Misteri Nusantara- Dulu, aku selalu merasa bahwa ibu adalah segalanya bagiku, namun ternyata Aku Menjadi Tumbal Ibu untuk Temannya. Kami tinggal di rumah kecil yang sederhana, dan meskipun hidup kami penuh keterbatasan, ibu selalu bisa membuat semuanya terasa baik-baik saja. Namun, beberapa bulan terakhir, ada yang berubah. Ibu semakin sering menghabiskan waktu di luar rumah, pergi tanpa memberitahuku ke mana atau dengan siapa. Ketika dia pulang, matanya selalu tampak gelap, penuh rahasia yang tak bisa kuungkapkan. Meskipun aku mencoba bertanya, ibu selalu mengalihkan topik dengan alasan yang aneh, atau sekadar tersenyum tanpa menjelaskan lebih lanjut. Ada sesuatu yang tidak beres, tapi aku tidak bisa menduga apa itu.
Teman Baru Ibu
Suatu hari, ibu memperkenalkan seorang pria kepada ku. Namanya Pak Darto, seorang pria berusia sekitar 50-an, dengan wajah yang tampak terlalu ramah. Wajahnya selalu tersenyum, namun ada sesuatu yang sangat menakutkan dalam senyuman itu. Ibu mengatakan bahwa Pak Darto adalah temannya dari kerjaan, seseorang yang sangat membantunya akhir-akhir ini. Aku merasa tidak nyaman dengan kedekatan ibu dan Pak Darto. Setiap kali mereka berbicara, ibu akan tertawa dengan cara yang berbeda, dan suaranya terdengar aneh, seolah ada kata-kata yang disembunyikan di balik tawa itu. Aku merasa seperti ada yang sedang direncanakan, sesuatu yang gelap, namun aku tidak tahu apa itu.
Malam-malam yang Menyeramkan
Pada suatu malam yang gelap, ibu kembali larut malam. Aku yang terjaga, mencoba menunggu, mendengarkan setiap langkah yang terdengar di lorong rumah. Ketika ibu akhirnya pulang, ada sesuatu yang berbeda—suara pintu dibuka lebih keras dari biasanya. Ibu masuk ke dalam kamar tanpa berbicara sepatah kata pun, hanya menyimpan ekspresi yang tidak bisa kuartikan. Malam itu, aku terbangun tiba-tiba, seperti ada sesuatu yang mengganggu tidurku. Ketika aku mendengar suara bisikan pelan dari balik pintu kamar ibu, aku memutuskan untuk mengintip. Aku melihat ibu sedang duduk dengan Pak Darto di ruang tamu, berbicara dengan suara lirih. Ada lilin yang menyala di meja, dan suasana terasa semakin mencekam. Aku tak tahu mengapa, tapi aku merasa mereka sedang merencanakan sesuatu yang sangat buruk.
Perubahan Ibu yang Mengerikan
Beberapa hari setelah itu, ibu berubah. Dia mulai menjauhkan diri dariku, lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar atau pergi tanpa memberitahuku ke mana. Bahkan saat aku bertanya, ibu menjawab dengan suara yang datar, seolah tidak mengenali aku. Ada sesuatu yang semakin mengerikan di matanya—sebuah kekosongan yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Ibu semakin sering berbicara sendiri, terkadang tertawa tanpa alasan, dan kadang berbicara kepada Pak Darto meskipun pria itu tidak ada di rumah. Pada malam tertentu, aku merasa ada yang mengawasi, dan aku mulai merasa bahwa ibu bukan lagi ibu yang aku kenal. Sesuatu telah mengubahnya.
Tawaran yang Tak Terelakkan
Suatu malam, ibu memanggilku ke kamar. Wajahnya yang pucat dan tubuhnya yang kurus membuatku terkejut. Di atas meja, ada sebuah buku tua yang terlihat seperti milik orang-orang zaman dahulu, dengan simbol-simbol aneh di sampulnya. Ibu menatapku dengan serius, lalu berkata, “Kamu harus percaya pada ibu, nak. Ini demi masa depan kita. Jangan takut, kamu akan mengerti nanti.” Sebelum aku bisa bertanya lebih jauh, ibu menatapku dengan mata yang tajam, penuh tekad. “Malam ini, kamu akan membantu ibu, nak. Ini adalah jalan kita untuk selamat.”
Malam Yang Menghancurkan
Aku merasa terjebak. Saat ibu menyuruhku mengikuti apa yang dia katakan, aku tidak bisa melawan. Malam itu, ibu mengajakku ke belakang rumah, ke tempat penyimpanan barang-barang tua. Di sana, Pak Darto sudah menunggu, berdiri dengan senyum mengerikan yang sama seperti saat pertama kali kami bertemu. Ibu menyuruhku berdiri di tengah lingkaran kapur putih yang digambar di tanah. Tanpa berkata apa-apa, ibu mulai mengucapkan kalimat-kalimat yang tidak aku mengerti, diikuti oleh Pak Darto yang mengeluarkan benda-benda aneh dari tasnya. Ketakutan merasuki tubuhku, dan meskipun aku ingin berteriak, mulutku terasa terkunci.
Perjanjian Gelap
Aku baru sadar pada saat itu—ini adalah perjanjian gelap yang ibu buat dengan Pak Darto. Sesuatu yang sangat mengerikan, yang melibatkan aku sebagai korban. Pak Darto melangkah maju, membawa sebuah pisau kecil yang berkilat di bawah cahaya rembulan. “Ibuku menumbalkan aku,” pikirku dalam ketakutan yang mendalam. Aku ingin melarikan diri, tetapi tubuhku terasa kaku, seakan ada kekuatan yang menahanku. Ibu menatapku dengan wajah kosong, seperti tidak mengenali siapa aku lagi. “Ini jalan yang harus kita tempuh untuk selamat, nak,” katanya dengan suara lembut, namun terasa sangat menakutkan. Aku ingin menangis, tetapi tak ada air mata yang keluar.
Akhir yang Menghancurkan
Aku tidak tahu berapa lama aku berada di dalam lingkaran itu, tetapi ketika aku membuka mata, semuanya sudah terlambat. Tubuhku terasa lemah, dan aku melihat darah di sekitar kaki. Ibu dan Pak Darto tidak ada di sana lagi. Hanya ada keheningan yang mencekam di sekitarku. Aku merasa seluruh dunia mulai berputar, dan aku merasa ada yang memanggilku. Ibu yang dulu aku kenal sudah tiada, digantikan oleh seseorang yang rela mengorbankanku untuk kepentingannya sendiri.
Aku bukan lagi anaknya yang ia cintai, aku hanya sebuah alat yang dipergunakan untuk memperoleh kekuatan. Aku baru sadar, saat itu, bahwa perjanjian gelap ini tidak hanya menghancurkanku, tetapi juga ibu—dia telah kehilangan jiwanya demi sesuatu yang jauh lebih besar. Dan aku, aku adalah korban yang harus membayar harga dari semua ini.
Tinggalkan Balasan