Misteri Nusantara- Aku tidak pernah menginginkan sesuatu yang buruk dalam hidupku sehingga ini terjadi Persugihanku sendiri yang Membunuhku. Namun, ketika keuangan keluargaku hampir habis dan masa depan terasa begitu suram, datanglah dia. Seorang lelaki tua dengan wajah penuh keriput dan mata yang tajam, seolah mampu menembus jiwa. Kami bertemu di sebuah kafe yang sunyi, jauh dari hiruk-pikuk kota. Dengan suara berat, dia menawarkan sesuatu yang tak pernah ku bayangkan: kekayaan dan keberhasilan tanpa batas, hanya dengan satu syarat. “Aku bisa memberimu semua yang kau inginkan, tapi ada harga yang harus dibayar,” katanya sambil tersenyum sinis. Saat itu, rasa ingin tahu mengalahkan segalanya. Aku menerima tawarannya tanpa bertanya lebih jauh.
Segalanya Dimulai dengan Mudah
Minggu-minggu pertama setelah perjanjian itu terasa seperti mimpi indah. Uang datang dengan cepat, bisnis yang kumulai berkembang pesat, dan hidupku berubah drastis. Aku dapat membeli apa pun yang aku inginkan. Semua orang memujiku, memandangku dengan penuh kekaguman. Kehidupanku yang dulu penuh kesulitan kini dipenuhi dengan kemewahan dan kesenangan. Namun, semakin lama aku merasakan bahwa ada yang aneh. Aku mulai melihat bayangan-bayangan hitam di setiap sudut ruangan, mendengar bisikan-bisikan yang tak dapat kutangkap kata-katanya. Tetapi, aku tak peduli. Semua itu terbayar dengan keberhasilan yang tak terhitung.
Bayaran yang Terlupakan
Lambat laun, harga yang harus kubayar semakin terasa. Tidak dalam bentuk uang, tetapi dalam bentuk sesuatu yang jauh lebih mengerikan. Aku mulai merasa kehilangan diriku sendiri. Sering kali, aku merasa sangat lelah, seakan ada sesuatu yang menguras energiku tanpa henti. Mimpi-mimpi buruk datang setiap malam, mimpi tentang wajah pria tua itu yang semakin mengerikan. Ada perasaan dingin yang menghantui setiap langkahku, seolah-olah ada yang mengawasi dari kegelapan. Tapi aku menutup mata terhadap semua itu, karena aku masih mendapatkan apa yang kuinginkan: kekayaan, kekuasaan, dan pengakuan. Aku tak ingin kehilangan semua itu.
Tanda-tanda Kematian
Suatu malam, aku terbangun dengan rasa cemas yang luar biasa. Di luar, hujan turun dengan deras, dan petir menyambar, menciptakan bayangan yang menakutkan di dinding kamar. Aku merasa seolah-olah ada sesuatu yang berada di dalam ruangan bersamaku. Tiba-tiba, aku mendengar suara langkah kaki pelan yang bergerak mendekat. Aku menoleh, tetapi tak ada siapa-siapa. Yang ada hanyalah bayangan hitam yang terpantul di cermin. Tangan-tanganku mulai gemetar, dan aku merasa sulit bernapas. Aku tahu, saat itu, bahwa harga yang ku bayar mulai membebani jiwaku. Sungguh, aku tak pernah berpikir bahwa kekayaan bisa datang dengan beban yang seberat ini.
Wajah yang Kembali Muncul
Hari demi hari, aku semakin merasa terperangkap dalam sebuah lingkaran yang tak bisa kuloloskan. Tiba-tiba, wajah lelaki tua itu muncul di setiap tempat. Di cermin, di kaca mobil, bahkan di layar ponselku. Wajahnya yang keriput dan penuh kekejian menatapku dengan penuh kebencian. Aku ingin berteriak, tetapi suaraku terhenti di tenggorokan. “Kamu tak bisa lari,” bisik suara itu. “Kamu telah memilih jalanmu, dan jalan itu akan membawa kamu ke dalam kegelapan.” Aku terjatuh ke lantai, jantungku berdetak kencang, dan tubuhku keringat dingin. Namun, aku tetap tak bisa berhenti, aku terus mengejar kesenangan yang sudah terlanjur kuraih.
Pembayaran yang Tak Terbantahkan
Aku mulai merasa sakit. Tidak hanya fisik, tetapi ada sesuatu yang terasa hilang dari dalam diriku. Setiap kali aku tidur, aku merasa ada sesuatu yang menempel di kulitku, meresap ke dalam dagingku, seolah-olah aku sedang ditarik ke dunia lain. Suatu malam, ketika aku sedang terjaga, aku melihat sesuatu yang tak bisa kujelaskan. Di hadapanku berdiri pria tua itu, lebih menyeramkan dari sebelumnya, dengan tatapan yang penuh kebencian. “Kamu telah membayar dengan nyawamu,” katanya sambil tersenyum jahat. Aku ingin melawan, berteriak, tetapi tubuhku kaku. Aku merasa ada sesuatu yang menahan tubuhku, seolah-olah tubuhku sudah bukan milikku lagi.
Kejatuhanku
Hari-hari berikutnya, aku tak bisa lagi bertahan. Setiap langkah terasa berat, dan pikiranku semakin kacau. Bisnis yang dulunya cemerlang kini mulai runtuh, uang yang kuterima terasa tak berharga. Keberhasilan yang dulu kucapai kini berubah menjadi kutukan. Aku mulai kehilangan kemampuan untuk merasakan apa pun—kehilangan rasa, kehilangan kehidupan. Aku seperti berjalan di ambang kematian, namun tak bisa mati. Ada sesuatu yang menghisap kehidupanku, seolah-olah aku sudah menjadi bagian dari dunia yang gelap itu. Wajah pria tua itu semakin jelas, dan aku tahu—aku sudah tidak punya pilihan. Aku telah jatuh ke dalam perangkap yang kurelakan dengan tangan terbuka.
Akhir yang Tak Terelakkan
Pada malam yang penuh hujan, tubuhku tak lagi bisa bergerak. Aku merasakan setiap aliran darah yang mengering, setiap hembusan napasku yang semakin lemah. Di hadapanku, lelaki tua itu berdiri dengan senyum penuh kemenangan. “Kamu sudah membayar semuanya,” katanya dengan suara yang seperti datang dari kedalaman neraka. Aku tak bisa menahan lagi. Semua yang telah kuterima, semua yang telah kuraih, semuanya hancur seiring dengan berlalunya waktu. Keberhasilan yang aku anggap sebagai berkah ternyata adalah kutukan yang perlahan membunuhku. Ketika akhirnya mataku tertutup, aku sadar satu hal—persugihan ini bukan hanya tentang uang atau kekayaan. Ini adalah janji untuk membayar dengan jiwa, dan aku telah membayarnya dengan harga yang sangat mahal.
Tinggalkan Balasan