Misteri Nusantara – Arwah Santi Kejadian ini terjadi beberapa bulan lalu, tepat pada malam Jumat Kliwon. Waktu itu sekitar pukul 00.10 malam, saya sedang menonton acara favorit saya, “Misteri Malam” di salah satu saluran televisi. Di rumah, saya ditemani dua sepupu, Reno dan Lila, yang sudah tertidur di kasur yang mereka gelar di depan ruang TV. Kedua orang tua, kakak, dan adik saya saat itu sedang pergi ke luar kota.
Awal Kejadian Aneh
Saat asyik menonton, Reno tiba-tiba terbangun dengan mata terpejam dan bergumam, “Rey, siapa yang nyapu malam-malam begini?”
Saya melihatnya bicara dengan mata terpejam. Mengira dia hanya mengigau, saya tak menghiraukannya. Namun, beberapa menit kemudian, Reno kembali mengucapkan hal yang sama, kali ini dengan mata terbuka.
“Rey, siapa yang nyapu itu?” tanyanya dengan nada lebih serius.
“Siapa sih? Nggak ada suara apa-apa kok. Kamu ngigau kali!” jawab saya sambil menahan rasa heran.
Setelah itu, Reno kembali tertidur, sementara acara favorit saya selesai. Karena acara berikutnya kurang menarik, saya memutuskan ikut tidur di kasur bersama Reno dan Lila. Namun, mata saya sulit terpejam karena efek kopi yang saya minum sebelumnya.
Suara di Tengah Malam
Samar-samar, saya mendengar suara seperti seseorang sedang menimba air di sumur. Tetangga sebelah memang memiliki sumur yang sering digunakan. Saya berpikir mungkin ada yang ke kamar mandi. Namun, setelah suara itu hilang, keheningan kembali menyelimuti.
Beberapa menit berlalu. Tiba-tiba, terdengar suara sapu lidi menyeret lantai. Dalam hati, saya bergumam, “Astagfirullah, kok beneran ada yang nyapu malam-malam begini?” Padahal saat Reno mengucapkan itu sebelumnya, saya tak mendengar apa pun.
Saya mencoba mengabaikannya, tetapi suara lain terdengar lagi. Kali ini seperti seseorang sedang memeras cucian basah. Suaranya begitu jelas, seperti berasal dari arah halaman rumah. Rasa takut mulai merayap. Saya berpikir, “Apa mungkin ini si Santi?”
Santi, wanita yang dikenal sakit jiwa di desa, sering melakukan aktivitas aneh di rumah orang, seperti menyapu atau membersihkan halaman pada malam hari. Tapi kemudian saya ingat, Santi sudah sakit parah seminggu terakhir dan hanya berdiam di rumahnya.
Penampakan di Jemuran
Setelah suara itu terus mengganggu, saya memberanikan diri menegur dari dalam rumah. “Hei, Santi, udah malam! Pulang sana, jangan ganggu orang tidur!” teriak saya dengan nada kesal.
Alih-alih mereda, suara itu malah berubah menjadi tawa kecil yang menggema di tengah keheningan malam. Bulu kuduk saya langsung berdiri.
Dengan perasaan campur aduk antara marah dan takut, saya membangunkan Reno. “Bangun, Ndri! Temenin gue keluar. Ada yang aneh di depan.”
Setengah mengantuk, Reno akhirnya setuju menemani saya. Saat kami membuka pintu, suasana halaman gelap, diterangi hanya oleh cahaya bulan. Saya memandang sekitar dan berteriak, “Santi, pulang sana!”
Namun, pandangan saya langsung terpaku ke arah jemuran. Di sana berdiri sosok wanita dengan rambut kusut, mengenakan daster kumal. Dia tersenyum lebar ke arah kami, tetapi matanya merah menyala. Tubuhnya terlihat seperti manusia, tetapi bergerak perlahan mengikuti arah angin, membuatnya tampak tidak nyata.
Reno yang berdiri di samping saya langsung menggigil. “Rey… itu… itu bukan Santi…” katanya dengan suara bergetar.
Kengerian yang Memuncak
Sadar bahwa yang kami lihat bukan manusia, saya mencoba membaca ayat kursi sambil menarik Reno ke dalam rumah. Perlahan, sosok itu mulai menghilang seperti ditiup angin, meninggalkan kami dalam keadaan lemas dan gemetar.
Kami cepat-cepat menutup pintu dan bersembunyi di bawah selimut. Lila yang terbangun sempat bertanya, “Ada apa sih? Kok kalian kayak takut gitu?” Tapi kami tak menjawab, terlalu syok untuk berkata apa-apa.
Tinggalkan Balasan