Cerita Horor di Kantor

Kenalan yang Tak Terduga di Kantor Baru

Misteri Nusantara – Cerita Horor di Kantor di Kantor Sebagai seorang staf rekrutmen di divisi HRD, saya sering berurusan dengan banyak pekerjaan yang tidak mengenal waktu. Pulang cepat? Hampir mustahil, apalagi perusahaan tempat saya bekerja memiliki banyak cabang, termasuk di luar Pulau Jawa. Hari itu, seperti biasa, waktu terasa berjalan cepat. Tanpa sadar, jam sudah menunjukkan pukul 17.00. Rekan-rekan mulai meninggalkan ruangan satu per satu.

“Duluan ya, bro!” pamit mereka.

Cerita Horor di Kantor
Cerita Horor di Kantor

Saya sendiri masih duduk di meja kerja, membantu beberapa tugas senior yang belum selesai. Rasanya tidak enak kalau harus meninggalkan ruangan lebih dulu, jadi saya memutuskan bertahan sebentar untuk membantu.

Suara Misterius di Kantor

Sekitar pukul 18.00, suasana ruangan mulai sunyi. Tiba-tiba, saya mendengar suara seperti buku-buku yang ditumpuk keras di cubicle paling ujung. “Buuk… buuk… buuk…”

Karena penasaran, saya menoleh ke arah senior saya, Pak Danu. “Itu suara apa, Pak? Ada yang lembur juga, ya?”

Tanpa menjawab, Pak Danu langsung mematikan komputernya. Wajahnya tampak serius. “Ayo kita pulang sekarang,” katanya tegas, sambil merapikan barang-barangnya. Saya pun mengikutinya keluar ruangan dengan rasa penasaran yang belum terjawab.

Penghuni Misterius di Lift

Saat kami menuju lift, seorang pria terlihat masuk lebih dulu. Pak Danu langsung mempercepat langkahnya dan menekan tombol lift agar pintunya terbuka kembali. Ketika pintu lift terbuka, kami bergegas masuk. Anehnya, di dalam lift hanya ada kami berdua.

“Lho, tadi kayaknya ada yang masuk duluan, ya?” saya bertanya.

“Mungkin cuma salah lihat,” jawab Pak Danu sambil berusaha tersenyum.

Saat lift bergerak turun, panel nomor 24 tiba-tiba menyala. Pintu terbuka perlahan, dan di depan kami berdiri seorang wanita dengan baju putih lusuh. Wajahnya pucat, dan matanya melotot menatap kami. Dia tersenyum tipis, membuat bulu kuduk saya meremang.

Saya dan Pak Danu membeku, tidak tahu harus berbuat apa. Setelah sekitar 10 detik, pintu lift tertutup kembali dan melanjutkan perjalanan ke lantai satu. Kami turun dari lift dengan tubuh gemetar dan langsung duduk di lobi.

Klik Disini, Gabung Platform Game Online Terpercaya Sejak 2014
Klik Disini, Gabung Platform Game Online Terpercaya Sejak 2014

“Lantai 24 itu kosong, loh. Belum ada yang menyewa selama beberapa bulan,” kata Pak Danu setelah suasana sedikit tenang.

“Mungkin dia cuma mau kenalan sama kamu. Tradisi di sini, karyawan baru harus kenalan sama semua penghuni kantor, termasuk yang tak terlihat,” canda Pak Danu sambil tertawa kecil.

Saya hanya tersenyum kaku, mencoba menenangkan diri meski masih terguncang.

Perempuan Berbaju Putih di Ruang Manager

Pagi berikutnya, saya datang ke kantor seperti biasa. Pak Danu meminta saya bertemu dengan salah satu manajer, Pak Hendra, untuk menanyakan detail job requirement. Dengan sedikit malu-malu, saya masuk ke ruangan manajer yang masih redup karena lampu belum menyala semua.

“Cari siapa, Mas?” tanya salah satu karyawan yang ada di sana.

“Saya cari Pak Hendra,” jawab saya.

“Oh, Pak Hendra belum datang,” katanya santai.

Di ruangan itu, saya melihat ada tiga orang: dua pria dan seorang perempuan berbaju putih yang berdiri membelakangi kami. Perempuan itu menyisir rambutnya yang sangat panjang, hampir menyentuh lantai. Merasa tidak ada yang aneh, saya kembali ke ruangan HRD dan melaporkan pada Pak Danu.

“Pak Hendra belum datang, Pak. Tapi di ruangannya ada tiga orang. Satunya perempuan, lagi nyisir rambut,” kata saya.

Pak Danu langsung menatap saya dengan ekspresi serius. “Staf Pak Hendra itu semuanya cowok. Nggak ada perempuan di sana,” katanya.

Saya hanya terdiam, mencoba mencari penjelasan logis atas apa yang saya lihat.

Sosok Tanpa Kepala di Tangga Darurat

Siang itu, saya diminta mengambil berkas di lantai 26. Karena lift cukup lama, saya memutuskan menggunakan tangga darurat dari lantai 28. Setelah mengambil berkas, saya kembali naik melalui tangga yang sama.

Saat melangkah naik, saya melihat seorang anak kecil berlari ke arah tangga menuju lantai 28. Penasaran, saya mempercepat langkah untuk mengejar, tetapi anak itu menghilang begitu saja.

Saat saya hampir sampai di lantai 28, tubuh saya mendadak kaku. Di ujung tangga, berdiri sosok tinggi besar dengan pakaian tukang bangunan. Sosok itu tidak berkepala. Di tangan kanannya, ia memegang kepala yang masih mengenakan helm proyek berwarna kuning. Darah segar menetes dari lehernya yang menganga.

Saya membeku di tempat, tidak tahu harus berbuat apa. Sosok itu berdiri tegap, menatap saya tanpa bergerak selama hampir 20 detik. Dengan sisa tenaga, saya memutar badan dan berlari keluar pintu tangga darurat di lantai 27.

Di luar pintu, saya bertemu Mas Arif, seorang supervisor audit. Nafas saya tersengal-sengal ketika menceritakan kejadian tadi kepadanya.

“Oh, udah kenalan sama si ‘kepala proyek’ itu? Tenang aja, dia nggak gigit kok,” katanya sambil terkekeh.

Saya hanya terdiam, tidak tahu apakah harus marah atau bersyukur masih hidup.

Refleksi yang Mengerikan

Malam itu di kos, saya masih memikirkan semua kejadian aneh di kantor. Saya mencoba berpikir positif dan menerima kenyataan bahwa makhluk seperti itu ada di mana saja.

Esoknya, saya tetap masuk kerja seperti biasa. Namun, setiap langkah yang saya ambil kini terasa berbeda. Kantor itu tidak hanya menjadi tempat bekerja, tetapi juga tempat di mana saya harus beradaptasi dengan “penghuni” yang tidak terlihat.

Akhir cerita: Meski kejadian-kejadian ini terus membayangi, saya belajar untuk tetap tenang dan menghadapi semuanya dengan kepala tegak—termasuk jika harus “kenalan” lagi dengan mereka di masa depan. Demikianlah Misteri Nusantara – Cerita Horor di Kantor.

Klik Disini, Gabung Platform Hongkong Terpercaya Sejak 2014


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *