Kutukan Kucing Hitam

Misteri Nusantara – Kutukan Kucing Hitam “Mas, nggak sarapan dulu?” tanya Rina, istri Dito, ketika melihat suaminya sudah bersiap pergi.
“Nggak, aku udah telat. Pak Edi minta semua kumpul jam 7 pagi. Ada meeting penting!” jawab Dito sambil buru-buru memakai sepatunya.

Rina hanya mengangguk, meskipun tidak sepenuhnya memahami situasi. Ia merasa ada yang berbeda dengan Dito pagi ini; suaminya terlihat lebih terburu-buru dari biasanya.

Dito segera meluncur dengan motornya tanpa sempat memanasi mesin. Namun, baru saja keluar dari gang rumahnya, seekor kucing hitam tiba-tiba meloncat dari atas pohon dan mendarat di tengah jalan.

BRAK!

Dito langsung menginjak rem, tetapi terlambat. Motor tetap melaju, dan kucing malang itu terlindas hingga isi perutnya berceceran di aspal.

Dilema di Tengah Jalan

Dito terdiam sejenak, menatap bangkai kucing itu dengan perasaan bercampur aduk. Di benaknya muncul dua pilihan: melanjutkan perjalanan ke kantor atau mengubur bangkai kucing tersebut. Akhirnya, ia memilih opsi kedua.

Kutukan Kucing Hitam
Kutukan Kucing Hitam

“Sial, ini bakal bikin aku telat,” gumamnya sambil menelepon Pak Edi.
“Halo, Pak Edi,” ujar Dito saat telepon tersambung.
“Iya, kenapa Dito?” sahut Pak Edi di seberang.
“Maaf, Pak. Saya mungkin telat. Barusan saya nabrak kucing, mau saya urus dulu.”
Pak Edi terdiam sejenak, lalu menjawab, “Oh, ya sudah. Kamu selesaikan dulu. Kalau sudah selesai, langsung ke kantor, ya.”
“Baik, Pak,” jawab Dito dengan lega.

Setelah menutup telepon, Dito segera mencari alat untuk mengubur kucing itu. Dengan kain bekas yang ia temukan di dekat rumah, ia membungkus bangkai kucing dan menguburkannya di tanah kosong tak jauh dari tempat kejadian.

Pesan Mengerikan dari Rekan Kerja

Sesampainya di kantor, meeting sudah selesai. Dito merasa sedikit lega meski harus menanggung tatapan penasaran dari rekan-rekannya. Ketika menuju ke meja kerjanya, ia bertemu dengan Mbak Sari, karyawan senior di kantor itu.

“Kamu telat kenapa, Dit?” tanya Mbak Sari.
“Aku nguburin kucing yang aku tabrak tadi pagi,” jawab Dito santai.
“Bagus. Tapi kamu beneran nguburnya pakai baju yang kamu pakai pas nabrak, kan?” tanyanya lagi.
“Lho, nggak. Aku pakai kain bekas yang aku temukan.”
Mbak Sari langsung menepuk jidatnya. “Aduh, Dit! Itu salah. Menurut mitos, kalau nabrak kucing sampai mati, harus dikubur pakai salah satu pakaian yang kita pakai saat kejadian. Kalau nggak, bakal ada musibah.”
Dito tertawa kecil. “Mbak, jangan percaya mitos-mitos gitu lah. Kita hidup di zaman modern, kok masih mikirin yang begitu?”
Mbak Sari hanya menghela napas. “Ya terserah kamu sih. Tapi kalau nanti ada apa-apa, jangan bilang aku nggak ngingetin.”

Klik Disini, Daftar Platform Game Online Aman dan Terpercaya Sejak 2014
Klik Disini, Daftar Platform Game Online Aman dan Terpercaya Sejak 2014

Awal dari Teror

Setelah percakapan itu, Dito segera melanjutkan pekerjaannya. Beberapa jam kemudian, ia mendapat telepon dari Rina.
“Halo, Ma,” jawab Dito santai.
Namun, suara Rina yang terdengar menangis di seberang membuatnya panik. “Mas… Bapak nggak ada…”
Dito terdiam. “Maksudnya nggak ada gimana?” tanyanya cemas.
“Bapak meninggal, Mas. Tadi ditabrak motor waktu nyelamatin kucing.”

Mendengar itu, tubuh Dito seolah membeku. Kata-kata Mbak Sari tentang mitos kucing hitam kembali terngiang di kepalanya. Apakah ini ada hubungannya?

“Mas? Mas!” suara Rina membuyarkan lamunannya.
“I-iya, Ma. Aku pulang sekarang,” jawab Dito sambil mengatur napasnya.

Kegelisahan di Perjalanan

Dalam perjalanan pulang, pikiran Dito penuh dengan berbagai spekulasi. Ia mulai mengingat kembali detik-detik saat menabrak kucing tadi pagi. Tidak lama setelah itu, ia merasa motornya menjadi berat seolah-olah ada yang menumpang.

“Ah, ini cuma sugesti,” gumamnya, mencoba menenangkan diri.

Namun, ketika ia melihat ke kaca spion, jantungnya hampir berhenti. Ada bayangan hitam samar duduk di belakangnya. Ketika ia menoleh, tidak ada siapa-siapa.

Penyesalan yang Terlambat

Sesampainya di rumah, suasana duka menyambutnya. Keluarga besar berkumpul di ruang tamu dengan wajah muram. Dito mencoba menenangkan Rina yang terus menangis, tetapi pikirannya masih dihantui perasaan bersalah.

Saat malam tiba, setelah proses pemakaman selesai, Dito kembali ke kamarnya. Ia mencoba tidur, tetapi suara langkah kaki kecil terdengar dari arah dapur.
“Siapa itu?” panggilnya.

Tidak ada jawaban. Namun, suara itu semakin mendekat. Ketika ia melihat ke arah pintu, seekor kucing hitam berdiri di sana, matanya memancarkan cahaya merah menyala.

Dito terperangah, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Kucing itu melangkah mendekat, dan Dito merasa tubuhnya tidak bisa digerakkan.

“Aku hanya ingin menolong…” bisik suara yang dingin dan menyeramkan, seolah berasal dari kucing itu. Demikianlah Misteri Nusantara – Kutukan Kucing Hitam.

    === SITUS AMAN DAN TERPERCAYA ===

Klik Disini, Daftar ISOTOTO ; Platform Game Online Dengan Berbagai Promo Menarik, Terpercaya Sejak 2014


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *