Misteri Nusantara-Aku masih ingat pertama kali bertemu Hantu Wanita Cantik yang menjadi Temanku, saat itu cuaca cerah dan aku duduk di bangku taman sore hari. Tiba-tiba, seorang wanita mendekat. Rambutnya panjang, terurai dengan indah, dan wajahnya sangat cantik—mungkin terlalu cantik untuk seseorang yang aku kira hanya sekadar lewat.

Dia duduk di sampingku tanpa berkata apa-apa, hanya tersenyum. Aku merasa canggung, tetapi senyumnya sangat menenangkan, seolah-olah aku sudah mengenalnya lama. Kami mulai berbicara tentang hal-hal biasa—kampus, cuaca, dan kehidupan sehari-hari. Tapi ada sesuatu yang terasa berbeda. Meskipun kami berbicara dengan lancar, aku merasa ada ketegangan di udara, sesuatu yang tidak dapat aku jelaskan.

Setelah beberapa menit, wanita itu bangkit dan mengatakan bahwa dia harus pergi. Aku mengangguk dan berpamitan. Sebelum dia beranjak, dia menoleh dan berkata, “Kita akan bertemu lagi.” Aku hanya mengangguk dan melanjutkan hariku, merasa heran dengan pertemuan itu, tetapi juga terpesona oleh kehadirannya.

Kehadiran yang Aneh

Sejak hari itu, aku mulai sering melihatnya. Di kampus, di jalan pulang, bahkan di taman yang sama tempat kami pertama kali bertemu. Awalnya, aku mengira itu hanya kebetulan. Namun, semakin lama aku menyadari ada pola yang aneh. Setiap kali aku berputar, dia selalu ada, muncul tanpa aba-aba. Kami berbicara seperti teman lama, tetapi ada satu hal yang selalu menggangguku: dia tidak pernah berbicara tentang dirinya. Setiap kali aku bertanya lebih lanjut, dia selalu mengalihkan topik dengan senyuman yang memikat.

Hantu Wanita Cantik Itu Temanku
Hantu Wanita Cantik Itu Temanku

Namun, satu hal yang membuatku semakin penasaran adalah betapa asingnya dia terlihat di sekitar orang lain. Tidak ada yang mengenalnya, dan setiap kali aku mencoba memperkenalkan dia kepada teman-temanku, mereka hanya menatapku bingung. Bahkan di acara yang ramai sekalipun, dia tampak seperti satu-satunya orang yang benar-benar hadir hanya untuk aku. Seakan dunia di sekitar kami tak ada.

Kenyataan yang Menghantui

Pada suatu malam, aku memutuskan untuk menemui wanita itu di tempat biasa kami bertemu—taman di dekat kampus. Namun, ketika aku sampai, aku merasakan sesuatu yang berbeda. Udara terasa lebih dingin, dan suasana di taman itu terasa sangat sunyi. Aku duduk di bangku yang sama, menunggu kehadirannya.

Setelah beberapa lama, dia muncul. Namun, kali ini dia terlihat berbeda. Wajahnya tidak lagi secerah dulu, dan matanya memancarkan kesedihan yang mendalam. “Kenapa kamu terlihat seperti itu?” tanyaku, merasa cemas. Dia menatapku dengan mata yang kosong dan berkata, “Aku bukan orang yang kamu kira.”

Seketika, seluruh tubuhku merinding. Aku merasa seolah-olah ada sesuatu yang tidak beres. Dia melanjutkan, “Aku sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu. Ini semua hanya bayangan, sebuah cara untuk tetap berada di dunia ini.”

Aku terdiam, bingung. Dia melanjutkan, “Aku adalah hantu yang terjebak di antara dua dunia. Kamu satu-satunya yang bisa melihatku, satu-satunya yang aku temui setelah sekian lama.”

PAUS4D : Platform Game Online Aman dan Terpercaya
PAUS4D : Platform Game Online Aman dan Terpercaya

Aku merasa dunia seolah runtuh di sekitarku. Semua pertemuan kami, semua pembicaraan kami—semuanya tiba-tiba terasa tidak nyata. Aku mundur perlahan, mencoba melarikan diri, tetapi dia meraih tanganku dengan lembut. “Jangan takut,” bisiknya. “Aku hanya ingin teman. Hanya kamu yang melihatku, hanya kamu yang bisa berbicara denganku.”

Keterikatan yang Tak Terhindarkan

Sejak malam itu, aku tak bisa menghindar lagi. Setiap kali aku berada di tempat yang sepi, aku merasakannya—kehadirannya selalu ada di sekitarku, menunggu untuk berbicara denganku. Aku tidak tahu apakah dia benar-benar menghantuiku atau hanya mencari teman, tetapi aku tak bisa melepaskannya. Setiap percakapan kami semakin dalam, dan aku mulai merasa lebih dekat dengannya.

Teman-temanku yang mulai khawatir dengan sikapku mencoba memperingatkanku, tetapi aku merasa nyaman dengan keberadaannya. Aku tahu itu salah, aku tahu dia bukan manusia biasa, tapi entah mengapa aku merasa terikat, seakan tidak bisa melepaskannya.

Malam itu, saat aku duduk di bangku taman lagi, dia datang dengan senyum yang lembut, namun kali ini ada sesuatu yang berbeda. “Kamu tidak akan bisa pergi,” katanya.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *