Misteri Nusantara- Sejak kecil, aku selalu mendengar cerita-cerita aneh yang disampaikan oleh orang-orang tua di desaku. Salah satunya adalah tentang Wewe Gombel, sosok hantu wanita yang sering menculik anak-anak yang nakal atau yang ditinggalkan oleh orangtuanya. Namun, aku selalu menganggap itu hanya cerita mistis belaka, sebuah kisah yang diceritakan untuk menakut-nakuti anak-anak agar tidak berkeliaran larut malam. Namun, semuanya berubah pada suatu malam yang tak akan pernah bisa aku lupakan.
Saat itu, aku baru saja pulang dari sekolah. Langit sudah gelap, dan hujan turun dengan derasnya. Aku menyadari ada yang aneh di rumah kami. Di luar, di halaman belakang, tampak sesosok wanita berdiri di bawah pohon beringin yang besar. Rambutnya panjang dan kusut, dan wajahnya tertutup sebagian oleh rambut hitam yang menutupi mata. Meskipun aku merasa cemas, rasa penasaran mengalahkan rasa takutku. Aku mendekati sosok itu, berharap bisa mengetahui siapa dia.
Munculnya Sang Wewe Gombel
Wanita itu tiba-tiba berbalik dan menatapku dengan mata yang memancarkan kebencian. Ia mengenakan kain putih lusuh yang menempel pada tubuhnya. Aku terkejut dan hampir terjatuh, tetapi ia segera mendekatiku. “Anak yang baik, ya?” katanya dengan suara serak, terdengar seperti bisikan angin yang berhembus melalui pohon-pohon.
Aku terdiam, tidak tahu bagaimana harus menjawab. Sosok itu tersenyum, namun senyumnya terlihat sangat mengerikan, seolah-olah dia tahu semua tentang diriku. “Kamu tidak takut padaku, ya?” tanya wanita itu lagi, suaranya bergetar, penuh teka-teki.
Tanpa sadar, aku mengangguk. Aku merasa seperti ada kekuatan yang menarikku untuk lebih mendekat. Tiba-tiba, dia mulai bercerita tentang dirinya—tentang bagaimana dia dahulu adalah seorang ibu yang kehilangan anak-anaknya. Dalam kesedihannya, dia berubah menjadi Wewe Gombel, hantu yang menculik anak-anak untuk dijaga dan dibesarkan di dunia lain, dunia yang jauh dari kehidupan manusia.
Peliharaan yang Tak Terduga
Setelah mendengarkan kisahnya, aku mulai merasa ada ikatan antara kami. Wewe Gombel itu, yang ternyata bukan hanya seorang hantu, mulai menunjukkan perhatiannya padaku. Setiap hari setelah itu, dia datang ke rumah kami, duduk di halaman belakang, dan mengawasi keluargaku. Awalnya, aku merasa takut, tapi lama kelamaan, kehadirannya terasa lebih seperti teman. Dia akan menanyakan kabar keluargaku, memperingatkan kami untuk berhati-hati dalam segala hal, dan bahkan sering memberi nasehat.
Namun, keanehan mulai muncul. Setiap kali kami makan, makanan kami selalu habis lebih cepat dari yang seharusnya. Aku tidak merasa lapar, namun keluarga kami tampak seperti kekurangan sesuatu. Bahkan, ayam peliharaan kami yang biasanya bertelur banyak, tiba-tiba hanya bertelur satu atau dua butir setiap hari. Orangtuaku mulai mengeluh, tetapi mereka tidak pernah curiga apa pun.
Aku sadar, Wewe Gombel telah menjadi bagian dari kehidupan kami. Keberadaannya tidak terasa mengganggu, malah seolah-olah dia merawat kami. Namun, semakin lama, aku merasa ada sesuatu yang salah. Aku mulai melihat hal-hal aneh—bayangan yang bergerak sendiri di malam hari, suara-suara aneh dari arah pohon beringin, dan terkadang aku merasa ada yang mengawasi di belakangku.
Kebenaran yang Mengerikan
Suatu malam, aku memutuskan untuk mencari tahu lebih jauh tentang wanita itu. Aku menunggu hingga tengah malam, saat seluruh rumah telah terlelap. Dengan perlahan, aku berjalan ke halaman belakang, tempat di mana Wewe Gombel biasanya duduk. Aku ingin tahu apakah yang selama ini aku anggap teman ternyata lebih dari sekedar hantu biasa.
Saat aku mendekat, aku melihatnya duduk di bawah pohon beringin, wajahnya tertunduk. Tanpa suara, aku mendekatinya dari belakang, dan melihat betapa pucatnya wajahnya. Dia tersenyum, namun kali ini senyumnya sangat menyeramkan. “Kamu tahu, kan?” tanyanya dengan suara rendah, “Aku sudah lama mati. Aku adalah peliharaan yang sangat setia.”
Aku terkejut, dan tanpa sadar mundur beberapa langkah. Dia menatapku dengan mata yang kosong dan berkata, “Aku tidak pernah bisa meninggalkan dunia ini, karena aku merasa di sini aku memiliki keluarga. Tetapi, aku juga tidak bisa membiarkan mereka pergi begitu saja.”
Tiba-tiba, aku merasakan hawa yang sangat dingin. Tanpa peringatan, tubuh Wewe Gombel berubah. Dia tidak lagi terlihat seperti sosok wanita biasa. Kulitnya mulai mengering, dan tubuhnya memanjang dengan tangan yang terulur ke arahku. Matanya yang kosong menatapku dengan intensitas yang menakutkan.
Beban yang Tak Terlepas
Keberadaan Wewe Gombel bukanlah kebetulan. Dia datang untuk menjaga kami, namun juga mengikat kami dalam cara yang tidak kami pahami. Setiap kali aku merasa dia semakin dekat, ada perasaan bahwa kami tidak hanya dipelihara, tetapi terjebak dalam dunianya yang penuh dengan kegelapan.
Sejak malam itu, aku merasa semakin terperangkap. Keluargaku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, mereka hanya merasa bahwa ada sesuatu yang aneh dalam rumah kami. Aku tidak bisa menceritakan semuanya, karena aku tahu bahwa jika aku memberitahu mereka, mereka tidak akan percaya. Aku hanya berharap suatu saat nanti kami bisa terlepas dari cengkraman Wewe Gombel yang mengerikan ini. Namun, aku tahu satu hal pasti—kami akan selalu terikat, seperti peliharaan yang tak bisa pergi dari tangan yang menjaganya.
Tinggalkan Balasan