Misteri Nusantara- Di sebuah desa yang sunyi, jauh dari keramaian kota, tinggal sebuah keluarga yang telah lama dihantui oleh sebuah rahasia gelap. Keluarga itu adalah keluarga Fadhil. Nenekku, yang bernama Siti, adalah sosok yang sangat dihormati di desa. Namun, sedikit yang tahu bahwa Siti menyimpan sebuah rahasia kelam, sebuah perjanjian yang ia buat dengan setan, yang akan menimpa keturunannya hingga tujuh turunan.
Perjanjian itu terjadi ketika nenekku masih muda. Konon, ia pernah bertemu dengan seorang lelaki misterius yang datang ke desa pada malam yang sangat gelap. Ia menawarkan kekuatan besar kepada nenekku, namun dengan harga yang sangat mahal: jiwa keturunannya selama tujuh generasi. Nenekku, yang saat itu terdesak oleh kesulitan hidup, tanpa berpikir panjang menerima tawaran itu. Sejak saat itu, keluarga kami terperangkap dalam kutukan yang tak terhindarkan.
Kehidupan yang Terusik
Kehidupan keluarga kami yang tadinya tenang, mulai berubah setelah perjanjian itu. Setiap generasi selalu mengalami kejadian-kejadian aneh. Mereka yang terlahir dalam keluarga ini akan menghadapi peristiwa yang tak dapat dijelaskan—seseorang akan hilang secara misterius, suara-suara aneh terdengar di malam hari, dan mimpi buruk yang menghantui mereka sejak kecil.
Aku, yang pada saat itu baru berusia 15 tahun, pertama kali merasakan keganjilan itu ketika mulai beranjak remaja. Aku sering mendengar suara langkah kaki di tengah malam, padahal tidak ada seorang pun di rumah. Di kamarku, benda-benda sering berpindah tempat dengan sendirinya, dan suara tawa yang tidak terlihat selalu mengiringi malam-malamku. Setiap kali aku menceritakan hal itu pada ibu atau ayah, mereka hanya tersenyum dan mengatakan itu hanya imajinasiku. Tapi aku tahu, itu bukan imajinasi.
Kutukan yang Kembali
Suatu malam, aku terbangun karena merasa ada yang aneh di sekitar rumah. Suara tawa itu terdengar lebih keras dari biasanya. Aku keluar dari kamar dan melihat nenekku duduk di ruang tamu, matanya kosong dan tatapannya menembus jauh ke depan. “Nenek, ada apa?” tanyaku, dengan suara gemetar.
Nenekku menoleh pelan dan tersenyum tipis. “Mereka datang,” katanya dengan suara yang nyaris tak terdengar. “Kamu tahu, perjanjian itu belum selesai. Dan sekarang, giliranmu untuk membayar.”
Aku merasa jantungku berhenti berdetak. Perjanjian itu, yang seharusnya hanya sebuah cerita lama, ternyata memang nyata. Dan aku, sebagai keturunan yang ketujuh, adalah yang terakhir yang harus membayar harga dari perjanjian itu. Aku berlari keluar, mencoba untuk mencari tahu lebih lanjut, namun nenekku menghalangi. “Jangan coba melarikan diri. Setan itu sudah menunggumu.”
Perjanjian Harus Dibayar
Di malam yang gelap itu, aku menemui orang tua nenek, dukun tua yang dikenal dengan ilmu hitamnya, satu-satunya orang yang mungkin tahu cara mengakhiri kutukan ini. Ketika aku sampai di rumah dukun itu, ia memandangku dengan mata tajam. “Kamu sudah tiba, ya,” katanya. “Kutukan yang nenekmu tinggalkan tak akan pernah lepas. Hanya ada satu cara untuk mengakhirinya, tapi itu tak mudah.”
Dukun itu mengajarkan ritual yang sangat berbahaya. Aku harus pergi ke tempat terlarang di desa dan menghadapi makhluk yang telah menunggu selama berabad-abad. Saat malam tiba, aku mengikuti petunjuk dukun itu, memasuki hutan gelap, dan akhirnya sampai ke sebuah gua yang penuh bau busuk.
Di dalam gua, aku bertemu dengan sosok lelaki yang sama yang nenekku temui bertahun-tahun lalu. Wajahnya mengerikan, dengan mata menyala merah dan tubuhnya tampak terbuat dari bayangan. “Kamu datang untuk mengakhiri perjanjian?” suara setan itu bergema, membuat seluruh tubuhku gemetar.
Aku mengangguk dengan rasa takut yang luar biasa. “Saya ingin mengakhiri kutukan ini.”
Setan itu tertawa, suaranya terdengar seperti ribuan jiwa yang terperangkap. “Untuk membebaskan dirimu, kamu harus menggantikan tempat nenekmu. Pilihlah: hidupmu, atau hidup keturunanmu yang lain.”
Pilihan yang Berat
Aku terdiam, merasa tak ada pilihan lain. Jika aku mengakhiri perjanjian ini, aku harus mengorbankan nyawa orang yang kucintai. Namun, jika aku membiarkan kutukan ini berlanjut, seluruh keluarga akan terus terperangkap dalam bayang-bayang setan ini.
Setelah beberapa saat yang terasa seperti seabad, aku akhirnya membuat keputusan yang berat. “Ambillah nyawaku,” kataku dengan suara yang tak bisa ku bendung. “Tapi bebaskanlah keluargaku.”
Setan itu terdiam sesaat, lalu tersenyum lebar. “Keputusan yang tepat. Kamu akan menggantikan nenekmu dalam kutukan ini, namun keturunanmu yang lain akan selamat.”
Dan begitu, tubuhku terkulai lemas. Aku tidak tahu apa yang terjadi setelah itu, tapi yang pasti, aku mengakhiri kutukan yang menghantui keluarga kami.
Tinggalkan Balasan