinya serta cucu perempuannya yang baru berusia 15 tahun. Setelah makan, aku pamit untuk tidur, karena keesokan harinya aku berencana melanjutkan pencarian teman-temanku.

Malam berganti pagi, dan aku segera bangun untuk bersiap-siap. Nenek Nur menawariku sarapan, namun aku menolaknya dengan alasan ingin cepat-cepat mencari temanku. Nenek Nur pun memberikan bekal makanan dalam sebuah kantong plastik sebagai persiapan. Sebelum aku pergi, ia memberiku sebuah batang emas yang berkilau.

“Ini, ambil. Semoga bisa membantu,” ujar Nenek Nur sambil menyerahkan batang emas itu.

Klik Disini, Daftar Platform Game Online Aman dan Terpercaya Sejak 2014
Klik Disini, Daftar Platform Game Online Aman dan Terpercaya Sejak 2014

Aku terkejut, namun menerima pemberian tersebut dengan rasa bingung. Sebelum aku berangkat, Nenek Nur berpesan, “Nanti, setelah melewati deretan pohon bambu, kamu jangan sekali-kali menoleh ke belakang, ya!”

Perubahan yang Mengerikan

Aku berjalan melewati pohon bambu yang Nenek Nur maksud. Namun, rasa penasaranku membuatku tidak bisa menahan diri untuk menoleh ke belakang. Astaga…! Apa yang kulihat membuat darahku membeku. Di belakangku, bukan rumah-rumah panggung yang tadi kulihat, melainkan pohon beringin tua yang sangat besar. Di sekelilingnya terdapat kuburan-kuburan tua yang sudah tidak terurus lagi.

Aku panik, mencari-cari jejak rumah itu, tapi semuanya menghilang. Saat itulah aku merasa ada sesuatu yang bergerak di tanganku. Aku melihat, dan… ya ampun! Sekumpulan belatung keluar dari dalam kantong plastik yang kupegang. Aku terkejut, dan langsung melempar kantong plastik itu. Isinya ternyata adalah belatung yang mengerubungi jari-jari manusia. Batang emas yang diberikan Nenek Nur pun berubah menjadi bedogol pohon pisang yang telah membusuk.

Aku merasa lemas dan tak sanggup berdiri lagi. Sebelum akhirnya aku jatuh pingsan, pikiranku hanya berputar tentang apa yang baru saja kualami.

Misteri yang Terungkap

Hingga akhirnya, aku terbangun oleh teriakan seseorang yang memanggil namaku. Dari kejauhan, aku melihat temanku—Ravi, Bima, dan Dika—berlari ke arahku. Mereka memelukku erat, dan tampak sangat khawatir.

“Apa yang terjadi denganmu? Kami sudah mencarimu selama satu minggu!” kata Bima, matanya berkaca-kaca.

Satu minggu?

Entahlah, yang pasti, aku akan selalu mengingat pesan dari Nenek Nur: Jangan pernah meremehkan alam, karena alam akan membalas perlakuan kita. Demikianlah Misteri Nusantara – Tersesat Di Alam Gaib.

===  SITUS AMAN dan TERPERCAYA  ===

Klik Disini, Daftar PAUS4D ; Platform Online Lengkap dan Terpercaya Sejak 2014


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *